KabarMakassar.com — Pasar saham Indonesia memulai tahun 2025 dengan langkah optimis. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak di zona hijau sepanjang pekan ini, dari 30 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025. IHSG mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 1,82%, mencapai level 7.164,429 dibandingkan 7.036,571 pada pekan sebelumnya.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Kautsar Permadi Nurahmad, mengungkapkan bahwa mayoritas indikator perdagangan berada dalam tren positif. Peningkatan terbesar terlihat pada rata-rata frekuensi transaksi harian yang melonjak 6,08%, mencapai 1,03 juta kali transaksi dibandingkan 970.000 kali transaksi pada pekan sebelumnya.
Selain itu, kapitalisasi pasar Bursa mengalami pertumbuhan sebesar 1,48%, naik menjadi Rp12.445 triliun dari Rp12.264 triliun.
Meski demikian, tidak semua indikator menunjukkan peningkatan. Rata-rata nilai transaksi harian turun 8,45%, menjadi Rp9,74 triliun dari Rp10,64 triliun. Volume transaksi harian juga mengalami penurunan sebesar 12,40%, dari 24,40 miliar lembar saham menjadi 21,38 miliar lembar saham.
Kautsar menjelaskan, penurunan tersebut terjadi akibat jumlah hari perdagangan yang lebih sedikit dan momentum pergantian tahun.
Pada Jumat (3/1/2025), investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp571,38 miliar. Secara kumulatif, sepanjang pekan ini, nilai jual bersih investor asing mencapai Rp817,08 miliar.
Optimisme Menyambut Tahun Baru
Kinerja positif IHSG di awal 2025 menunjukkan optimisme pasar modal Indonesia di tengah tantangan global. Dengan peningkatan pada kapitalisasi pasar dan frekuensi transaksi, pelaku pasar berharap tren ini dapat terus berlanjut, memberikan peluang yang menjanjikan bagi investor.
BEI terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan pasar modal melalui berbagai inisiatif strategis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Diketahui, Pada Senin (30/12), perdagangan 2024 resmi ditutup oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi. Sepanjang 2024, IHSG mengalami kenaikan 2,65% dan ditutup di level 7.079,905.
Pembukaan perdagangan tahun 2025 berlangsung pada Kamis (2/1), dipimpin oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Acara tersebut juga dihadiri Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, serta Direktur Utama BEI Iman Rachman.
Dukungan Pemerintah untuk Pasar Modal
Sri Mulyani menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkuat pasar modal melalui berbagai program, seperti pendalaman pasar, edukasi masyarakat, dan penyelesaian regulasi terkait UU P2SK. Ia juga menyoroti pentingnya penyelesaian peta implementasi pajak karbon dan regulasi batas emisi sektoral guna mendorong pengembangan bursa karbon.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung pengembangan dan penguatan Pasar Modal Indonesia.
Salah satu langkah strategis yang disampaikan adalah pendalaman pasar melalui peningkatan literasi keuangan masyarakat, termasuk memperluas edukasi mengenai pasar modal hingga tingkat sekolah dasar.
“Jual beli saham sekarang seharusnya ini sudah mulai diajarkan bukan di tingkat mahasiswa lagi, tapi bahkan di tingkat sekolah dasar sehingga mereka menjadi familiar dengan bursa efek,” kata Menkeu dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (02/01).
Sri Mulyani menjelaskan bahwa pemerintah terus memperkuat regulasi di sektor keuangan melalui penyempurnaan kerangka hukum, termasuk produk turunan dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). Langkah ini mencakup:
Implementasi Pajak Karbon dan Bursa Karbon
Pemerintah akan segera menerapkan pajak karbon dan mengatur batas emisi sektoral untuk mendukung pengembangan bursa karbon, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada ekonomi hijau.
- Insentif untuk Sektor Prioritas
Menkeu menegaskan pemberian insentif bagi sektor properti, otomotif, dan UMKM guna meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi. - Pengelolaan Bursa yang Baik
Penyempurnaan kerangka pengaturan juga bertujuan memastikan prinsip tata kelola yang baik dalam pengelolaan korporasi dan bursa efek.
“Kami memberikan ruang untuk inovasi dan kreasi, namun tetap menjaga tata kelola dan prinsip dasar governance,” imbuh Sri Mulyani.
Dengan mendorong pengenalan pasar modal sejak usia dini, pemerintah berharap masyarakat semakin familiar dengan produk pasar modal seperti saham, reksa dana, hingga bursa karbon.
Langkah ini juga diharapkan dapat memperluas penetrasi produk keuangan serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung perekonomian nasional.
Komitmen ini menunjukkan upaya pemerintah dalam menciptakan pasar modal yang inklusif, inovatif, dan berdaya saing tinggi, sejalan dengan transformasi ekonomi yang berkelanjutan.