kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Anjlok 1,46 Persen ke Level 7.003, Ini Penyebabnya!

IHSG Anjlok 1,46 Persen ke Level 7.003, Ini Penyebabnya!
Ilustrasi Saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pelemahan signifikan pada awal perdagangan sesi I, Kamis (19/12). Pukul 09.10 WIB, IHSG terpantau anjlok 1,46% ke level 7.003,93, mendekati level psikologis kritis 6.900.

Pada sesi I ini, nilai transaksi IHSG mencapai Rp1,8 triliun, dengan volume perdagangan sebesar 2,2 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 140.712 kali. Sebanyak 79 saham menguat, 350 saham melemah, dan 153 saham stagnan.

Pemprov Sulsel

Semua sektor berada di zona merah, dengan sektor bahan baku dan teknologi mencatatkan koreksi terdalam masing-masing 2,18% dan 2,08%.

Dua saham perbankan raksasa menjadi penekan utama IHSG:

  1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI): -15,6 poin.
  2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI): -11,6 poin.

Selain itu, saham lain yang turut menekan indeks adalah:

  • PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN): -9,5 poin.
  • PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM): -6,9 poin.

IHSG tertekan setelah Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 4,35%-4,50%.

Meskipun sesuai ekspektasi, The Fed mengisyaratkan akan lebih berhati-hati dalam penurunan suku bunga selanjutnya.

Menurut dot plot terbaru, proyeksi pemangkasan suku bunga pada 2025 hanya 50 bps, separuh dari ekspektasi sebelumnya 100 bps pada September.

Hal ini mencerminkan pendekatan konservatif bank sentral AS terhadap pelonggaran kebijakan moneter.

Chairman The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa stance kebijakan saat ini sudah cukup longgar sehingga bank sentral akan berhati-hati dalam langkah selanjutnya.

Adapun keputusan domestik dipengaruhi oleh, Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuan di level 6%, di luar ekspektasi pasar yang memperkirakan pemangkasan sebesar 25 bps.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi di kisaran 2,5% ±1% untuk 2024 dan 2025.

Namun, BI tetap membuka ruang untuk penurunan suku bunga ke depan, meskipun mengadopsi pendekatan hati-hati mengingat ketidakpastian global dan tekanan terhadap nilai tukar.

Di tengah tekanan IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga melemah. Fokus utama BI pada stabilitas nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh:

  1. Kebijakan perdagangan presiden terpilih AS Donald Trump.
  2. Kenaikan imbal hasil US Treasury.
  3. Tren inflasi global yang meningkat.

IHSG menghadapi tekanan dari faktor eksternal dan domestik. Sikap hati-hati The Fed dan BI dalam menyesuaikan suku bunga mengindikasikan perhatian besar terhadap ketidakpastian ekonomi global.

Stabilitas nilai tukar dan inflasi menjadi prioritas utama, tetapi dampaknya dirasakan langsung oleh pasar saham domestik.