KabarMakassar.com – Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) meminta pemerintah segera menurunkan biaya logistik nasional sebagai langkah antisipatif terhadap dampak kenaikan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS).
Ketua GPEI Sulselbar, Arief R Pabettingi, menilai tingginya biaya logistik saat ini menjadi salah satu hambatan utama bagi eksportir dalam menjaga daya saing di pasar global.
Ia menegaskan bahwa kenaikan tarif dari AS akan semakin mempersempit margin keuntungan pelaku ekspor, terutama sektor-sektor yang terdampak langsung kebijakan tersebut.
“Kondisi ini akan menyulitkan eksportir, apalagi ditambah dengan logistik yang mahal. Pemerintah perlu hadir dengan solusi konkret seperti efisiensi biaya distribusi,” kata Arief, Selasa (22/4).
Ia menjelaskan bahwa biaya logistik di Indonesia, mulai dari transportasi darat hingga jasa pelabuhan, masih jauh lebih tinggi dibanding negara pesaing. Jika tidak segera dibenahi, kata dia, eksportir akan kehilangan daya saing di pasar internasional.
“Kalau logistik bisa ditekan, maka meskipun tarif naik di negara tujuan ekspor, eksportir kita masih bisa bertahan,” ujarnya.
Selain menekan biaya logistik, Arief juga mendorong pemerintah agar membuka lebih banyak peluang ekspor ke negara lain, khususnya di kawasan Asia, Timur Tengah, dan Eropa. Menurutnya, pasar alternatif bisa menjadi jalan keluar dari ketergantungan terhadap pasar AS.
GPEI Sulselbar turut mengimbau pelaku usaha untuk terus meningkatkan kualitas produk agar bisa bersaing di pasar yang lebih luas.
Arief menyebut sektor ekspor Sulselbar seperti pertanian, perikanan, dan industri pengolahan merupakan pilar utama perekonomian daerah yang harus dilindungi dari gejolak perang dagang global.
Dengan dukungan kebijakan yang berpihak, GPEI optimistis geliat ekspor Indonesia tetap bisa tumbuh meskipun menghadapi tekanan dari luar negeri.