KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh sebesar 48,71 poin atau 0,66%, menutup perdagangan pada level 7.278,8 pada Senin (15/07) kemarin. Kejatuhan ini mengakhiri tren penguatan yang berlangsung selama empat hari sebelumnya pada perdagangan pekan lalu.
Pada perdagangan terakhir, Perdagangan mencatatkan 255 saham naik, 320 saham turun, dan 217 saham stagnan. Meski IHSG melemah, beberapa pemodal meraup keuntungan besar dari lima saham utama, termasuk PEVE.
Total nilai transaksi di bursa mencapai Rp8,9 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 15,1 miliar saham dan frekuensi transaksi sebanyak 903.954 kali.
Mayoritas sektor saham mengalami penurunan, dengan sektor infrastruktur memimpin pelemahan sebesar 1,05%, diikuti sektor barang baku 0,53%, sektor kesehatan 0,44%, sektor keuangan 0,36%, dan sektor industri 0,06%.
Namun, beberapa sektor mencatatkan penguatan, antara lain sektor transportasi naik 0,9%, sektor teknologi 0,53%, sektor barang konsumsi non primer 0,3%, sektor barang konsumsi primer 0,16%, dan sektor energi 0,03%.
Sementara itu, indeks saham di Asia menunjukkan hasil yang bervariasi. Straits Times (Singapura) naik 0,13% dan Shanghai (China) menguat 0,09%. Sebaliknya, Hang Seng (Hong Kong) turun 1,52%. Indeks Nikkei (Jepang) tidak aktif karena hari libur.
Top Gainers
Meski IHSG menurun, beberapa saham berhasil menjadi top gainers dengan kenaikan signifikan. Diantaranya Saham PT Penta Valent Tbk (PEVE) melonjak 21,1% menjadi Rp 264, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) naik 12,73% menjadi Rp 62, dan PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) meningkat 12% menjadi Rp 224. Selain itu, saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) meningkat 11,57% menjadi Rp 270 dan PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) naik 8,99% menjadi Rp 206.
Faktor Penyebab Penurunan IHSG
Penurunan IHSG ini disebabkan oleh beberapa faktor teknikal, termasuk penyempitan positive slope pada MACD dan kondisi overbought pada Stochastic RSI. Kondisi ini memicu risiko pullback lebih lanjut ke kisaran 7.250-7.230 pada perdaganhan hari ini,Selasa (16/7).
Selain faktor teknikal, pasar juga merespons negatif realisasi pertumbuhan ekonomi China yang hanya mencapai 4,7% yoy di kuartal II 2024, turun dari 5,3% yoy di kuartal I 2024. Realisasi yang lebih rendah dari ekspektasi ini menimbulkan kekhawatiran tentang prospek ekonomi China.
Faktor eksternal lainnya adalah percobaan pembunuhan terhadap calon Presiden AS, Donald Trump, yang menimbulkan kekhawatiran akan kebijakan yang lebih proteksionis jika Trump memenangkan pemilu pada November 2024.
Diketahui, kandidat presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, dievakuasi dari panggung saat menggelar kampanye di Pennsylvania, Minggu (14/07). Evakuasi dilakukan setelah terdengar suara tembakan di lokasi acara. Insiden ini terjadi saat Trump tengah berpidato di hadapan para pendukungnya.
Menurut laporan dari AFP dan BBC pada Minggu (14/07), mantan presiden AS itu terlihat berdarah di telinga kanannya ketika petugas Secret Service dengan cepat mengelilinginya dan membawanya turun dari panggung menuju mobil evakuasi.
Di sisi domestik, nilai ekspor Indonesia tumbuh 1,17% yoy pada Juni 2024, jauh di bawah ekspektasi sebesar 5,13% yoy, yang turut mendorong aksi profit taking.
IHSG masih berpotensi melanjutkan koreksi pada Selasa (16/07) seiring dengan kekhawatiran terhadap outlook ekonomi global dan domestik. Pasar juga menanti hasil rapat pleno petinggi China yang dijadwalkan berlangsung pada 15-18 Juli 2024, dengan harapan pertemuan ini dapat meningkatkan kepercayaan ekonomi di tengah pertumbuhan yang melambat.
Menurut rilis Biro Statistik China, ekonomi negara tersebut tumbuh 4,7% pada kuartal II 2024, pertumbuhan paling lambat sejak kuartal I 2023 dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 5,1%. Penurunan ini dipicu oleh masalah di sektor properti dan ketenagakerjaan yang menekan permintaan domestik, sehingga pemerintah China diharapkan dapat meningkatkan stimulus ekonomi.
Di dalam negeri, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 mencatat surplus sebesar US$ 2,39 miliar, turun dari surplus US$ 2,93 miliar pada Mei. Meskipun menurun, neraca perdagangan Indonesia tetap positif, memberikan sinyal bagi pemerintah untuk meningkatkan kinerja ekspor guna menjaga stabilitas ekonomi.