kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Berpotensi Koreksi di Level 7.000

IHSG Dibuka Menguat Tipis, Investor Pantau Sentimen Global dan Domestik
Ilustrasi Saham (Dok: KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak terkoreksi sepanjang perdagangan awal pekan hari ini, Senin (2/12), dengan rentang pergerakan berada di kisaran 7.000-7.200.

Tekanan pada IHSG masih dipengaruhi oleh aksi jual bersih investor asing terhadap saham-saham kapitalisasi besar (big caps). Selain itu, penurunan harga saham ADRO yang terdampak distribusi dividen turut menambah beban pada indeks.

Pemprov Sulsel

Mengakhiri perdagangan bulan November 2024, IHSG tercatat bertahan di zona permintaan (demand zone) pada level 6.998-7.118. Menariknya, secara historis, bulan Desember kerap menjadi periode optimisme bagi IHSG. Kecuali pada tahun 2022, indeks ini selalu mencatatkan tren kenaikan sepanjang bulan terakhir di kalender.

Jika pola historis ini kembali terulang, peluang rebound IHSG cukup besar. Pemulihan diproyeksikan terjadi menjelang pekan kedua bulan Desember, setelah IHSG mencapai titik terendah (bottoming). Optimisme ini memberikan harapan bagi pelaku pasar untuk memanfaatkan peluang di tengah tekanan saat ini.

Sebelumnya, investor asing kembali net sell mencapai Rp1,6 triliun, tekanan net sell masih tinggi, net sell terbesar terjadi pada BBRI, BMRI, ADRO, TPIA dan BUMI (diurutkan sesuai 5 terbesar).

Dengan demikian, secara analisis teknikal, IHSG melanjutkan koreksi, dan tertahan pada area demand zone 6.998-7.118. Area ini kembali diuji untuk mengidentifikasi fase bottoming IHSG.

Adapun Resistance IHSG menurun menjadi 7.200. IHSG belum berhasil menembus resistance MA20 pada tanggal 26 November 2024 adalah indikasi bahwa IHSG bergerak dalam tren menurun.

Dalam pergerakan pasar saham yang dinamis, beberapa saham menunjukkan potensi penguatan teknikal yang menarik untuk diperhatikan oleh para investor. Berikut adalah ulasan teknikal singkat mengenai saham-saham yang direkomendasikan:

PGAS: Konsolidasi dalam Tren Menguat

  • Rekomendasi: Buy
  • Support: 1.435
  • Resistance: 1.575

Harga saham PGAS saat ini berada dalam fase konsolidasi, namun tetap mempertahankan tren penguatan. Dengan support yang kokoh di 1.435, potensi kenaikan menuju 1.575 dapat menjadi peluang menarik bagi investor jangka pendek.

MTEL: Sideways dengan Sinyal Penguatan

  • Rekomendasi: Buy
  • Support: 595
  • Resistance: 655; 700

MTEL terus bergerak dalam tren sideways di kisaran 555–700. Kenaikan signifikan pekan lalu membentuk support baru di 595. Jika momentum ini berlanjut, ada potensi harga menuju level resistance 700, memberikan ruang keuntungan yang menjanjikan.

BBCA: Si Penjaga Indeks dengan Potensi Rebound

  • Rekomendasi: Buy
  • Support: 9.800
  • Resistance: 10.500

Dikenal sebagai “si penjaga indeks,” saham BBCA menunjukkan sinyal rebound yang kuat. Indikasi golden cross pada MACD signal line mengisyaratkan potensi kenaikan lebih lanjut. Investor disarankan untuk memanfaatkan peluang ini dalam jangka menengah.

MDKA: Tetap Waspada di Tengah Tren Pelemahan

  • Rekomendasi: Wait and See
  • Support: 1.710
  • Resistance: 2.010

Saham MDKA berada dalam tren turun yang kuat, dengan pergerakan harga konsisten di bawah MA5 dan MA20. Kondisi ini menunjukkan risiko yang lebih tinggi. Investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan menunggu konfirmasi pembalikan tren sebelum melakukan aksi beli.

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memperluas cakupan saham yang dapat diperdagangkan pada sesi pra-pembukaan. Perubahan ini mulai berlaku pada 9 Desember 2024, mencakup saham yang tercatat di papan utama, ekonomi baru, dan papan pengembangan. Sebelumnya, sesi pra-pembukaan hanya berlaku untuk saham-saham LQ45.

