KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari Selasa (08/10) berhasil mencatat penguatan signifikan setelah sempat melemah pada sesi pagi. IHSG akhirnya menghijau, menguat 53 poin atau 0,71 persen, mengakhiri perdagangan di level 7.557,14.
Berdasarkan data RTI, IHSG sempat mencapai level terendah harian di 7.449,47 sebelum bergerak naik ke level tertinggi harian di 7.592,88. Sepanjang hari, volume transaksi tercatat sebanyak 74,15 miliar dengan total nilai transaksi yang ramai, mencapai Rp14,06 triliun. Transaksi ini melibatkan 24,17 miliar lembar saham dengan 1,47 juta kali transaksi.
Saham Menguat dan Melemah
Sebanyak 261 saham emiten mengalami penguatan pada penutupan sore ini, sementara 290 saham melemah, dan 240 saham lainnya stagnan. Penguatan IHSG kali ini didukung oleh tujuh sektor yang mencatatkan kenaikan, dengan sektor finansial menjadi pendorong utama yang naik 1,24 persen.
Namun, kenaikan IHSG sedikit tertahan oleh pelemahan yang terjadi pada sektor material dasar, yang mengalami penurunan sebesar 1,69 persen.
Performa Sektor Finansial dan Saham Big Caps
Sektor finansial memimpin penguatan dengan kenaikan 1,91 persen, diikuti sektor properti dan teknologi yang masing-masing naik sekitar 2 persen. Sektor consumer non-cyclicals, consumer cyclicals, dan industri juga mencatat kenaikan dengan penguatan 0,58 persen, 0,32 persen, dan 0,08 persen.
Di sisi lain, beberapa sektor yang mengalami penurunan antara lain sektor kesehatan yang melemah hampir 1 persen, sektor energi yang turun 0,73 persen, sektor bahan dasar yang turun 0,66 persen, serta sektor utilitas yang melemah 0,64 persen.
Saham-saham big caps turut berperan besar dalam mendongkrak IHSG hari ini. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi pemimpin, menyumbang 25,93 poin pada IHSG setelah mengalami kenaikan sebesar 3,73 persen dan ditutup di harga Rp5.000 per saham. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga memberikan kontribusi positif, masing-masing sebesar 17,79 poin dan 6,53 poin.
Selain itu, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) turut menyumbang 10,28 poin dan 5,51 poin terhadap penguatan IHSG.
Bursa Asia Berkontraksi
Sementara IHSG menguat, mayoritas bursa Asia justru mengalami pelemahan. Hang Seng Index (HSI) mencatat penurunan paling tajam sebesar 9,41 persen, diikuti oleh Nikkei 225 yang turun 1 persen, serta Straits Times Index (STI) Singapura yang melemah 0,65 persen.
Saham Top Gainers dan Top Losers
Di antara saham yang mengalami penguatan, saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) naik paling tinggi, mencatat kenaikan 9,76 persen ke Rp1.800 per saham. Saham PT Manggung Polahraya Tbk (MANG) dan PT Estee Gold Feet Tbk (EURO) juga berada di deretan top gainers, masing-masing naik 9,73 persen dan 9,64 persen.
Sebaliknya, saham PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk (GRIA) mengalami penurunan terbesar, turun 29,44 persen ke Rp127 per saham. Saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dan PT Mitra Pack Tbk (PTMP) juga masuk dalam daftar top losers dengan penurunan masing-masing sebesar 7,18 persen dan 6,90 persen.
Saham Teraktif Diperdagangkan
Adapun tiga saham yang paling aktif diperdagangkan hari ini antara lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
Dengan penutupan yang positif ini, IHSG diharapkan mampu mempertahankan tren penguatannya, didukung oleh pergerakan saham-saham sektor finansial dan big caps yang masih menjadi favorit pelaku pasar.
Disisi lain, Bank Indonesia (BI) baru-baru ini mengumumkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) untuk periode September 2024 berada di angka 123,5, menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap perekonomian Indonesia tetap optimis. Angka ini berada di atas level 100, yang menjadi indikator bahwa konsumen masih percaya terhadap stabilitas ekonomi dalam negeri.
Selain itu, dalam laporan terbarunya pada edisi Oktober, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai lima persen pada 2024 dan sedikit lebih tinggi sebesar 5,1 persen pada 2025. Proyeksi ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan yang solid meskipun tantangan global semakin meningkat. Bahkan, di antara negara-negara besar di kawasan Asia Timur dan Pasifik, hanya Indonesia yang diperkirakan akan tumbuh pada atau di atas tingkat sebelum pandemi COVID-19 dalam dua tahun mendatang.
Sementara itu, dari sisi internasional, kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS menjadi sorotan pelaku pasar. Kenaikan ini merupakan respons terhadap pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang menolak ekspektasi pemangkasan suku bunga besar-besaran dalam waktu dekat. Powell menegaskan bahwa The Fed lebih memilih untuk mengambil langkah yang lebih hati-hati dan tidak akan tergesa-gesa menurunkan suku bunga secara signifikan.
Sejalan dengan pernyataan Powell, Gubernur The Fed of St. Louis, Alberto Musalem, juga menyampaikan preferensinya terhadap penurunan suku bunga yang dilakukan secara bertahap. Pendekatan bertahap ini menyebabkan kenaikan imbal hasil obligasi AS, yang pada gilirannya memberikan tekanan pada pasar ekuitas global.
Di sisi lain, pasar keuangan global masih menghadapi tekanan dari ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Konflik yang sedang berlangsung di wilayah tersebut meningkatkan ketidakpastian dan risiko, sehingga memengaruhi pasar ekuitas global yang cenderung sensitif terhadap konflik. Pelaku pasar terus memantau perkembangan konflik tersebut karena potensi dampaknya terhadap perekonomian global, termasuk harga minyak dan stabilitas pasar keuangan.
Dengan latar belakang dinamika global dan domestik ini, perekonomian Indonesia tetap dipandang positif oleh Bank Dunia, sementara tantangan dari luar negeri seperti kebijakan The Fed dan ketegangan geopolitik terus menjadi faktor yang memengaruhi pasar keuangan dan investor di seluruh dunia.