KabarMakassar.com — Selain kunjungan Presiden Jokowi untuk kedua kalinya di Kota Palu, Sulawesi Tengah pada hari ini, 3 Oktober 2018. Terdapat beberapa fakta penting yang perlu kita ketahui terkait gempa bumi diikuti tsunami yang melanda beberapa wilayah di Sulawesi Tengah.
Berikut beberapa hal penting yang tlah dirangkum Redaksi KabarMakassar.com terkait Gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah:
1. Korban Meninggal Telah Melebehi Seribu Orang
Hingga 2 Oktober 2018, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyampaikan korban tewas telah melebihi angka seribu sejak tragedi terjadi pada 28 September 2018.
"Korban yang kita pilah-pilah, totalnya 1.234 orang meninggal yang berasal dari dampak gempa bumi. Terutama reruntuhan bangunan dan terjangan dari tsunami," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Selasa, 2 Oktober 2018 kemarin.
Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah mengingat proses evakuasi yang masih berlangsung dengan kendala minimnya alat berat yang dapat menjangkau beberapa titik serta proses yang harus berhati-hati agar dapat menjamin keselamatan korban selamat yang masih tertimbun puing-puing bangunan.
2. Ratusan Rumah Tenggelam Lumpur
Perumnas Patoga di Palu Selatan dan Perumnas Balaroa di Palu Barat, Sulawesi Tengah, salah satu kawasan terdampak gempa dan tsunami terparah. Karena keduanya dekat dengan sesar Palu Koro.
Saat gempa terjadi, tanah yang dipijak berubah bak gelombang dan menenggelamkan ratusan rumah yang berdiri di atasnya. Fenomena tanah bergerak ini disebut likuifaksi, dimana tanah berubah menjadi air sehingga kehilangan kekuatan.
BNPB mencatat ada sekitar 744 unit rumah yang tenggelam di perumahan Patoga. Dan Diperkirakan lebih dari 500 orang meninggal dunia.
"Perkiraan lebih 500 orang jumlah korban dan proses evakuasinya memang sulit kondisinya," kata Sutopo.
Kondisi ini juga dialami oleh warga di Perumnas Balaroa. Ada sekitar 1.747 rumah yang ambles ditelan bumi akibat gempa dan tsunami yang menerjang Palu dan Donggala.
2. Terisolirnya 7 Kecamatan di Kabupaten Sigi
Gempa dan Tsunami di Palu dan Donggala juga menyebabkan tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, terisolasi.
Kondisi ini disebabkan jalur transportasi terputus akibat longsor dan jalan terbelah pascagempa.
Tujuh kecamatan tersebut Kecamatan Lindu, Kulawi, Kulawi Selatan, Dolo Barat, Dolo Selatan, Gumbasa dan Salawu.
"Masyarakat yang ada di sana tetap memerlukan bantuan logistik obat-obatan, tenaga medis, alat berat dan sebagainya. Saat ini kita masih fokus penanganan di kota Palu," ucap Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta Timur.
3. Masih Berlangsungnya Gempa Susulan
Hingga Selasa, 1 Oktober 2018, diketahui terdapat lebih dari 200 gempa susulan di Sulawesi Tengah dengan getaran yang lebih kecil.
Meski getarannya mulai menurun, sembilan di antaranya masih dapat dirasakan warga dan berpotensi menimbulkan trauma.
Salah satu gempa yang terjadi pada Selasa kemarin mengguncang Palu dan Donggala pada pukul pukul 07.46 WITA dengan magnitudo 5,3.
Lokasi gempa berada pada kedalaman 10 kilometer, sementara titik pusatnya terletak di di 0.57 Lintang Selatan, 119.87 Bujur Timur atau 16 km Tenggara Donggala.
4. Alat Deteksi Tsunami Rusak Sejak 2012
Fakta mengejutkan yang ditemukan usai gempa Palu adalah alat deteksi dini tsunami atau Buoy Tsunami di Indonesia diketahui sudah tidak bisa dioperasikan sejak 2012.
"Sejak 2012 Buoy Tsunami sudah tidak ada yang beroperasi sampai sekarang, ya tidak ada," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Hal ini disebabkan biaya operasional yang tiap tahun menurun sehingga harus mengorbankan anggara Buoy Tsunami indonesia.
