kabarbursa.com
kabarbursa.com

BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 6,00 Persen, Dorong Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Turun, Menko Airlangga: Perbankan Harus Segera Menyesuaikan
Ilustrasi Bank Indonesia (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate pada level 6,00%. Hal ini disampaikan BI berdasar keterangan resmi yang dikutip Kamis (17/10).

BI Rate bertahan di level 6.00% setelah sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0.25 Bps. Penetapan ini disampaikan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 15-16 Oktober 2024 kemarin.

Keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada tahun 2024 dan 2025. Selain BI-Rate, suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga dipertahankan masing-masing di level 5,25% dan 6,75%.

Langkah BI ini mencerminkan upaya untuk meredam dampak dari meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global, serta menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang mengalami tekanan. Dengan mempertahankan suku bunga acuan, bank sentral berusaha menjaga keseimbangan antara stabilitas moneter dan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam pernyataannya, BI menekankan bahwa kebijakan moneter jangka pendek akan berfokus pada stabilitas nilai tukar rupiah, terutama di tengah ketidakpastian global yang meningkat. Langkah ini penting untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas harga, sekaligus meminimalkan risiko eksternal terhadap perekonomian nasional.

Meskipun mempertahankan suku bunga acuan, Bank Indonesia masih membuka ruang untuk penurunan suku bunga di masa mendatang.

Namun, keputusan tersebut akan sangat bergantung pada prospek inflasi, stabilitas nilai tukar, dan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, BI akan terus memantau perkembangan ekonomi secara cermat sebelum mengambil langkah kebijakan lebih lanjut.

Selain kebijakan moneter, Bank Indonesia juga berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makroprudensial yang longgar.

Langkah ini dilakukan dengan mendorong kredit dan pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas seperti Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta sektor ekonomi hijau yang ramah lingkungan.

Kebijakan ini diharapkan dapat membantu menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang strategis bagi perekonomian nasional. Meski demikian, BI tetap menekankan pentingnya prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit untuk memastikan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga.

Bank Indonesia juga terus memperhatikan kebijakan sistem pembayaran dan stabilitas keuangan sebagai bagian dari upaya menjaga perekonomian yang berkelanjutan. Langkah-langkah ini mencakup peningkatan efisiensi sistem pembayaran, pengawasan yang ketat terhadap lembaga keuangan, serta penerapan teknologi untuk memperkuat infrastruktur keuangan.

Secara keseluruhan, keputusan RDG Bank Indonesia untuk mempertahankan BI-Rate di level 6,00% menunjukkan komitmen bank sentral dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.

Dengan pendekatan kebijakan yang komprehensif, diharapkan perekonomian Indonesia dapat menghadapi tantangan global dengan lebih baik, serta mencapai target inflasi dan pertumbuhan yang telah ditetapkan.

Disisi lain, dalam keterangan yang sama BI menunjukkan komitmennya dalam memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah guna menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

Langkah tersebut dilakukan melalui berbagai inisiatif, termasuk program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang dijalankan di berbagai daerah oleh Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID). Upaya ini bertujuan untuk menekan laju inflasi dan menjaga daya beli masyarakat.

Selain itu, koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal juga semakin diperkuat untuk memastikan stabilitas makroekonomi tetap terjaga. Dengan sinergi ini, Bank Indonesia dan pemerintah berusaha mengoptimalkan momentum pertumbuhan ekonomi, khususnya di tengah tantangan global yang terus berkembang.

BI juga mempererat kerja sama dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Upaya ini mencakup mendorong peningkatan kredit dan pembiayaan perbankan kepada sektor usaha.

Sinergi kebijakan antara BI dan KSSK diharapkan dapat memperkuat penyaluran kredit untuk mendukung sektor-sektor prioritas, termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang menjadi tulang punggung perekonomian.

BI menekankan pentingnya stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga agar sektor perbankan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa meningkatkan risiko keuangan yang signifikan.

Selain memperkuat kebijakan domestik, Bank Indonesia juga memperluas kerja sama internasional di berbagai bidang kebanksentralan. Salah satunya adalah melalui konektivitas sistem pembayaran lintas negara dan transaksi menggunakan mata uang lokal (Local Currency Transaction). Inisiatif ini diharapkan dapat memudahkan transaksi internasional dan mengurangi ketergantungan terhadap mata uang asing.

Dengan langkah-langkah ini, Bank Indonesia berupaya menjaga stabilitas makroekonomi, memperkuat sistem keuangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di tengah kondisi ekonomi global yang penuh tantangan.

Untuk informasi, BI pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diselenggarakan pada 17-18 September 2024 kemarin akhirnya memutuskan menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 0,25 Bps menjadi 6.00%, setelah berturut-turut bertahan di level 6.25%.

Langkah tersebut dinilai sebagai bagian dari strategi BI dalam merespons tren inflasi yang mulai terkendali dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan di Indonesia.

Penurunan ini juga diiringi dengan penurunan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%. Melalui kebijakan ini, Bank Indonesia berharap dapat menjaga stabilitas inflasi, memperkuat nilai tukar Rupiah, serta menggerakkan perekonomian nasional yang saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan global.