KabarMakassar.com — Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Marsuki DEA, menyebut kenaikan harga minyak dunia menjadi salah satu peristiwa penting yang memengaruhi tatanan ekonomi global yang masih dalam kondisi kurang kondunsif.
Artinya, kondisi ini memperparah ketidakpastian rantai pasokan dan volatilitas harga komoditas strategis global, terutama energi dan pangan.
Prof Marsuki memprediksi hal ini akan berdampak pada kenaikan harga komoditas serta sektor-sektor terkait seperti transportasi, industri pengolahan, jasa perusahaan, sektor industri pertanian, dan perdagangan.
“Akan berdampak langsung pada komoditas seperti bahan bakar minyak (BBM), harga pangan seperti beras, produk turunan industri pertanian seperti minyak goreng, minuman kaleng, harga tiket transportasi darat, laut, dan udara, serta harga barang-barang industri seperti besi, aluminium, emas, dan biaya jasa tenaga profesional,” bebernya, Senin (20/5).
Menghadapi situasi ini, Prof Marsuki menyebut otoritas terkait di Indonesia telah mengambil langkah serius untuk menjaga stabilitas nilai mata uang domestik dan harga nasional, sebab dua hal ini yang memiliki pengaruh cukup besar.
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter menginisiasi langkah ini dengan melaksanakan bauran kebijakan, bekerja sama secara sinergis dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah (Pemda), otoritas fiskal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta otoritas sektoral terkait.
Kebijakan yang diterapkan berfokus pada empat pilar strategi yang dikenal sebagai 4K, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif. Langkah-langkah ini juga mencakup menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
“Implementasi dari empat strategi ini difokuskan untuk menjaga kesinambungan pasokan dan kelancaran distribusi antar daerah, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan penguatan kerja sama antar daerah,” lanjutnya.
Selama krisis global dianggap belum berakhir dan tren faktor penentu ketersediaan pangan baik secara global maupun nasional belum stabil, berbagai kebijakan tersebut akan terus dilaksanakan secara berkelanjutan.
“Penyesuaian-penyesuaian kebijakan akan dilakukan jika dianggap perlu untuk mengatasi tantangan yang muncul,” tutupnya.