KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan pada penutupan perdagangan hari ini, dengan pergerakan yang terus menguat sejak awal sesi.
IHSG mengawali perdagangan dengan lonjakan yang langsung membawa indeks ke zona hijau dan terus bertahan di sana hingga akhir sesi.
Menurut data yang dihimpun dari RTI, IHSG ditutup pada level 7.694,53, naik 23,79 poin atau sekitar 0,31 persen dibandingkan dengan posisi pembukaan di 7.670,86. Sepanjang sesi, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 7.726,18, sementara titik terendahnya berada di 7.669,92.
Volume perdagangan pada perdagangan awal pekan September mencapai 17,65 miliar lembar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp12,05 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 351 saham mengalami kenaikan harga, 243 saham mengalami penurunan, dan 200 saham tetap stagnan.
Sektor Teknologi Dominasi Penguatan
Pada awal perdagangan, IHSG langsung menguat dan tetap berada di zona positif sepanjang sesi pertama dan kedua. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor mengalami penguatan, dipimpin oleh sektor teknologi yang melonjak 2,05 persen. Sektor infrastruktur dan industri juga mencatatkan kenaikan masing-masing sebesar 1,21 persen dan 0,99 persen.
Namun, tidak semua sektor mengalami penguatan. Sektor barang konsumen non-primer mencatat penurunan terbesar dengan minus 2,22 persen, diikuti oleh sektor barang baku yang turun 0,20 persen dan sektor properti yang melemah 0,10 persen.
Saham-Saham yang Mendapatkan dan Kehilangan Cuan
Di antara saham yang paling menguntungkan hari ini, beberapa berhasil mencatatkan kenaikan signifikan. PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) memimpin dengan kenaikan 34,92 persen menjadi Rp85, disusul oleh PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) yang naik 24,32 persen menjadi Rp690.
Saham-saham lainnya yang juga mengalami penguatan besar termasuk PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) dengan kenaikan 19,23 persen, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang naik 17,44 persen, dan PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) yang meningkat 14,15 persen.
Di sisi lain, beberapa saham mengalami penurunan tajam. PT Aman Agrindo Tbk (GULA) menjadi yang paling terpukul dengan penurunan 19,33 persen menjadi Rp605. Saham-saham lain yang juga mencatatkan penurunan signifikan termasuk PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) yang turun 15,32 persen, PT OBM Drilchem Tbk (OBMD) yang melemah 15,15 persen, Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) yang turun 10,57 persen, dan PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR) yang terkoreksi 10,11 persen.
Pergerakan Bursa Saham Regional
Di bursa saham regional Asia, performa beragam juga terlihat. Indeks Nikkei di Jepang naik 53,09 poin atau 0,14 persen ke 38.700,89. Sebaliknya, indeks Hang Seng di Hong Kong mengalami pelemahan signifikan, turun 297,09 poin atau 1,65 persen ke 17.691,97.
Indeks Shanghai di China juga melemah 31,17 poin atau 1,10 persen ke 2.811,03, sementara indeks Strait Times di Singapura menguat 20,15 poin atau 0,59 persen ke 3.463,90.
Diketahui, IHSG menunjukkan pergerakan positif pada perdagangan sesi pertama kemarin, meskipun data ekonomi Indonesia terbaru kurang menggembirakan. Pada pukul 12:00 WIB, IHSG berhasil naik 0,43% dan mencapai level 7.704,01, sekali lagi menembus level psikologis 7.700.
Sepanjang sesi pertama, IHSG mengalami transaksi senilai Rp 6,1 triliun, dengan 9,9 miliar saham yang berpindah tangan melalui 762.513 kali transaksi. Dari total saham yang diperdagangkan, 344 saham mengalami kenaikan harga, 229 saham mengalami penurunan, dan 213 saham lainnya stagnan.
Sektor Infrastruktur Pimpin Penguatan
Di sektor-sektor perdagangan, infrastruktur menjadi yang paling mencolok dengan peningkatan sebesar 1,43% pada sesi pertama. Di antara saham-saham yang menopang penguatan IHSG, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) muncul sebagai kontributor terbesar, menyumbang 9,6 poin indeks.
Data Ekonomi Indonesia: PMI Manufaktur dan Inflasi
Penguatan IHSG hari ini terjadi di tengah rilis data ekonomi yang tidak begitu menggembirakan. Data Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur untuk Agustus 2024 menunjukkan kontraksi di level 48,9, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang berada di angka 49,3.
Ini menandakan bahwa sektor manufaktur Indonesia telah berada dalam fase kontraksi selama dua bulan berturut-turut, setelah juga mengalami penurunan selama lima bulan terakhir dari level 54,2 pada Maret 2024.
Penurunan PMI ini disebabkan oleh turunnya output dan pesanan baru yang semakin tajam, serta pengurangan tenaga kerja di sektor manufaktur. Hal ini menambah kekhawatiran terhadap dampak ekonomi, terutama menjelang akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober mendatang.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,03% pada Agustus 2024, menjadikannya deflasi keempat dalam tahun ini. BPS mencatat bahwa tren deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga pada komoditas yang bergejolak, yang secara historis terjadi setiap Agustus dalam lima tahun terakhir, kecuali pada Agustus 2021.
Fenomena September Effect dan Harapan IHSG
Secara historis, IHSG cenderung mengalami tekanan selama bulan September, yang dikenal dengan fenomena “September Effect.” Dari tahun 2015 hingga 2023, IHSG hanya mengalami penguatan dua kali selama bulan September, sementara tujuh kali lainnya mengalami penurunan.
Meskipun demikian, ada optimisme bahwa IHSG bisa mencatat kinerja positif pada September ini, terutama jika Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat memutuskan untuk memangkas suku bunga dalam pertemuan mereka bulan ini.
Bank Indonesia (BI) juga mencatat adanya arus masuk modal asing sebesar Rp 6,21 triliun ke pasar keuangan Indonesia selama periode 26-29 Agustus 2024, yang merupakan sentimen positif bagi IHSG. Dana asing tersebut mengalir ke pasar surat berharga negara (SBN), pasar saham, serta Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Pergerakan Bursa Regional Asia
Di pasar regional Asia, indeks saham bergerak bervariasi. Indeks Nikkei Jepang menguat 53,09 poin atau 0,14% ke 38.700,89, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 297,09 poin atau 1,65% ke 17.691,97. Indeks Shanghai China juga mengalami penurunan 31,17 poin atau 1,10% ke 2.811,03, sementara indeks Strait Times Singapura naik 20,15 poin atau 0,59% ke 3.463,90.
Investor regional tampaknya masih mencerna berbagai data ekonomi, termasuk aktivitas manufaktur yang mengalami kontraksi di Jepang namun menunjukkan sedikit perbaikan di China, dengan PMI manufaktur China naik ke 50,4 dari 49,8 pada Juli.
Saham-Saham yang Menjadi Penggerak IHSG
Pada sesi pertama hari ini, beberapa saham mencatatkan kenaikan signifikan. Saham-saham seperti PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk (PGLI), PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK), PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) menjadi yang paling menguat. Sementara itu, saham-saham yang mengalami penurunan terbesar termasuk PT Aman Agrindo Tbk (GULA), PT Hade Dinamika Jaya Tbk (HADE), PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR), dan PT Indosari Sapta Prima Tbk (ISAP).
Secara keseluruhan, meskipun terdapat kekhawatiran dari sisi data ekonomi domestik, optimisme investor tampaknya masih cukup kuat, didorong oleh sentimen positif dari pasar global dan prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed.