kabarbursa.com
kabarbursa.com

Berakhir Zone Merah, IHSG Melemah di Posisi 7.760

Sepekan, IHSG Menguat 3,18% Imbas Reli Panjang Saham Big Cap
Ilustrasi KabarMakassar
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini berakhir di zona merah. Pada sesi penutupan,IHSG melemah tipis sebesar 0,43 poin atau turun 0,01%, sehingga berada di posisi 7.760,95.

Penutupan IHSG pada perdagangan Rabu (11/09) mencatat bahwa sebanyak 225 saham mengalami kenaikan, 351 saham turun, dan 220 saham tetap stagnan. Total nilai transaksi perdagangan mencapai Rp10,9 triliun dengan volume transaksi sebesar 19,0 miliar saham.

Pemprov Sulsel

Indeks LQ45 juga tercatat melemah sebesar 0,13% ke level 950,568. Sementara itu, indeks JII turun 0,16% ke 514,35, sedangkan indeks IDX30 justru naik 0,11% menjadi 484,034 dan indeks MNC36 sedikit menguat sebesar 0,04% ke 367,116.

Di sisi lain, sektor-sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor barang baku dengan kenaikan 0,12%, sektor konsumer non-siklikal naik 0,13%, sektor finansial 0,09%, sektor properti 0,7%, teknologi menguat 1,55%, dan sektor transportasi bertambah 0,83%.

Beberapa sektor yang melemah antara lain energi yang turun 0,17%, sektor industri turun 0,58%, konsumer siklikal melemah 2,22%, sektor kesehatan turun 0,3%, dan sektor infrastruktur melemah 0,31%.

Di antara saham yang mencatatkan kenaikan terbesar (top gainers) adalah PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) yang melonjak 33,33% ke Rp124, PT Grand House Mulia Tbk (HOMI) naik 32% ke Rp264, dan PT Green Power Group Tbk (LABA) yang naik 24,56% ke Rp710.

Sementara itu, saham-saham yang mengalami penurunan terbesar (top losers) antara lain PT Malacca Trust Wuwungan Insurance Tbk (MTWI) yang turun 14,81% menjadi Rp161, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) turun 11,50% ke Rp400, dan PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) yang turun 9,86% menjadi Rp3840.

Tiga saham yang paling aktif diperdagangkan adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

IHSG diperkirakan akan terus berada dalam fase konsolidasi pada perdagangan hari ini, Kamis (12/09), dengan kisaran pergerakan di antara 7.700 hingga 7.800. Pelaku pasar cenderung bersikap menunggu terkait data ekonomi global, baik dari Eropa maupun Amerika Serikat.

Secara teknikal, pola spinning top terbentuk pada grafik IHSG, dengan indikator MACD yang bergerak datar. Setelah rilis data inflasi konsumen, perhatian pasar kini tertuju pada data inflasi produsen di AS yang diperkirakan stabil pada angka 0,10% MoM.

Selain itu, pasar juga mengantisipasi laporan klaim pengangguran AS, yang diproyeksikan naik menjadi 231 ribu dari sebelumnya 227 ribu, menandakan potensi perlambatan di pasar tenaga kerja.

Fokus pasar juga akan beralih ke Eropa, di mana diperkirakan European Central Bank (ECB) akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4% dari 4,25%. Sedangkan Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuannya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada September 2024.

Sementara, Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja bulanan yang solid pada Agustus 2024, berkat masuknya dana asing secara signifikan.

IHSG mencatat kenaikan sebesar 5,72 persen secara bulanan (MoM) selama Agustus 2024, dengan arus modal asing yang mencapai Rp 28,8 triliun. Lonjakan ini didorong oleh minat investor asing yang kuat, serta dukungan dari investor domestik.

Sentimen positif juga diperkuat oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), yang memberikan optimisme bagi investor. Namun, dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan, beberapa pihak mulai memprediksi pemotongan suku bunga yang lebih moderat.

Pada Agustus, IHSG berhasil pulih dan mencatat rekor tertinggi baru, berkat kombinasi masuknya modal asing dan aktivitas belanja investor dalam negeri. Di sisi lain, pasar saham AS juga mengalami penguatan pada bulan yang sama.

Revisi terhadap pertumbuhan PDB AS untuk kuartal II 2024 naik menjadi 3 persen, didukung oleh lonjakan belanja konsumen yang mencapai pertumbuhan 2,9 persen, lebih tinggi dari laporan awal yang hanya 2,3 persen.

Indeks PCE AS stabil di level 2,5 persen hingga Juli, sama seperti angka yang tercatat pada Juni. Sementara itu, tingkat pengangguran di AS naik menjadi 4,3 persen pada Juli, dan laju perekrutan tenaga kerja melambat. Penjualan ritel AS juga tumbuh 1 persen secara bulanan (MoM) pada Juli, melampaui ekspektasi pasar.

Di Asia, kinerja pasar saham beragam pada Agustus. Di China, PMI manufaktur turun menjadi 49,1, sementara sektor non-manufaktur menunjukkan peningkatan dengan PMI mencapai 50,3, didorong oleh konsumsi yang lebih tinggi selama musim liburan musim panas.

Inflasi di China, yang diukur melalui Indeks Harga Konsumen (CPI), tumbuh 0,5 persen secara tahunan (YoY) pada Juli, naik dari 0,3 persen pada bulan sebelumnya.

Sementara itu di Jepang, PMI manufaktur mengalami peningkatan tipis ke 49,8 pada Agustus, dibandingkan dengan 49,1 pada bulan Juli. Inflasi inti Jepang juga naik menjadi 2,7 persen pada Juli, dibandingkan dengan 2,6 persen di bulan sebelumnya.

Di India, pertumbuhan ekonomi untuk kuartal kedua tahun 2024 tercatat sebesar 6,7 persen, sedikit di bawah perkiraan dan lebih rendah 1,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

PDAM Makassar