KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan rebound pada perdagangan Senin (4/11), setelah mengalami penurunan sebesar 68,76 poin atau 0,19 persen ke level 7.505,25 saat penutupan Jumat (1/11).
Sentimen positif dari penguatan indeks global serta kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) mendatang memberikan harapan bagi investor domestik. Namun, IHSG diperkirakan akan tetap fluktuatif sepanjang pekan ini, seiring berbagai faktor eksternal dan domestik yang mempengaruhi.
Sentimen Positif dari Global: Penguatan Wall Street dan Peluang Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Penguatan Wall Street pada penutupan Jumat (1/11) menjadi salah satu sentimen positif bagi IHSG. Pasar Amerika Serikat menguat didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang dipicu oleh realisasi data tenaga kerja yang lebih rendah dari perkiraan.
Pada Oktober 2024, penciptaan lapangan kerja di AS hanya mencapai 12.000, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 100.000. Penurunan ini menunjukkan perlambatan di sektor tenaga kerja yang membuka peluang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.
Data tenaga kerja yang lemah ini menjadi indikator penting bagi pasar karena pasar tenaga kerja yang solid kerap dianggap sebagai salah satu alasan utama bagi The Fed untuk menahan laju pemangkasan suku bunga.
Dengan adanya data ini, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter The Fed semakin meningkat, yang diprediksi akan berdampak positif pada pasar keuangan, termasuk IHSG.
Di samping itu, pasar global sedang mengantisipasi hasil Pemilu AS yang dijadwalkan berlangsung pada 5 November 2024, dengan persaingan antara kandidat Donald Trump dan Kamala Harris.
Hasil pemilu ini diperkirakan akan mempengaruhi arah kebijakan ekonomi dan perdagangan global, yang tentunya memiliki dampak bagi pasar domestik. Harris, misalnya, dikenal dengan pendekatan multilateral dalam perdagangan dan hubungan internasional, yang mungkin akan menurunkan ketegangan global dan memberi peluang positif bagi hubungan dagang antarnegara, termasuk dengan Indonesia.
Dari dalam negeri, pelemahan IHSG pada Jumat (1/11) juga dipengaruhi oleh penyesuaian portofolio investor seiring berlakunya hasil review terbaru untuk indeks LQ45, IDX80, dan IDX30.
Review ini memengaruhi saham-saham yang tergabung dalam indeks tersebut, yang berdampak pada pergerakan IHSG. Di pekan ini, IHSG juga akan menghadapi potensi fluktuasi lain menjelang hasil major review dari MSCI yang dijadwalkan pada Kamis (7/11) mendatang. .
Hasil review ini akan menentukan komposisi saham dalam indeks MSCI, yang sering kali menjadi acuan bagi investor asing dalam menentukan portofolio.
Selain itu, pasar juga menantikan data penting dari dalam negeri, yaitu laporan Produk Domestik Bruto (GDP) untuk kuartal III tahun 2024, yang akan dirilis dalam pekan ini.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan melambat menjadi 5%, yang jika rilisnya sesuai atau lebih baik dari ekspektasi pasar, akan menjadi sentimen positif bagi pasar saham. Namun, jika realisasi GDP lebih rendah dari konsensus, hal ini bisa memberikan tekanan pada IHSG.
Rekomendasi Saham dan Prediksi Pergerakan IHSG
Menurut analisis MNC Sekuritas, IHSG memiliki area support di level 7.449. Apabila indeks mampu bertahan di atas level ini, IHSG diperkirakan masih berada pada akhir wave (ii) dari wave [iii] dalam skenario hitam.
Namun, jika IHSG gagal bertahan dan terjadi tekanan jual lebih lanjut, IHSG kemungkinan besar akan terkoreksi lebih dalam, menguji area support di 7.355-7.444 untuk membentuk wave (c) dari wave [ii] atau wave (c) dari wave [iv].
Analis merekomendasikan beberapa saham yang bisa diperhatikan investor untuk perdagangan Senin (4/11), antara lain saham BBCA, ESSA, BMRI, PTPP, BFIN, dan BRIS. Selain itu, saham-saham seperti CMNT, ITMG, SRTG, dan WIKA juga disarankan untuk dicermati, mengingat potensi pergerakannya yang menarik sepanjang pekan ini.
Sentimen Eksternal: Data Ekonomi AS dan China
Beberapa data ekonomi global yang akan dirilis pekan ini juga menjadi perhatian pasar, khususnya data PMI sektor jasa AS dan neraca perdagangan China. Pekan ini, AS akan merilis PMI Services untuk Oktober, yang diproyeksikan akan naik ke 55,3 menurut S&P Global, namun menurun ke 53,3 menurut ISM. Jika data ini sesuai dengan proyeksi, maka bisa mendukung penguatan dolar AS dan mengimbas pada nilai tukar rupiah.
Sementara itu, data neraca perdagangan China untuk bulan Oktober juga akan dirilis, yang menjadi data penting karena China adalah mitra dagang utama Indonesia. Jika data perdagangan menunjukkan peningkatan ekspor dan impor, ini bisa menjadi sentimen positif bagi Indonesia, mengingat ketergantungan ekonomi domestik pada pasar ekspor, terutama ke China.
Sentimen Suku Bunga The Fed dan Pemilu AS
Pekan ini, The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, yang diharapkan memberikan dukungan pada ekonomi domestik dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Di sisi lain, pemangkasan suku bunga ini juga diharapkan dapat meredam perlambatan ekonomi global yang mulai dirasakan. Bagi pasar domestik, kebijakan ini dinilai akan memperbaiki sentimen investor dan memberikan momentum positif bagi IHSG.
Di tengah pekan ini, pasar juga mengantisipasi hasil Pemilu AS yang banyak dinantikan oleh pelaku pasar global. Jika Kamala Harris menang, diharapkan akan ada pendekatan kebijakan yang lebih multilateral, yang diharapkan menurunkan ketegangan dalam perdagangan global dan memperbaiki hubungan dengan negara-negara partner dagang AS, termasuk Indonesia.
Secara keseluruhan, meski IHSG diprediksi akan rebound di awal pekan, investor disarankan tetap waspada terhadap berbagai sentimen global dan domestik yang memengaruhi pergerakan pasar sepanjang pekan ini. Berbagai faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga The Fed, Pemilu AS, serta data ekonomi domestik dan internasional dapat memicu fluktuasi yang signifikan.
Untuk menghadapi kondisi ini, investor dapat mempertimbangkan saham-saham yang direkomendasikan analis, serta memanfaatkan peluang yang ada dengan strategi yang hati-hati. Dengan memperhatikan pergerakan data ekonomi global dan mengelola portofolio secara bijak, investor diharapkan bisa menghadapi tantangan pasar dan memanfaatkan momentum positif bagi pertumbuhan investasi.