KabarMakassar.com — Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyayangkan distribusi beras asal Sulsel ke daerah lain terhambat akibat antrian kapal yang menyebabkan terjadinya kongesti di Terminal Peti Kemas (TPM) Makassar.
SYL menyayangkan adanya kejadian itu karena telah mempengaruhi posisi Sulsel sebagai pemasok beras di sejumlah provinsi di luar Sulawesi Selatan.
"Sangat disayangkan hal ini terjadi. Tapi kita selalu meninjau dan memantau. Semoga hal seperti ini tidak terjadi lagi," lanjutnya.
Dengan tegas SYL kembali menjelaskan Provinsi Sulsel akan terus melakukan pengiriman beras untuk beberapa wilayah di Indonesia.
"Kita masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan harus bangga karena mampu mengirim beras ke wilayah-wilayah yang ada di Indonesia. Kita kalau ada impor berarti harus ada ekspor juga," tutupnya.
Saat dikonfirmasi awak media mengenai efek dari kemacetan kapal yang mencapai tiga hari. SYL berjanji akan melakukan peninjauan karena efek kongesti itu telah menjadi salah satu faktor penghambat kelangkaan beras di daerah penyangga produksi beras Sulsel di Indonesia.
"Iya, hal ini akan ditinjau terus. Kita selalu memantau hal yang terjadi," ungkap Gubernur yang akrab dengan istilah SYL ini dihadapan awak media.
Lain halnya dengan Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu'mang yang enggan menyikapi persoalan yang mempengaruhi posisi Sulsel sebagai daerah penyangga beras di Sulsel.
Dia mengaku kurang mengetahui hal tersebut. "Saya kurang tahu dengan hal itu. Nanti kita tinjau dulu," katanya.
Sementara itu, antrian kapa yang berpotensi kongesti ini di benarkan oleh Ketua Asosiasi Pemilik Kapal (INSA) Makassar Zulkifli Syahril saat dikonfirmasi terkait antrian kapal yang berlangsung hingga 3 hari ini.
"Antrian kapal itu bisa terjadi 2-3 hari di TPM. Biaya yang kami keluarkan jelas mengalami kenaikan," ujarnya.
Dia mengaku pemilik barang terancam mengalami kerugian jika biaya terus bertambah.
"Bayangkan saja jika harga beras yang disepakati pemilik barang. Dijual diatas Rp8.000/kg ke daerah tujuan. Karena keterlambatan kapal tiba di tujuan. Bisa saja harga turun jadi Rp5.000/kg," ucapnya.
General Manager TPM Josef B. Rohy sebelumnya menjelaskan penyebab terjadinya kongesti karena kapal yang masuk ke pelabuhan makassar bersamaan sekitar 6 – 8 kapal perhari.
Sedangkan tambatan yang tersedia maksimal 5 kapal bila panjang kapal dibawah 160 meter dan jika kapal diatas 150 meter dengan kapasitas maksimum 4 kapal.
Adanya cuaca ekstrim sehingga kegiatan kami hentikan tuk mencegah resiko yg ditimbulkan.
"Walaupun kami sudah merencanakan windows sistem namun hampir sebahagian besar perusahaan angkutan petikemas tidak bisa dipenuhi," ujarnya
Adanya Top Overhoul 1 unit Container Crane (CC) karena sdh melebih kapasitas toleransi maintanance. "Kami telah menghimbau bahwa kedatangan kapal jika memungkinkan jangan bersamaan," pintanya
Terkait perhitungan biaya penumpukan, Joseph menjelaskan bahwa di TPM untuk barang yg menumpuk selama 5 hari tetap dihitung 1 hari
Data TPM menyebutkan kapal yg bertambat di tpm rata-rata perbulan antara 135 – 140 call. "Tata kelola jadwal kapal setiap hari dirapatkan secara bersama antara agen pelayaran, Otoritas Pelabuhan dan TPM," sebutnya. (*)