KabarMakassar.com — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) optimis ekonomi Sulsel akan menunjukkan performa yang lebih kuat pada kuartal IV tahun 2024. Menurut proyeksi Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi di Sulsel diperkirakan mencapai 5,6% (year-on-year), naik signifikan dari kuartal sebelumnya yang berada di angka 5,08%.
Kepala KPwBI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, menyatakan bahwa momen Pilkada serta perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) menjadi pendorong utama penguatan ekonomi di akhir tahun ini.
Ia menyebut, pemilihan kepala daerah selalu menciptakan efek positif pada perekonomian daerah. Kegiatan kampanye meningkatkan permintaan untuk layanan seperti pertemuan, konvensi, dan pencetakan.
“Sementara itu, libur Nataru mendorong belanja konsumen, khususnya di sektor rekreasi, wisata, dan perjalanan,” jelas Rizki.
Pergerakan belanja masyarakat selama periode tersebut diproyeksikan akan meningkatkan kontribusi pada beberapa sektor utama, termasuk perdagangan, transportasi, pergudangan, akomodasi, serta makanan dan minuman.
Hal ini diharapkan akan memperkuat kinerja Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulsel pada kuartal terakhir tahun ini.
Selain pengaruh dari Pilkada dan Nataru, sektor pertanian juga diproyeksikan menjadi motor penggerak ekonomi Sulsel.
Rizki mencatat bahwa kondisi iklim yang lebih baik di penghujung tahun ini memberikan dorongan positif pada produksi pertanian, terutama setelah tantangan kekeringan yang diakibatkan oleh El Nino pada tahun sebelumnya.
Menurutnya, kondisi iklim yang lebih kondusif memungkinkan peningkatan hasil panen, baik padi maupun komoditas perikanan seperti rumput laut dan ikan bandeng.
‘Dari sisi penawaran, sektor pertanian tetap menjadi penyumbang terbesar dalam struktur PDRB Sulsel, mencapai kontribusi sebesar 23,49% di kuartal III 2024,” tambahnya.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Sulsel untuk tahun 2024 diproyeksikan berada dalam rentang 4,7% hingga 5,5%.
Ini merupakan angka yang optimis mengingat tantangan global dan regional yang dihadapi. Pertumbuhan pada kuartal III 2024 sebesar 5,08% telah melampaui rata-rata nasional yang berada di angka 4,95%.
“Faktor-faktor seperti panen raya, peningkatan aktivitas UMKM, dan momen-momen penting seperti Pilkada dan Nataru menjadi katalis yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi Sulsel,” kata Rizki
Dia juga menyoroti bahwa kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor konstruksi masing-masing sebesar 14,95% dan 13,6% terhadap PDRB Sulsel pada kuartal III.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Sulsel untuk tahun 2024 diproyeksikan berada dalam rentang 4,7% hingga 5,5%.
Ini merupakan angka yang optimis mengingat tantangan global dan regional yang dihadapi. Pertumbuhan pada kuartal III 2024 sebesar 5,08% telah melampaui rata-rata nasional yang berada di angka 4,95%.
“Faktor-faktor seperti panen raya, peningkatan aktivitas UMKM, dan momen-momen penting seperti Pilkada dan Nataru menjadi katalis yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi Sulsel,” kata Rizki
Dengan berbagai faktor pendorong tersebut, Bank Indonesia optimis bahwa Sulsel dapat menutup tahun 2024 dengan capaian ekonomi yang solid.
“Kami melihat bahwa konsumsi masyarakat yang meningkat, didukung oleh momen-momen spesial di akhir tahun, akan menjadi kunci dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini.” tutupnya.
Sementara, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, produksi padi di kuartal III 2024 tercatat tumbuh 4,35% (yoy). Meskipun ada pelambatan dibandingkan kuartal II 2024 yang mencatat pertumbuhan 12,73%, sektor perikanan seperti rumput laut dan ikan tangkap mampu menutupi kekurangan tersebut dan tetap memberikan kontribusi signifikan.
Pertumbuhan ekonomi Sulsel di kuartal III 2024 juga mendapatkan dorongan dari sektor jasa dan industri pengolahan.
Menurut Kepala BPS Sulsel, Aryanto, sektor jasa lainnya mencatat pertumbuhan mencolok sebesar 17,75%, terutama didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan domestik yang mendorong pendapatan di sektor hiburan dan rekreasi.
Selain itu, jasa kesehatan dan pendidikan juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, masing-masing sebesar 14,21% dan 8,28%.
Aryanto menambahkan, peningkatan ini didorong oleh realisasi belanja pemerintah pada fungsi kesehatan dan pendidikan melalui alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Sektor jasa kesehatan dan pendidikan diuntungkan oleh alokasi APBN yang lebih besar, terutama untuk fungsi kesehatan dan perlindungan sosial. Hal ini berkontribusi pada penguatan ekonomi di kuartal III,” ungkap Aryanto.