KabarMakassar.com — Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel), Zaeni Rokhman, mengungkapkan neraca perdagangan Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami surplus hingga April 2024.
Meski demikian, pergerakan komoditas ekspor dan impor masih menunjukkan tren moderat. Hingga April 2024, realisasi penerimaan pabean dan cukai mencapai Rp131,95 miliar dari target tahunan sebesar Rp426,18 miliar, dengan pencapaian baru sekitar 30,96 persen dari yang seharusnya sudah berada di angka 33 persen.
Nikel dan produk turunannya masih mendominasi ekspor dari Sulsel, sementara impor didominasi oleh gula, gandum, beras, dan komoditas pakan ternak.
“Penerimaan bea masuk mengalami peningkatan signifikan sebesar 75,33% (year on year) berkat melonjaknya impor. Importasi beras dan gula mentah (raw sugar) menjadi kontributor utama, dengan importasi beras pada April 2024 menyumbang Rp5,99 miliar dan gula mentah sebesar Rp4,7 miliar,” katanya.
Namun, penerimaan bea keluar menunjukkan perlambatan. Kakao yang menjadi salah satu komoditas ekspor utama mengalami penurunan kontribusi akibat konversi lahan kakao ke komoditas lain di Sulsel.
Hal ini menyebabkan ketersediaan kakao untuk ekspor menurun. Dominasi penerimaan bea keluar hingga April 2024 berasal dari komoditas kakao dan palm kernel shell, dengan palm kernel shell menyumbang 18,67%.
“Penerimaan bea keluar tumbuh negatif 2,20% karena lonjakan harga ekspor kakao yang mencapai 110,2%, sehingga permintaan menurun. Selain itu, lahan perkebunan kakao lokal di Sulawesi Selatan menyusut, menyebabkan kesulitan bahan mentah kakao,” tambah Zaeni.