Padahal diketahui, sebagai salah satu negara yang berada di jalur Ring of fire, keberadaan alat deteksi dini tsunami di Indonesia sangat dibutuhkan guna menghindari ancaman dan kerugian lebih besar pasca gempa bumi.
5. 18 Negara Tawarkan Bantuan
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menyebutkan, sudah ada 18 negara yang menawarkan bantuan kepada Indonesia.
"Bahwa presiden sudah memutuskan untuk menerima bantuan-bantuan dari internasional," ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin, 1 Oktober 2018.
Menurutnya, tawaran bantuan internasional untuk Palu dan Donggala mengalir karena adanya hubungan yang erat pemerintah RI dengan sejumlah negara.
Adapaun 18 negara yang menawarkan bantuan kepada RI antara lain: 1. Amerika Serikat 2. Perancis 3. Republik Ceko 4. Swiss 5. Norwegia 6. Hongaria 7. Turki 8. Australia 9. Korea Selatan 10. Arab Saudi 11. Qatar 12. New Zealand 13. Singapura 14. Thailand 15. Jepang 16. India 17. China 18. Uni Eropa
Selain 18 negara, kata Wiranto, United Nations Development Programs (UNDP) dan kelompok organisasi internaisonal Asia juga sudah mengajukan tawaran bantuan.
6. Penjarahan Resahkan Masyarakat Pasca Gempa
Jajaran Kepolisian Resor Palu Sulawesi Tengah berhasil menangkap 45 orang yang diduga sebagai pelaku penjarahan minimarket, gudang, serta ATM pasca gempa yang terjadi di Kota Palu.
“Sebanyak 45 pelaku penjarahan yang selama ini meresahkan masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah, akhirnya berhasil dibekuk. Para pelaku merupakan kelompok penjarahan sejumlah fasilitas umum, seperti kios, minimarket, ataupun gudang elektronik yang ditinggal pergi oleh para pemiliknya saat gempa terjadi,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Polisi Dedi Prasetyo dalam jumpa pers di halaman Mapolresta Palu, Selasa, 2 Oktober 2018.
Selain mengamankan puluhan orang pelaku penjarahan, polisi juga berhasil mengamankan puluhan jenis barang bukti dan alat yang digunakan pelaku saat beraksi.
Polres merinci jumlah barang bukti yang diamankan mencapai puluhan, mulai dari televisi, komputer, kulkas, mesin ATM, hingga belasan unit sepeda motor. Para pelaku menjalankan aksinya secara berpindah-pindah dengan target lokasi yang ditinggal pergi para pemiliknya pascagempa bumi dan tsunami terjadi.
Polisi mengakui, dari 45 pelaku yang ditangkap dan telah dijadikan tersangka itu sebagian merupakan residivis dan narapidana penghuni Lapas Petobo yang ikut kabur saat gempa terjadi.
7. Status Gempa Bumi dan Tsunami Bukan Bencana Nasional
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menolak ditetapkannya bencana gempa dan tsunami di Palu dan Kabupaten Donggala sebagai bencana nasional.
Sebelumnya Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan Presiden Jokowi dapat menerima bantuan kemanusiaan dari dunia internasional tanpa membutuhkan status bencana nasional seperti banyak disuarakan oleh masyarakat Indonesia yang menuntut status bencana nasional.
Sutopo mengatakan bantuan internasional bisa masuk ke wilayah terdampak gempa di Indonesia tanpa harus menunggu status bencana nasional.
"Tidak ada kaitan antara menerima bantuan internasional dengan status dan tingkatan bencana," kata Sutopo, Selasa, 2 Oktober 2018.
Sutopo lalu membandingkan bencana di Palu dengan tsunami Aceh 2004 yang saat itu ditetapkan sebagai bencana nasional. Salah satu yang melandasi Palu tidak ditetapkan menjadi bencana nasional adalah karena sebagian Pemerintahan Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, masih berjalan.
"Tetapi yang ada di Sulteng masih banyak pemerintahan yang jalan. Gempa bumi dan tsunami di Sulteng yang terdapat di Palu, Donggala, Parigi Moutong, Sigi, kemudian kota lainnya adalah bencana daerah," jelas Sutopo.
Menurutnya, status bencana daerah sudah cukup. Beberapa bencana seperti gempa bumi Yogyakarta 2006, gempa bumi Sumatera Barat 2009 dan erupsi Merapi 2010 yang juga pernah ditetapkan sebagai bencana daerah kala itu masih mampu menerima bantuan internasional.