Langkah ini didasarkan pada revisi Peraturan Bursa Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas, yang akan diterbitkan pada 6 Desember 2024. Tujuannya adalah untuk menciptakan perdagangan yang lebih adil, transparan, dan efisien.

Empat Alasan Utama di Balik Perubahan
BEI mengidentifikasi empat alasan utama yang mendorong pembaruan aturan ini:
1. Peningkatan Kapasitas Sistem JAST
Langkah ini bertujuan mengakomodasi lebih banyak saham yang dapat diperdagangkan dalam sesi pra-pembukaan, seiring dengan perkembangan teknologi di sistem perdagangan.

2. Mengurangi Risiko Volatilitas Harga
Perubahan ini juga diharapkan dapat mengendalikan fluktuasi harga secara lebih efektif, sekaligus menegaskan norma kewajaran dalam perdagangan efek.

3. Penguatan Pengawasan Perdagangan
Dengan aturan baru ini, BEI akan memiliki kewenangan lebih besar untuk memastikan aktivitas perdagangan berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

4. Menjaga Integritas Data Transaksi
Langkah ini dirancang untuk meningkatkan keandalan dan keamanan data transaksi yang terjadi di Bursa.

Selain memperluas daftar saham, BEI juga melakukan penyesuaian waktu dalam sesi pra-pembukaan.
Aturan Lama: Waktu input berlangsung pukul 08.45–08.59 WIB, dan proses matching dilakukan antara pukul 08.59.01–08.59.59 WIB.
Aturan Baru: Waktu input tetap sama, yaitu pukul 08.45–08.59 WIB. Namun, waktu matching akan dimulai lebih awal, yakni pukul 08.58–08.59.59 WIB.

Perubahan ini memberikan peluang bagi investor untuk lebih aktif bertransaksi di sesi pra-pembukaan, terutama dengan tersedianya lebih banyak pilihan saham. Selain itu, penyesuaian waktu matching memungkinkan transaksi berlangsung lebih cepat, mendukung keputusan investasi yang lebih responsif terhadap kondisi pasar.

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penurunan sebesar 1,13 persen dalam periode perdagangan 25-29 November 2024.

IHSG ditutup pada level 7.114,266, turun dari posisi 7.195,565 pada pekan sebelumnya. Meskipun demikian, beberapa indikator menunjukkan peningkatan aktivitas pasar yang cukup signifikan, memberikan sinyal optimisme menjelang akhir tahun.

Menurut Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Kautsar Primadi Nurahmad, rata-rata nilai transaksi harian Bursa mengalami lonjakan sebesar 35,53 persen menjadi Rp13,45 triliun dari Rp9,93 triliun pada pekan sebelumnya.

Kenaikan ini juga tercermin pada rata-rata volume transaksi harian yang meningkat 31,23 persen menjadi 26,10 miliar lembar saham dibandingkan 19,89 miliar lembar saham di minggu sebelumnya.

Selain itu, frekuensi transaksi harian turut mengalami kenaikan sebesar 3,27 persen menjadi 1,14 juta kali transaksi dari 1,10 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Namun, kapitalisasi pasar Bursa mengalami penurunan tipis sebesar 0,43 persen, dari Rp12.053 triliun pada pekan sebelumnya menjadi Rp12.000 triliun.

Investor asing juga mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp1,89 triliun pada Jumat, 29 November 2024.

Meskipun demikian, secara keseluruhan sepanjang tahun ini, investor asing telah membukukan nilai beli bersih sebesar Rp21,56 triliun, menunjukkan masih adanya minat dari investor luar negeri terhadap pasar saham Indonesia.

IHSG diproyeksikan tetap memiliki peluang untuk menguat menjelang akhir tahun. Para analis memprediksi bahwa indeks dapat bergerak dalam kisaran 7.300 hingga 7.400, dengan skenario terbaik berada pada level 7.400.

Optimisme ini didukung oleh berbagai sentimen, termasuk kebijakan pelonggaran suku bunga yang diharapkan mampu meningkatkan daya tarik sektor perbankan.

Saham-saham perbankan dinilai masih undervalued namun memiliki fundamental yang positif, menjadikannya peluang investasi yang menarik di penghujung tahun.

