KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan kinerja positifnya dengan ditutup menguat 1,08% ke posisi 7.139,63 pada perdagangan Senin, (01/07) kemarin.
Kenaikan ini menandai tren penguatan selama empat hari berturut-turut, sekaligus mengembalikan IHSG ke level psikologis 7.100 yang terakhir kali dicapai pada 29 Mei lalu.
Nilai transaksi pada perdagangan Senin kemarin mencapai sekitar Rp 14 triliun dengan 14 miliar lembar saham yang diperdagangkan dalam 918.173 kali transaksi. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 321 saham mengalami kenaikan, 233 saham turun, dan 241 saham stagnan. Penguatan ini mencerminkan optimisme investor meskipun data ekonomi yang dirilis pada hari ini tidak semuanya menggembirakan.
Secara sektoral, sektor transportasi menjadi penopang utama IHSG dengan kenaikan signifikan sebesar 4,14%. Saham-saham di sektor ini menunjukkan kinerja yang kuat, mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di masa mendatang.
Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dari Grup Salim memberikan kontribusi terbesar terhadap kenaikan IHSG, dengan kenaikan 16,5 poin. Selain AMMN, saham-saham berkapitalisasi besar lainnya seperti PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) juga mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 15,4%, dan masuk dalam daftar top gainers.
PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) bahkan melonjak hingga batas Auto Rejection Atas (ARA) dengan kenaikan 100%. Saham lain yang masuk dalam daftar top gainers adalah PT Krida Jaringan Nusantara Tbk (KJEN) yang naik 17,6%, PT MNC Land Tbk (KPIG) naik 14%, dan PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO) yang meningkat 13,2%.
Namun, tidak semua saham menikmati kenaikan. Saham PT Ladangbaja Murni Tbk (LABA) memimpin daftar top losers dengan penurunan sebesar 13%. Saham lainnya yang masuk dalam daftar top losers adalah PT Jaya Trisindo Tbk (HELI) yang turun 12,3%, PT Indo Boga Sukses Tbk (IBOS) melemah 9,9%, PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS) turun 8,8%, dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yang turun 8,7%.
Meski IHSG menunjukkan penguatan, data ekonomi yang dirilis pada senin kemarin menunjukkan beberapa kelemahan. S&P Global melaporkan bahwa Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia untuk bulan Juni 2024 turun ke angka 50,7 dari 52,1 di bulan Mei. Meskipun menurun, angka ini masih berada di zona ekspansif, karena berada di atas 50. PMI di atas 50 menunjukkan ekspansi ekonomi, sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) juga merilis data inflasi periode Juni 2024 yang menunjukkan deflasi sebesar 0,08% secara bulanan (month-to-month/mtm), setelah sebelumnya pada Mei tercatat deflasi sebesar 0,03%. Secara tahunan (year-on-year/yoy), IHK berada di level 2,51%, turun dari 2,84% pada Mei lalu. Data deflasi ini menunjukkan bahwa tekanan harga di Indonesia masih terkendali, namun juga menandakan adanya perlambatan permintaan di dalam negeri.
Pada penutupan perdagangan sesi I, indeks saham di Asia juga menunjukkan tren yang positif. Indeks Nikkei (Jepang) stagnan, Shanghai Composite (China) naik 0,27%, dan Straits Times (Singapura) meningkat 0,11%. Sementara itu, bursa Hang Seng (Hong Kong) libur. Penguatan di pasar saham Asia ini turut memberikan sentimen positif bagi IHSG.
Optimisme investor terhadap pasar saham Indonesia tetap tinggi meskipun data ekonomi domestik menunjukkan beberapa kelemahan. Kepercayaan terhadap saham-saham berkapitalisasi besar dan sektor transportasi menjadi pendorong utama penguatan indeks hari ini. Investor juga menunjukkan minat yang kuat terhadap saham-saham yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik, terutama di sektor transportasi dan pertambangan.
Selain faktor domestik, penguatan IHSG juga dipengaruhi oleh sentimen positif dari pasar global. Kenaikan indeks saham di Asia memberikan sentimen positif tambahan bagi IHSG. Investor global menunjukkan minat yang kuat terhadap aset-aset berisiko, seiring dengan harapan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan terus membaik di paruh kedua tahun 2024.
Meski demikian, para analis mengingatkan bahwa volatilitas di pasar saham masih tinggi dan investor perlu tetap waspada terhadap berbagai risiko yang dapat mempengaruhi kinerja pasar saham. Kebijakan moneter global, perkembangan geopolitik, dan data ekonomi domestik akan menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan oleh investor dalam membuat keputusan investasi.
Dengan tren positif yang terus berlanjut, IHSG diharapkan dapat terus menunjukkan kinerja yang kuat dan memberikan peluang investasi yang menarik bagi para pelaku pasar. Kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang lebih baik di masa mendatang akan menjadi kunci utama dalam mempertahankan momentum positif di pasar saham.