KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berhasil pulih pada perdagangan Rabu (07/08) dengan ditutup naik 1,16% ke posisi 7.212,13, berkat membaiknya sentimen pasar global setelah beberapa pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyampaikan pandangan yang lebih dovish.
Nilai transaksi IHSG pada akhir perdagangan kemarin mencapai Rp 7,8 triliun dengan volume transaksi sebanyak 13,8 miliar lembar saham yang diperdagangkan dalam 906.608 kali transaksi. Sebanyak 364 saham naik, 178 saham turun, dan 247 saham cenderung stagnan.
Seluruh sektor saham pada hari tersebut terpantau menghijau, dengan sektor transportasi menjadi penopang terbesar, naik 1,63%. Saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) kembali menjadi penopang utama IHSG dengan sumbangan 21,1 indeks poin.
Sentimen positif ini didorong oleh komentar beberapa pejabat The Fed yang menolak gagasan bahwa data tenaga kerja yang lemah akan menyebabkan resesi, memberikan angin segar bagi pelaku pasar.
Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menegaskan bahwa pasar saham tidak mempengaruhi keputusan The Fed mengenai suku bunga. Goolsbee juga mengingatkan bahwa meskipun pasar saham mengalami volatilitas tinggi, The Fed akan tetap berpegang pada data ekonomi dalam menentukan kebijakan moneternya.
Volatilitas pasar yang tinggi pada awal pekan ini, dengan VIX index yang mengukur ketidakpastian pasar naik lebih dari 60%, berangsur mereda setelah komentar dovish dari pejabat The Fed. Hal ini membantu memulihkan IHSG dan pasar keuangan lainnya.
Menurut alat FedWatch dari CME Group, pelaku pasar kini memperkirakan peluang 75% bahwa The Fed akan memotong suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September, dengan estimasi The Fed Funds Rate (FFR) pada akhir tahun mencapai 4,25 – 4,50%.
IHSG kembali bergairah di tengah membaiknya sentimen pasar global dan domestik, menunjukkan bahwa pasar saham Indonesia tetap resisten dan mampu pulih dengan cepat dari goncangan global. Dengan pemulihan ini, diharapkan IHSG dapat terus menguat dan memberikan kepercayaan kepada para investor terhadap stabilitas pasar saham Indonesia.
Diketahui, pada perdagangan sebelumnya Selasa (06/08) IHSG berhasil rebound yang signifikan pada perdagangan sesi I, setelah sebelumnya mengalami penurunan drastis lebih dari 3% akibat sentimen negatif yang melanda pasar global. Pada pukul 12:00 WIB, IHSG tercatat naik 1,11% ke posisi 7.137,87, berhasil kembali mencapai level psikologis 7.100.
Pada sesi I kemarin, nilai transaksi IHSG mencapai sekitar Rp 5 triliun dengan volume transaksi sebanyak 7 miliar lembar saham yang diperdagangkan dalam 546.190 kali transaksi. Sebanyak 328 saham mengalami kenaikan, 206 saham mengalami penurunan, dan 239 saham berada dalam kondisi stagnan.
Secara sektoral, sektor infrastruktur dan energi menjadi penopang utama IHSG dengan kenaikan masing-masing sebesar 1,24% dan 1,22%. Beberapa saham yang turut menopang IHSG antara lain saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), yang menyumbang 13,8 indeks poin, menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I ini.
Kebangkitan IHSG ini mengikuti tren positif di bursa Asia-Pasifik, di mana mayoritas indeks utama juga berhasil bangkit dari zona koreksi. Indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 10,12%, menjadikannya yang terbaik di Asia-Pasifik, diikuti oleh KOSPI Korea Selatan yang naik 4,36%. Hang Seng Hong Kong menguat 0,46%, Shanghai Composite China naik tipis 0,04%, dan ASX 200 Australia bertambah 0,49%. Namun, Straits Times (STI) Singapura masih mengalami koreksi sebesar 0,7%.
Sebelumnya, IHSG sempat terpuruk akibat panic selling yang dipicu oleh kejatuhan bursa saham global, nyaris terkena trading halt atau penghentian sementara perdagangan. Penurunan ini terjadi setelah rilis data pasar tenaga kerja di Amerika Serikat yang menunjukkan perlambatan signifikan, meningkatkan kekhawatiran akan potensi resesi.
Data pasar tenaga kerja AS yang dirilis pekan lalu menunjukkan klaim pengangguran naik signifikan ke 249.000, jauh di atas proyeksi 236.000, serta non-farm payrolls (NFP) yang hanya bertambah 114.000, jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 175.000 pekerjaan. Tingkat pengangguran di AS juga naik ke 4,3% pada Juli 2024 dari sebelumnya 4,1% pada Juni 2024. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar bahwa ekonomi AS mungkin sedang menuju resesi.