Meski demikian, perjalanan IHSG menuju level yang lebih tinggi masih menghadapi tantangan dari berbagai faktor.

Secara garis besar, terdapat tiga sentimen utama yang memengaruhi pergerakan IHSG di masa mendatang. Pertama adalah situasi makroekonomi, yang mencakup inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi.

Kedua adalah perkembangan di sektor komoditas atau industri tertentu, yang sering kali menjadi penentu kinerja saham di Indonesia. Ketiga, yang paling sulit diprediksi, adalah stabilitas politik baik di dalam maupun luar negeri.

Jika stabilitas politik dan ekonomi tetap terjaga, peluang IHSG menuju level 8.000 bahkan 8.200 pada awal 2025 masih terbuka lebar.

Proyeksi optimis ini juga bergantung pada keberlanjutan sentimen positif dari faktor makroekonomi serta dukungan dari investor asing.

Selain itu, pekan ini BEI mencatat enam penerbitan obligasi dan satu sukuk, yaitu Obligasi Berkelanjutan I Dian Swastatika Sentosa Tahap III Tahun 2024, Obligasi Berkelanjutan II Hartadinata Abadi Tahap I Tahun 2024.

Adapula Obligasi Berkelanjutan IV Toyota Astra Financial Services dengan Tingkat Bunga Tetap Tahap IV Tahun 2024, Obligasi Berkelanjutan VII, Obligasi Berwawasan Sosial Berkelanjutan I Sarana Multigriya Finansial Tahap IV Tahun 2024.

Obligasi Berkelanjutan III Bussan Auto Finance Tahap II Tahun 2024, serta Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Dian Swastatika Sentosa Tahap III Tahun 2024.

Secara keseluruhan, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang 2024 telah mencapai 131 emisi dari 70 emiten dengan nilai Rp125,88 triliun.

Hingga kini, jumlah total emisi obligasi dan sukuk di BEI mencapai 595 emisi dengan nilai outstanding sebesar Rp473,19 triliun dan USD86,0163 juta.

Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat di BEI mencapai 190 seri dengan nilai nominal Rp6.061,51 triliun dan USD502,10 juta. Pasar juga mencatat delapan emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan nilai Rp2,70 triliun.

Di tengah tekanan yang dihadapi IHSG pekan ini, peningkatan aktivitas pasar dan proyeksi optimis menjelang akhir tahun tetap menjadi angin segar bagi para pelaku pasar. Sentimen global dan domestik akan terus menjadi faktor kunci dalam menentukan arah pergerakan indeks di masa mendatang.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Jumat (28/11) sore kemarin dengan pelemahan signifikan, merosot 85,89 poin atau 1,19 persen ke level 7.114,27.

Kinerja indeks LQ45 turut tertekan, turun 16,69 poin atau 1,91 persen ke posisi 856,78. Pelemahan ini terutama dipimpin oleh sektor energi, yang menjadi penghambat utama pergerakan indeks.

Secara regional, bursa saham Asia juga cenderung bergerak melemah. Pasar sedang mencerna berbagai rilis data ekonomi penting dari Jepang dan Korea Selatan, yang memberikan tekanan tambahan pada sentimen investor di kawasan.

Salah satu data yang menjadi perhatian utama adalah laporan inflasi Jepang. Tingkat inflasi di negara tersebut tercatat meningkat di atas 2 persen pada November, yang mengindikasikan potensi langkah kebijakan dari Bank of Japan (BOJ).

Kondisi ini memicu spekulasi bahwa BOJ mungkin akan menaikkan suku bunga dalam pertemuan kebijakan mendatang pada Desember.

Saat ini, pasar memperkirakan kemungkinan sebesar 60 persen bahwa BOJ akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan depan.

Probabilitas ini naik dibandingkan pekan lalu, yang hanya berada di kisaran 50 persen. Spekulasi tersebut memberikan tekanan tambahan pada pasar saham regional, termasuk Indonesia, karena kekhawatiran akan pengurangan likuiditas global.

Dalam situasi ini, investor terus mencermati perkembangan eksternal yang dapat memengaruhi pasar, sekaligus mempersiapkan strategi menghadapi potensi perubahan kebijakan di negara-negara utama. Sementara itu, tekanan di sektor energi domestik juga memperberat langkah IHSG menuju pemulihan dalam waktu dekat.