KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (02/08) kemarin. Dengan penurunan sebesar 0,24% atau 17,86 poin, mengakhiri sesi di level 7.308,12. Pelemahan ini terjadi di tengah tekanan sentimen global dan regional yang turut membebani pasar domestik.
Pada pembukaan perdagangan pagi, IHSG sudah menunjukkan tren penurunan, bergerak dari level 7.283,91, mencatatkan penurunan awal sebesar 4,97 poin atau 0,07%. Kondisi ini sejalan dengan pelemahan yang terjadi di bursa saham Asia dan global, di mana indeks utama seperti Nikkei, Hang Seng, dan Shanghai Composite juga mencatatkan penurunan signifikan.
Meskipun IHSG tertekan, investor asing tetap menunjukkan optimisme dengan mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 474,41 miliar di seluruh pasar. Di pasar reguler, net buy mencapai Rp 487,45 miliar, yang sebagian besar didorong oleh aksi beli pada saham-saham blue chip seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai Rp 416,71 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 74,34 miliar, dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dengan Rp 67,59 miliar.
Namun, di pasar negosiasi, terjadi aksi jual bersih (net sell) asing sebesar Rp 13,04 miliar, dengan saham-saham seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Indosat Tbk (ISAT), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi yang paling banyak dijual, masing-masing sebesar Rp 205,09 miliar, Rp 64,63 miliar, dan Rp 37,39 miliar.
Pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh kinerja sektor-sektor yang cenderung melemah. Tujuh sektor tercatat menyeret IHSG ke zona merah, dengan sektor transportasi dan logistik mencatatkan penurunan terdalam sebesar 1,04%. Sektor barang baku, yang juga melemah 0,76%, serta sektor infrastruktur yang terpuruk 0,71%, turut menambah tekanan terhadap indeks. Sektor-sektor lain seperti barang konsumsi primer, kesehatan, teknologi, dan keuangan juga mencatatkan penurunan meski tidak terlalu signifikan.
Di sisi lain, ada empat sektor yang berhasil bertahan di zona hijau meski IHSG secara keseluruhan melemah. Sektor energi memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 0,81%, didorong oleh harga minyak global yang masih relatif tinggi di tengah kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah. Sektor barang konsumsi nonprimer, properti dan real estat, serta perindustrian juga berhasil mencatatkan penguatan meskipun hanya tipis.
Total volume transaksi di bursa mencapai 14,27 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 9,73 triliun, menunjukkan aktivitas perdagangan yang cukup aktif meski mayoritas saham mengalami penurunan. Tercatat, ada 295 saham yang mengalami penurunan harga, sementara 240 saham berhasil menguat dan 255 saham stagnan.
Secara mingguan, IHSG masih mencatatkan penguatan sebesar 0,27%, menunjukkan bahwa meskipun terdapat tekanan jangka pendek, tren jangka panjang masih relatif positif. Sejak awal tahun, IHSG juga menunjukkan kenaikan sebesar 0,49%, meski kondisi makroekonomi dan geopolitik global masih menjadi tantangan bagi pasar domestik.
Dari sisi ekonomi domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi tahunan pada Juli 2024 sebesar 2,13% year on year (yoy), yang menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,51% (yoy). Penurunan inflasi ini merupakan yang terendah sejak Februari 2022, menandakan adanya penurunan daya beli masyarakat yang juga tercermin dari indeks PMI manufaktur yang berada di level kontraksi pada bulan Juli 2024. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) tetap menargetkan inflasi tahunan pada 2024 berada di kisaran 1,5% hingga 3,5%.
Di sisi global, kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang melambat, suku bunga yang tetap tinggi, serta konflik geopolitik di Timur Tengah yang kembali memanas setelah pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Iran, turut menambah tekanan bagi pasar saham global. Hal ini berdampak pada penurunan harga saham di bursa-bursa utama seperti di Amerika Serikat, di mana indeks Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite semuanya mencatatkan penurunan tajam.
Penurunan yang terjadi di bursa saham regional Asia juga menjadi faktor penekan IHSG. Indeks Nikkei Jepang terjun hingga 1.638,00 poin atau 4,30%, Hang Seng Hong Kong melemah 1,76%, Shanghai Composite turun 0,27%, dan Straits Times Singapura juga melemah 0,74%.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG hari ini menunjukkan bahwa pasar saham domestik masih sangat dipengaruhi oleh sentimen global dan regional, sementara faktor-faktor fundamental domestik seperti inflasi, daya beli, dan kebijakan moneter tetap menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, investor akan terus mencermati perkembangan ekonomi global dan regional serta kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter di dalam negeri untuk memandu keputusan investasi mereka.