KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan berpotensi bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini, Selasa (05/11) dengan investor global terus memantau perkembangan pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) yang semakin ketat.
Ditambah lagi, kebijakan suku bunga dari The Federal Reserve (The Fed) yang dinantikan, turut menjadi perhatian utama pasar. Pengaruh dari dua faktor besar ini diperkirakan akan membuat IHSG bergerak dalam rentang yang cukup lebar antara 7.400 hingga 7.600 poin.
Pada perdagangan sebelumnya, IHSG tercatat mengalami koreksi dengan kehilangan 25,75 poin atau turun sebesar 0,34%, berakhir di level 7.479,50. Pada sesi tersebut, IHSG sempat bergerak dari titik terendahnya di 7.415 hingga mencapai level tertinggi di 7.529.
Dengan total nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp11,06 triliun dan volume transaksi mencapai 23,30 miliar saham, IHSG mencatatkan hari yang penuh tekanan akibat kekhawatiran investor global dan domestik. Penurunan ini menjadi indikasi adanya aksi jual oleh pelaku pasar yang tengah bersikap hati-hati dalam menghadapi ketidakpastian dari arah kebijakan AS.
Secara teknikal, IHSG menunjukkan tanda-tanda potensi pelemahan lanjutan. Berdasarkan analisis grafik, pergerakan IHSG kembali melakukan koreksi pada level terendah baru atau Lower Low (LL) dengan volume yang relatif tinggi, yang berpotensi menguji level support terdekatnya di sekitar garis Moving Average (MA) 100 pada posisi 7.440.
Jika tekanan jual berlanjut, IHSG dapat terus turun menuju support berikutnya di kisaran 7.400 dan 7.380, yang dianggap sebagai support kuat. Sebaliknya, jika IHSG mampu menahan diri dan bertahan pada support-support tersebut, ada peluang indeks untuk berbalik menguat, dengan target resistance terdekat di 7.500.
Resistance psikologis selanjutnya diperkirakan berada di level 7.550, yang akan menjadi target penguatan paling potensial dalam waktu dekat.
Sentimen utama yang membayangi IHSG saat ini adalah ketidakpastian dari pemilihan Presiden AS. Pemilu yang berlangsung ketat ini menciptakan kecemasan di kalangan investor, terutama mengingat hasil survei yang menunjukkan perolehan suara yang tipis antara kandidat.
Hal ini meningkatkan risiko volatilitas pasar akibat kemungkinan sengketa hasil pemilu atau penghitungan suara yang memakan waktu lama.
Dilansir dari Bloomberg News, menjelang pemungutan suara, banyak investor global mulai bersikap hati-hati karena hasil pemilu yang ketat berpotensi memicu perdebatan panjang.
Bahkan, ada kekhawatiran proses penghitungan suara bisa berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan jika terjadi perselisihan, yang dapat menyebabkan fluktuasi tajam pada pasar global.
Selain pengaruh dari hasil pemilu AS, perhatian investor juga tertuju pada kebijakan moneter The Fed, yang akan mengumumkan keputusan suku bunga acuan pada Kamis ini.
Keputusan The Fed ini sangat dinantikan, terutama karena hasil pemilu AS berpotensi memengaruhi arah kebijakan fiskal dan prospek ekonomi AS secara keseluruhan.
Sebelumnya, para pelaku pasar umumnya akan lebih fokus pada kebijakan The Fed setiap pekan pengumumannya, namun kali ini kondisinya berbeda karena ketidakpastian dari hasil pemilu AS turut mendominasi perhatian.
Chris Larkin, perwakilan dari E*Trade yang merupakan bagian dari Morgan Stanley, mengungkapkan bahwa minggu ini merupakan situasi yang tidak biasa, mengingat kedua faktor besar tersebut bersamaan dalam satu pekan. Menurutnya, pasar harus bersiap-siap menghadapi ketidakpastian tambahan dan volatilitas tinggi yang bisa memengaruhi IHSG dan pasar global secara luas.
Dalam kondisi seperti ini, beberapa saham dengan fundamental kuat dan memiliki potensi rebound tetap direkomendasikan untuk diperhatikan.
Beberapa saham unggulan yang dianalisis memiliki peluang menguji level resistance lebih tinggi.
Diantatanya, Saham Bank Mandiri (BMRI) misalnya, tercatat menunjukkan sinyal bullish dengan formasi candle bullish engulfing, berpotensi menguji resistance di level Moving Average (MA) 200.
Selain itu, Bank Negara Indonesia (BBNI) terlihat mencoba bangkit dari support MA100 dan jika berhasil bertahan di atas MA5, memiliki peluang untuk menguat menuju resistance berikutnya di MA200. Di sektor konsumen, saham Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) menampilkan pola bullish harami candle pada support MA50, memberikan indikasi untuk rebound jika mampu breakout garis MA5.
Kalbe Farma (KLBF) juga memiliki peluang rebound, terutama jika mampu mempertahankan posisinya di atas MA200 dengan pola bullish harami yang ditunjukkan.
Dalam menghadapi pergerakan IHSG yang tidak menentu akibat sentimen global, investor disarankan untuk lebih selektif dalam memilih saham dan memperhatikan level teknikal kunci yang dapat menjadi sinyal pembalikan arah atau peluang masuk di harga yang lebih rendah.
Disclamer : Berita Ini Bersifat Informatif tidak untuk mengajak pembaca untuk membeli saham tertentu. Keputusan pembelian dan resiko sepenihnya diberikan kepada pembaca.