KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan ini dengan penguatan solid. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui RTI Business, IHSG naik 0,95% dan bertengger di level 7.382,78 pada penutupan perdagangan Jumat (6/12). Sepanjang pekan, IHSG telah mencatatkan kenaikan impresif sebesar 3,77%.
Pada Jumat ini, volume perdagangan mencapai 16,51 miliar saham dengan total nilai transaksi Rp 9,61 triliun. Sebanyak 316 saham bergerak naik, 259 saham melemah, sementara 214 saham stagnan. Meski IHSG menguat, investor asing tercatat masih melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 170,34 miliar di seluruh pasar.
Meskipun secara keseluruhan investor asing cenderung melepas saham, terdapat beberapa saham yang justru menjadi incaran utama. Berikut adalah 10 saham dengan nilai pembelian bersih (net buy) terbesar oleh investor asing pada perdagangan Jumat:
- PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) – Rp 77,58 miliar
- PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) – Rp 70,89 miliar
- PT Astra International Tbk (ASII) – Rp 62,72 miliar
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) – Rp 52,96 miliar
- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) – Rp 37,71 miliar
- PT XL Axiata Tbk (EXCL) – Rp 31,7 miliar
- PT United Tractors Tbk (UNTR) – Rp 25,66 miliar
- PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) – Rp 22,74 miliar
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) – Rp 21,08 miliar
- PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) – Rp 17,95 miliar
Kinerja IHSG yang cemerlang ini didorong oleh sentimen domestik dan global. Sementara investor asing terlihat selektif, saham-saham unggulan di sektor konsumsi, teknologi, dan energi menjadi primadona. Hal ini mencerminkan optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia di tengah dinamika pasar global.
Diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan lonjakan signifikan pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (6/12). IHSG menguat 0,95% ke level 7.382,79, menyempurnakan kenaikan mingguan sebesar 3,77% dari posisi pekan lalu di 7.114,26.
Pergerakan pasar yang positif ini terjadi di tengah penurunan cadangan devisa Indonesia dan menjelang rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat yang dinantikan pasar global.
Volume perdagangan hari ini mencapai lebih dari 16,15 miliar saham dengan total transaksi sebesar Rp 8,63 triliun dari 1,11 juta transaksi. Dari 789 saham yang diperdagangkan, 316 mencatatkan penguatan, 259 melemah, dan 214 stagnan.
Dari sepuluh sektor saham, delapan berada di zona hijau, dengan sektor Utilities menjadi bintang utama berkat penguatan luar biasa sebesar 12,15%. Real Estate dan Basic Materials menyusul dengan kenaikan masing-masing 6,15% dan 1,13%. Sektor Consumer Cyclicals dan Industrials juga memberikan kontribusi positif, naik 0,75% dan 0,49%.
Namun, sektor Keuangan dan Kesehatan harus rela terpuruk di zona merah, masing-masing melemah 0,85% dan 0,1%.
Sejumlah saham menjadi motor penggerak IHSG, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang menyumbang 38,05 poin dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dengan 11,09 poin. Saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) juga mencatatkan penguatan signifikan sebesar 9,28 poin. Dari sektor perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menambahkan masing-masing 7,24 poin dan 6,70 poin.
Cadangan Devisa Menurun, Optimisme Tetap Tinggi
Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa pada akhir November 2024 mencapai US$150,2 miliar, turun sekitar US$1 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Meski mengalami penurunan, cadangan devisa ini masih jauh di atas standar kecukupan internasional untuk tiga bulan impor.
Penurunan cadangan devisa terutama disebabkan oleh kewajiban pembayaran utang luar negeri pemerintah. Namun, Bank Indonesia optimistis bahwa posisi ini cukup kuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sektor keuangan.
Pasar global kini mengarahkan perhatian pada rilis data ketenagakerjaan AS untuk November 2024, termasuk laporan nonfarm payrolls dan tingkat pengangguran. Data ini berpotensi menjadi penentu arah kebijakan moneter The Fed, yang dapat memengaruhi sentimen pasar secara global.
Bulan lalu, data ketenagakerjaan AS menunjukkan kenaikan yang jauh di bawah ekspektasi, hanya bertambah 12 ribu pekerjaan. Jika data terbaru menunjukkan tren serupa, ada kemungkinan pasar akan menyesuaikan ekspektasi terkait kebijakan suku bunga The Fed.
Penguatan IHSG kali ini didorong oleh kombinasi faktor domestik dan global. Optimisme terhadap stabilitas ekonomi Indonesia, didukung oleh kebijakan fiskal yang proaktif serta daya tarik investasi, memberikan angin segar bagi pasar. Di sisi lain, dinamika ekonomi global, terutama dari AS, tetap menjadi perhatian utama investor dalam mengambil langkah strategis.
IHSG diprediksi terus bergerak dinamis di tengah volatilitas pasar global, dengan sektor-sektor strategis seperti Utilities, Real Estate, dan Consumer Cyclicals tetap menjadi sorotan utama.