kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Anjlok, Indeks Sentuh Level Terendah 5 Bulan Terakhir

Akhiri Penguatan, IHSG Melemah Tipis ke level 7.787
Ilustrasi Saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Pada akhir pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penurunan signifikan, bergerak di zona merah sepanjang perdagangan. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui RTI Business menunjukkan bahwa IHSG ditutup melemah 1,42% atau turun 96,73 poin ke level 6.734,83 pada Jumat (14/6). Selama sepekan terakhir, IHSG telah terkoreksi sebesar 2,36%.

Volume perdagangan saham di BEI pada hari Jumat mencapai 21,80 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sekitar Rp10 triliun. Dari total perdagangan, terdapat 451 saham yang mengalami penurunan, 140 saham yang naik, dan 180 saham yang tidak berubah.

Pemprov Sulsel

Investor asing mencatatkan net sell besar sebesar Rp729,88 miliar di seluruh pasar, dengan akumulasi net sell asing selama sepekan mencapai Rp129,04 miliar.

Berikut adalah daftar 10 saham dengan net sell terbesar oleh investor asing pada Jumat:

1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp506,59 miliar
2. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp226,56 miliar
3. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp131,13 miliar
4. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp129,28 miliar
5. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp66,66 miliar
6. PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp63,15 miliar
7. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp41,44 miliar
8. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Rp27,42 miliar
9. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Rp15,67 miliar
10. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Rp15,37 miliar

Penutupan IHSG pada Jumat di level 6.734,83 juga menandai koreksi ke level psikologis 6.700, posisi terendah sepanjang tahun ini sejak awal November 2023. Selama hari perdagangan, nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp9,8 triliun dengan volume transaksi 22 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 888.123 kali. Dari jumlah tersebut, 140 saham mengalami kenaikan, 451 saham turun, dan 180 saham lainnya stagnan.

Sektor teknologi menjadi penyebab utama penurunan IHSG dengan penurunan sebesar 2,23%. Beberapa saham perbankan besar juga menjadi penekan IHSG, terutama saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang memberikan kontribusi negatif sebesar 15,3 indeks poin. Selain BBRI, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga turut menekan IHSG masing-masing sebesar 14,4 indeks poin dan 6,8 indeks poin.

IHSG tetap berada dalam tekanan meskipun sentimen pasar global masih cenderung positif. Pada Kamis lalu, data inflasi produsen (Producer Price Index/PPI) Amerika Serikat (AS) untuk Mei 2024 menunjukkan penurunan ke 2,2% secara tahunan dari 2,3% pada April 2024, sementara secara bulanan, PPI stabil di 0%, turun dari 0,5% pada bulan sebelumnya.

Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Makassar, Fahmin Amirullah menyampaikan hampir seluruh bursa saham di kawasan regional mengalami pelemahan, termasuk pasar modal Indonesia.

“Secara umum, hampir semua bursa di regional mengalami pelemahan, termasuk di pasar modal Indonesia. Salah satu faktor utamanya adalah ketidakpastian geopolitik yang memicu inflasi dan naiknya suku bunga acuan di hampir semua bank sentral,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa meskipun Federal Reserve (The Fed) masih mempertahankan suku bunga saat ini, beberapa bank sentral di Eropa dan negara lain telah mulai menurunkan suku bunga pekan lalu. Perkembangan kebijakan ini berupaya untuk menstabilkan ekonomi yang terdampak oleh ketidakpastian global.

Pada Rabu (12/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 0,08%, turun ke posisi 6.850,10 dari penutupan sebelumnya di level 6.855,69. Total nilai transaksi pada hari tersebut mencapai Rp10,43 triliun, dengan rata-rata nilai transaksi harian mencapai Rp12,00 triliun. Pelemahan ini mencerminkan sentimen negatif yang masih dominan di kalangan investor.

“Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp746 miliar pada perdagangan hari Rabu kemarin. Secara year-to-date (YTD), net sell asing di pasar modal Indonesia telah mencapai Rp10,8 triliun. Angka ini menunjukkan adanya tekanan jual yang signifikan dari investor asing, yang kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi pasar global dan domestik yang tidak menentu,” katanya.

Terkait masuknya beberapa saham seperti BREN dalam papan pantauan khusus, Fahmin menyebut ini merupakan upaya BEI dalam melindungi investor dari potensi kerugian akibat kondisi tertentu pada saham yang diperdagangkan di pasar modal.

Papan ini dirancang untuk memberikan informasi kepada investor mengenai kondisi fundamental dan likuiditas saham tertentu, sehingga mereka dapat lebih mudah memitigasi risiko yang mungkin terjadi.

“Papan Pemantauan Khusus adalah salah satu upaya kami untuk memastikan investor memiliki informasi yang cukup tentang kondisi fundamental dan likuiditas suatu saham,” jelas Fahmin. Dengan informasi yang lebih transparan, diharapkan investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih bijak dan terhindar dari potensi kerugian,” katanya.

Sebelumnya, pada Rabu, data inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) AS mencatatkan angka 3,3% secara tahunan, lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 3,4%. CPI inti juga lebih baik dari ekspektasi pasar dengan angka 3,4% yoy. Penurunan inflasi ini membuat bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), kembali mengindikasikan akan ada pemangkasan suku bunga acuan sekali pada tahun ini.

Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed menahan suku bunga di level 5,25-5,50%, namun tetap mengindikasikan adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga jika kondisi inflasi AS membaik. Dalam dokumen dot plot terbaru yang dirilis, median proyeksi menunjukkan hanya ada satu kali pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember 2024, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya pada Maret 2024 yang menunjukkan tiga kali pemotongan sebesar 75 basis poin.

Sikap hawkish The Fed ini, meskipun sesuai dengan ekspektasi, menimbulkan kekhawatiran akan tren suku bunga tinggi yang berkepanjangan, yang dapat memberikan sentimen negatif bagi aset berisiko seperti saham. Hal ini menjadi salah satu faktor yang turut membebani kinerja IHSG pada akhir pekan ini.