kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Dibuka Melemah, Bursa Global Tunjukkan Tren Beragam

Mulai 2025, Tarif PPN di Bursa Efek Indonesia Naik Jadi 12 Persen
Ilustrasi Saham (Dok: KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (30/12). IHSG terkoreksi tipis 9,79 poin atau 0,14% ke level 7.026,7, bergerak dalam rentang 7.010 hingga 7.041.

Meski IHSG tertekan, beberapa saham justru mencuri perhatian dengan lonjakan signifikan. Berdasarkan data RTI, lima saham mencatat kenaikan luar biasa hingga masuk daftar top gainers, dengan lonjakan mencapai 16% lebih.

Pemprov Sulsel

Saham PT Asia Sejahtera Mina Tbk (AGAR) memimpin kenaikan dengan lonjakan 16,9%, disusul PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) yang naik sama kuatnya 16,9%. Saham PT Agro Yasa Lestari Tbk (AYLS) juga turut melejit hingga 16,3%.

Dua saham lain yang masuk jajaran top gainers adalah PT Dharma Samudera Fishing Industry Tbk (DSFI) yang melonjak 14,7% dan PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk (AKSI) yang naik 12,3%.

Pada menit-menit awal perdagangan, volume transaksi mencapai 1,5 miliar saham dengan nilai perdagangan sebesar Rp 396,2 miliar. Total transaksi tercatat sebanyak 39.195 kali, dengan 184 saham menguat, 134 terkoreksi, dan 228 stagnan.

Meski IHSG lesu, pergerakan saham-saham unggulan ini menunjukkan adanya peluang di tengah fluktuasi pasar. Investor diharapkan terus mencermati potensi saham-saham lainnya di tengah volatilitas yang terjadi.

Untuk informasi, dalam sepekan terakhir, IHSG mencatat penguatan sebesar 0,42%. Namun, dalam rentang waktu sebulan terakhir, IHSG masih terkoreksi dengan penurunan 2,69%.

Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat (AS) mengakhiri pekan Natal pada Jumat (27/12) di zona merah. Indeks S&P 500 melemah 1,11%, meski masih menyisakan kenaikan mingguan sebesar 0,67%.

Indeks Nasdaq Composite tertekan lebih dalam dengan penurunan 1,49%, usai anjlok lebih dari 2% dalam sesi perdagangan sebelumnya. Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga melemah 0,77% di hari yang sama.

Sementara itu, indeks saham global MSCI turun 0,59% pada Jumat, tetapi berhasil menguat 1,45% sepanjang pekan tersebut.

Para analis memperkirakan potensi kenaikan terbatas untuk pasar AS, didorong oleh optimisme atas pelantikan Presiden Terpilih AS, Donald Trump, yang diyakini dapat menjadi momentum baru bagi pasar.

Beralih ke pasar global lainnya, bursa Asia dan Eropa menunjukkan tren positif. Indeks MSCI saham Asia Pasifik (di luar Jepang) terkoreksi tipis 0,1% pada Jumat, namun menguat 1,5% selama sepekan.

Nikkei Tokyo menonjol dengan kenaikan 1,8% di pekan yang sama. Di Eropa, indeks Stoxx 600 mencatat kenaikan 0,67% pada Jumat dan menguat sekitar 1% sepanjang minggu.

Disisi lain, Bank Indonesia (BI) melaporkan arus modal asing keluar dari Indonesia pada minggu keempat Desember 2024 mencapai Rp 4,31 triliun.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, mengungkapkan bahwa aksi jual neto ini terjadi di berbagai instrumen keuangan, seperti pasar saham, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

“Rinciannya, jual neto tercatat sebesar Rp 0,63 triliun di pasar saham, Rp 0,86 triliun di pasar SBN, dan Rp 2,82 triliun di SRBI,” jelas Ramdan dalam ketersngan resminya dikutip Senin (30/12)

Meskipun terjadi arus keluar di minggu terakhir Desember, sepanjang tahun 2024, aliran modal asing masih menunjukkan tren positif.

Hingga 24 Desember 2024, nonresiden mencatatkan beli neto sebesar Rp 15,61 triliun di pasar saham, Rp 37,94 triliun di pasar SBN, dan Rp 167,83 triliun di SRBI.

Pada semester II-2024, pembelian bersih oleh nonresiden tercatat sebesar Rp 15,27 triliun di pasar saham, Rp 71,90 triliun di pasar SBN, dan Rp 37,48 triliun di SRBI.

Premi risiko investasi Indonesia, yang diukur melalui credit default swaps (CDS) tenor 5 tahun, naik dari 75,86 bps pada 20 Desember menjadi 76,02 bps pada 26 Desember 2024. Hal ini mencerminkan peningkatan risiko investasi di tengah dinamika pasar global.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan pergerakan stabil. Pada Selasa (24/12), rupiah ditutup di level Rp 16.185 per dolar AS, sementara pada Jumat (27/12), rupiah dibuka di level Rp 16.180 per dolar AS.

Yield SBN tenor 10 tahun juga mencatat penurunan, dari 7,019% pada Selasa (24/12) menjadi stabil di level 7,00% pada Jumat (27/12).

Namun, penguatan indeks dolar (DXY) ke level 108,13 dan kenaikan yield US Treasury tenor 10 tahun ke 4,583% memberikan tekanan tambahan terhadap pasar keuangan domestik.

Meskipun pasar menghadapi tantangan di penghujung tahun, BI tetap optimistis dengan dukungan aliran modal asing sepanjang tahun serta stabilitas nilai tukar yang terjaga.

Investor diharapkan tetap mencermati perkembangan pasar global yang dapat memengaruhi dinamika di awal tahun 2025.