kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Dibuka Menguat Tipis, Investor Pantau Sentimen Global dan Domestik

IHSG Dibuka Menguat Tipis, Investor Pantau Sentimen Global dan Domestik
Ilustrasi Saham (Dok: KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan tipis pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (09/01).

IHSG menguat 0,08% atau naik 5,56 poin ke level 7.085,91 pada pukul 09.01 WIB, berdasarkan data RTI Business. Dalam sesi awal perdagangan, IHSG bergerak di rentang 7.079 hingga 7.097.

Pemprov Sulsel

Aktivitas perdagangan pagi ini mencatat total transaksi saham mencapai 415,699 juta lembar dengan nilai mencapai Rp198,18 miliar.

Frekuensi transaksi mencapai 31.663 kali. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 121 saham menguat, 111 melemah, dan 223 stagnan. Sementara itu, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia tercatat berada di level Rp12.396 triliun.

Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, menyampaikan bahwa IHSG kemungkinan besar masih berada dalam fase konsolidasi pada pekan ini.

“Secara teknikal, pergerakan IHSG menunjukkan upaya keluar dari area overbought. Rentang konsolidasi diperkirakan berada di 7.030 hingga 7.130,” jelas Valdy.

Dari pasar global, perhatian investor tertuju pada rilis data pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika Serikat untuk Desember 2024.

Angka PHK diperkirakan meningkat menjadi 65.000 dari sebelumnya 57.000 pada November 2024. Sektor otomotif menyumbang jumlah PHK terbesar, dengan 11.000 kasus yang dipengaruhi oleh kebijakan tarif impor, persaingan dari produsen kendaraan listrik asal Tiongkok, dan perubahan kebijakan subsidi pemerintah.

“Sentimen ini memperkuat kekhawatiran akan dampak negatif dari kebijakan inward looking yang terlalu agresif di AS,” ujar Valdy.

Selain itu, hasil risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada Rabu (08/01) menunjukkan pandangan yang sejalan dengan ekspektasi pasar, yaitu pemangkasan suku bunga acuan secara moderat di tahun 2025.

Hal ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap dampak kebijakan imigrasi dan perdagangan terhadap inflasi serta ketenagakerjaan di AS.

Indeks-indeks utama Wall Street merespons positif risalah tersebut, dengan Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,25% dan S&P 500 menguat 0,16% pada penutupan perdagangan Rabu (08/01) kemarin.

Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2024. Data ini diperkirakan tetap berada di atas level 120, mencerminkan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi.

Penguatan IHSG di awal perdagangan mencerminkan respons positif investor terhadap stabilitas domestik, meski dibayangi oleh ketidakpastian global.

Prospek pergerakan IHSG hingga akhir pekan akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan sentimen global dan data ekonomi domestik yang dirilis dalam beberapa hari mendatang.

Sebelumnya, IHSG berakhir di zona merah setelah mencatat penurunan tipis sebesar 2,93 poin atau 0,04%. IHSG ditutup di level 7.080,35, setelah sepanjang hari menunjukkan tren pelemahan sejak sesi pembukaan. Rentang pergerakan IHSG berada di level 7.129,29 hingga 7.046,17.

Data perdagangan menunjukkan volume transaksi mencapai 16,88 miliar saham dengan total nilai transaksi sebesar Rp9,39 triliun.

Frekuensi transaksi yang tercatat sebanyak 1,06 juta kali menunjukkan aktivitas pasar yang cukup tinggi meski ditutup melemah.

Saham-saham yang menguat hanya berjumlah 239, sementara 352 saham melemah dan 208 saham stagnan.

Sejumlah sektor menjadi penekan utama IHSG, seperti sektor barang baku yang anjlok 3,41%, sektor perindustrian turun 1,18%, dan sektor konsumen non-primer melemah 0,60%.

Saham sektor teknologi juga mencatat pelemahan sebesar 0,57%. Di sisi lain, sektor keuangan menjadi satu-satunya sektor yang bertahan di zona hijau dengan penguatan 0,32%.

Saham-saham yang membebani indeks antara lain PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang anjlok 9,93%, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) turun 6,36%, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melemah 6,10%.

Dari sektor perindustrian, PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO) mengalami penurunan tajam 9,88%, PT United Tractors Tbk (UNTR) melemah 2,61%, serta PT Astra International Tbk (ASII) turun 2,24%.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mengalami tekanan, melemah sebesar 0,4% ke posisi Rp16.195 per dolar AS.

Tekanan pada rupiah terjadi meskipun Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa RI mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.

BI mengumumkan bahwa posisi cadangan devisa pada Desember 2024 mencapai US$155,7 miliar, meningkat sebesar US$5,5 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Rekor sebelumnya tercatat pada Oktober 2024 di angka US$151,2 miliar.

Dalam setahun, cadangan devisa RI bertambah signifikan sebesar US$9,3 miliar, dari US$146,4 miliar pada Desember 2023.

“Kenaikan cadangan devisa ini berasal dari penerimaan pajak dan jasa, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan devisa migas. Hal ini terjadi di tengah upaya stabilisasi nilai tukar rupiah menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global,” jelas BI dalam keterangan tertulisnya.

Posisi cadangan devisa saat ini mampu membiayai 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor sekaligus pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional yang hanya sekitar 3 bulan impor.

Di sisi lain, bursa saham Asia mencatat pergerakan yang bervariasi pada penutupan perdagangan hari ini. Indeks Shanghai ditutup menguat tipis 0,02%, indeks Kospi Korea Selatan melesat 1,16%, dan indeks Strait Times Singapura melonjak 1,54%. Namun, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,86%, sementara Nikkei 225 Jepang terkoreksi 0,26%.

Berikut rekomendasi saham hari ini, Kamis (09/01):

Phintraco Sekuritas

  • AMRT
  • MYOR
  • CLEO
  • INDY
  • AKRA

Panin Sekuritas

  • BMRI
  • INDF
  • CMRY
  • MYOR

MNC Sekuritas

  • BIRD
  • ESSA
  • ISAT
  • MIKA

Disclaimer: Saham-saham yang direkomendasikan di atas mencerminkan potensi tren kenaikan berdasarkan analisis teknikal dan fundamental. Meski demikian, investor disarankan untuk tetap mencermati kondisi pasar dan melakukan analisis lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi. Berita ini tidak bersifat mengajak untuk membeli produk tertentu.