KabarMakassar.com — Pertumbuhan perekonomian Indonesia diprediksi akan tetap tangguh dan stabil meskipun dihadapkan dengan isu global politik dan ekonomi yang semakin dinamis. Meredanya ketegangan geopolitik telah menyebabkan penurunan harga minyak WTI sebesar 8,2%, namun, cadangan devisa Indonesia turun sebesar US$ 4,2 miliar menjadi US$ 136,2 miliar pada April 2024.
Penurunan ini terjadi karena tingginya pembayaran utang luar negeri dan intervensi Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Selain itu, inflasi melambat menjadi 0,25% secara bulanan (month to month) dan 3% secara tahunan (year on year) pada April, dipengaruhi oleh deflasi harga bahan makanan pasca-Ramadhan.
Melihat kuartal I-2024, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,11%, didorong oleh belanja pemerintah dan konsumsi swasta.
Meskipun ini merupakan pertumbuhan terendah untuk kuartal Ramadhan sejak 2017, kecuali tahun Covid-19. Defisit transaksi berjalan melebar menjadi US$ 2,161 juta, dan neraca pembayaran keseluruhan menunjukkan defisit sebesar US$ 5,97 miliar.
Melihan kondisi itu pertumbuhan diperkirakan PDB pada 2024 mencapai 5,1%-5,2%. Pertumbuhan pada kuartal II-2024 diperkirakan masih cukup kuat di level 5,3%, didukung oleh kuatnya belanja pemerintah dan investasi.
Sementara, surplus neraca perdagangan akan terus berada di atas US$ 3 miliar secara bulanan sepanjang sisa tahun 2024 dan mencapai rata-rata US$ 3,6 miliar pada kuartal IV-2024.
Hal ini akan didukung oleh beroperasinya smelter milik Freeport dan Amman Minerals, yang diperkirakan akan menambah sekitar US$ 300 juta per bulan pada kuartal IV-2024.
Tambahan ini akan berdampak pada current account, di mana SimInvest menaksir akan berbalik dari defisit menjadi surplus sebesar 0,2%-0,3% terhadap PDB di kuartal III-IV 2024.
Namun secara tahunan, current account akan tetap defisit sebesar -0,2% terhadap PDB karena defisit cukup besar terjadi di kuartal I-2024 yang mencapai 1,1% terhadap PDB.
Isfhan menambahkan bahwa latar belakang makro yang tidak banyak berubah memberikan fondasi yang kuat bagi pasar saham untuk mengalami pemulihan pada semester II-2024.
Hal ini menguatkan prediksk target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada level 7.800 dengan asumsi 13,7 kali P/E.
Adapun, sebelum libur panjang akhir pekan ini, IHSG menutup perdagangan Rabu (22/5) dengan penguatan 0,51% ke level 7.222,38. Secara year to date, IHSG masih mencatat pelemahan sebesar 0,69%.