kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Melemah 0,87 Persen di Tengah Aksi Demonstrasi, Sektor Perbankan Tertekan

Akhiri Penguatan, IHSG Melemah Tipis ke level 7.787
Ilustrasi Saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada Kamis (22/08) dan berakhir di zona merah. Setelah sempat terkoreksi hingga 1% akibat dampak dari demonstrasi besar terkait RUU Pilkada, IHSG akhirnya ditutup melemah sebesar 0,87% ke level 7.488,68.

Dengan penurunan ini, IHSG mendekati batas psikologis di sekitar 7.480-an, menunjukkan tekanan yang cukup kuat pada pasar saham. Penurunan ini juga menutup penguatan IHSG selama tiga hari beruntun.

Pemprov Sulsel

Selama sesi kemarin, total nilai transaksi mencapai Rp 38 triliun dengan volume transaksi sebesar 18 miliar lembar saham yang tersebar dalam 1,1 juta kali transaksi. Dalam perdagangan tersebut, sebanyak 194 saham tercatat mengalami kenaikan, sementara 389 saham melemah dan 202 saham lainnya stabil.

Beberapa sektor utama menjadi kontributor utama pelemahan IHSG, dengan sektor infrastruktur mencatatkan penurunan terbesar sebesar 1,5%. Sektor teknologi, transportasi, dan keuangan juga turut menekan IHSG, masing-masing turun sebesar 1,4%, 1,23%, dan 1,19%.

Penurunan ini sebagian besar dipengaruhi oleh saham-saham perbankan besar yang menjadi penekan utama indeks. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) tercatat memberikan dampak negatif terbesar dengan penurunan 25,6 indeks poin.

Disusul oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang turun 9,9 indeks poin, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) turun 8,2 indeks poin, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang turun sebesar 7,4 indeks poin.

Meski demikian, beberapa saham berhasil mencatatkan kenaikan yang signifikan pada hari ini. Saham Tempo Intimedia (TMPO) memimpin dengan kenaikan 34,78% menjadi Rp 124 per saham. Diikuti oleh Jaya Agra Wattie (JAWA) yang naik 34,48% menjadi Rp117 dan Nusantara Almazia (NZIA) yang meningkat 33,33% menjadi Rp68.

Saham-saham lainnya yang juga mencatatkan kenaikan antara lain Green Power Group (LABA) dengan kenaikan 25% menjadi Rp 540 dan Bank Permata (BNLI) yang naik 24,6% menjadi Rp 1.165.

Di tengah tekanan pasar yang cukup besar, kenaikan beberapa saham tersebut menunjukkan adanya peluang bagi investor yang mampu memanfaatkan kondisi pasar yang fluktuatif. Namun, situasi politik dan ekonomi yang belum stabil masih menjadi tantangan besar bagi pergerakan IHSG ke depannya.

Pada perdagangan sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan tren positif dengan mencatatkan penguatan selama tiga hari berturut-turut. Pada perdagangan Rabu (21/8/2024), IHSG berhasil menguat sebesar 0,27% dan ditutup di posisi 7.554,59.

Indeks sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa (All Time High/ATH) di 7.594,54 sebelum sedikit terkoreksi menjelang penutupan.

Perdagangan hari ini masih cukup ramai dengan nilai transaksi mencapai Rp 14 triliun. Volume transaksi tercatat sebanyak 23,02 miliar saham dengan total 1,15 juta kali transaksi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 268 saham mengalami kenaikan, 295 saham melemah, dan 231 saham stagnan.

Aksi beli investor asing kembali mendominasi perdagangan dengan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 1,80 triliun di seluruh pasar. Sebagian besar aksi beli ini terjadi di pasar reguler dengan nilai Rp 1,72 triliun, sementara di pasar negosiasi dan tunai tercatat sebesar Rp 78,13 miliar.

Namun, tidak semua saham mendapatkan sentimen positif dari investor asing. Beberapa saham justru mengalami tekanan jual signifikan.

Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) memimpin daftar penjualan bersih oleh investor asing dengan total nilai jual sebesar Rp 46,9 miliar. Diikuti oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) dengan penjualan bersih sebesar Rp 16,9 miliar dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) sebesar Rp 10,6 miliar.

Saham-saham lain yang juga mengalami tekanan jual dari investor asing antara lain PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) dengan net sell Rp 9,4 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) Rp 8,6 miliar, dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) Rp 8,5 miliar.

Meski begitu, dengan terus menguatnya IHSG hingga mencetak rekor tertinggi baru, pasar menunjukkan optimisme yang cukup kuat di tengah dinamika yang ada. Para investor, baik lokal maupun asing, tampaknya terus memantau perkembangan pasar dengan cermat untuk memanfaatkan momentum penguatan ini.

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa pada level 7.594,55 sebelum ditutup sedikit di bawah level tersebut. P

ada Rabu (21/8), IHSG mengalami kenaikan sebesar 0,27% atau 20,61 poin, mengakhiri perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada posisi 7.554,59. Ini menandai penguatan IHSG untuk hari keempat berturut-turut.

Meskipun ada kekhawatiran terkait aksi jual setelah berita positif, IHSG tetap mempertahankan tren bullish. Pasar tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh sinyal overbought yang ditunjukkan oleh indikator Stochastic RSI. IHSG diprediksi akan menguji level resistance di 7.580 pada Kamis (22/8), namun investor diimbau tetap waspada terhadap potensi aksi ambil untung (profit taking).

Kenaikan IHSG didukung oleh laporan pertumbuhan kredit Sektor Perbankan Indonesia (SPI) yang mencapai 12,4% secara tahunan (year on year) pada Juli 2024, sedikit lebih tinggi dibandingkan 12,36% YoY di bulan sebelumnya.

Data ini mencerminkan kepercayaan pelaku pasar yang kuat terhadap perekonomian Indonesia, meskipun nilai tukar rupiah mengalami tekanan signifikan pada bulan yang sama.

Sementara itu, dari pasar internasional, investor tengah menanti dua agenda penting, yaitu rilis hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dan Simposium Jackson Hole, yang berpotensi memberikan petunjuk terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed.

IHSG diperkirakan akan menghadapi risiko koreksi dengan support di level 7.512 dan resistance di 7.610. Aksi ambil untung dari investor serta perkembangan komoditas dan nilai tukar rupiah diprediksi akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan IHSG ke depannya.