KabarMakassar.com — Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) terus berupaya meningkatkan penyaluran kredit di wilayahnya.
Salah satu strategi utama yang akan diandalkan pada 2025 adalah pengembangan sektor pertanian, khususnya budidaya pisang cavendish.
Langkah ini diyakini mampu mendorong realisasi permodalan di Sulsel, mengingat pada 2024 pertumbuhan kredit bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hanya naik tipis sebesar 1,98% atau mencapai Rp61,52 triliun.
Kondisi stagnasi dalam penyaluran kredit ini turut berdampak pada pertumbuhan kredit secara keseluruhan di Sulsel yang hanya mencapai 4,23% pada 2024.
Padahal, pada 2023, angka pertumbuhan kredit di provinsi ini masih berada di level yang jauh lebih tinggi, yakni 13,15%.
Oleh karena itu, pemerintah daerah melihat sektor pertanian, khususnya budidaya pisang cavendish, sebagai solusi potensial untuk meningkatkan akses pembiayaan di daerah dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, yang menjadi koordinator dalam program ini, mencatat bahwa hingga akhir 2024, budidaya pisang cavendish telah berkembang di lima kabupaten, yakni Bone, Pangkep, Pinrang, Maros, dan Gowa.
Total luas lahan yang telah dimanfaatkan mencapai 52,88 hektare dengan melibatkan 56 petani. Dari program ini, kredit yang berhasil disalurkan ke sektor pertanian pisang cavendish mencapai Rp5,28 miliar.
Di antara lima kabupaten tersebut, Kabupaten Bone menjadi daerah dengan area tanam terluas, mencapai 36,5 hektare. Sebanyak 38 petani di Bone telah mendapatkan pembiayaan dengan total kredit yang tersalurkan sebesar Rp3,65 miliar.
Kabupaten Pangkep menyusul dengan luas lahan 10 hektare yang dikelola oleh 11 petani dan mendapatkan kredit senilai Rp1 miliar.
Selanjutnya, di Kabupaten Pinrang, terdapat area budidaya seluas 6 hektare untuk enam petani dengan total pendanaan Rp600 juta. Kabupaten Maros memiliki lahan lebih kecil, hanya 0,38 hektare dengan satu petani penerima kredit sebesar Rp31,4 juta.
Melihat potensi besar yang dimiliki sektor ini, OJK Sulselbar menargetkan ekspansi budidaya pisang cavendish ke 15 kabupaten pada 2025.
Sepuluh kabupaten tambahan yang akan menjadi lokasi pengembangan adalah Soppeng, Takalar, Luwu Utara, Luwu Timur, Luwu, Enrekang, Sidrap, Wajo, Jeneponto, dan Parepare.
Dengan perluasan ini, total luas lahan yang digunakan diproyeksikan meningkat drastis hingga 2.433 hektare, dengan target pemberdayaan sekitar 2.433 petani.
Kepala OJK Sulselbar, Darwisman, mengungkapkan bahwa perluasan skala produksi ini juga akan berdampak signifikan terhadap penyaluran kredit.
Ia memperkirakan kredit yang dapat disalurkan untuk sektor budidaya pisang cavendish bisa mencapai Rp237,28 miliar pada 2025, meningkat sebesar 4.393% dibandingkan tahun sebelumnya.
Lonjakan ini diharapkan mampu mengembalikan tren pertumbuhan kredit di Sulsel ke tingkat yang lebih progresif.
“Pengembangan budidaya pisang cavendish ini tidak hanya menjadi peluang bagi petani, tetapi juga mendorong sektor perbankan untuk lebih aktif dalam menyalurkan kredit. Jika sebelumnya hanya BPD Sulselbar yang terlibat, pada 2025 bank lain seperti BRI, Mandiri, hingga Jasindo diperkirakan juga akan turut serta dalam pembiayaan sektor ini,” jelasnya.
Pemerintah Provinsi Sulsel pun semakin serius dalam mengoptimalkan potensi budidaya pisang cavendish.
Plt Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Tanaman Hortikultura Sulsel, Uvan Nurwahidah Shagir, menegaskan bahwa pihaknya telah berkomitmen untuk memanfaatkan 500.000 hektare lahan tidur guna mendukung program ini.
Dari sisi ekonomi, ia memperkirakan bahwa pengembangan pisang cavendish secara besar-besaran bisa mendorong perputaran uang hingga Rp180 triliun per tahun.
Optimisme ini didukung oleh besarnya peluang ekspor pisang di pasar global. Berdasarkan data pada 2022, permintaan dunia terhadap pisang mencapai 21 juta ton dengan nilai perdagangan sekitar US$15,8 miliar.
Potensi ekspor pisang dari Indonesia sendiri diperkirakan bisa mencapai 22.112 ton atau setara dengan US$8,69 juta.
Dengan angka ini, Pemerintah Provinsi Sulsel yakin bahwa pengembangan pisang cavendish dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan dan berkontribusi dalam meningkatkan daya saing sektor pertanian di tingkat internasional.
Tak hanya di pasar domestik, hasil panen petani pisang cavendish di Sulsel juga mulai menembus pasar nasional dan global. PT Cipta Agri Pratama, sebagai mitra pemerintah dalam pengembangan komoditas ini, baru-baru ini berhasil mengirimkan 10 ton pisang hasil budidaya ke Jakarta dan Surabaya.
Pengiriman ini menjadi langkah penting dalam memperluas distribusi pisang cavendish Sulsel ke berbagai kota besar di Indonesia.
Sebelumnya, perusahaan ini juga telah mencatatkan keberhasilan dalam menembus pasar ekspor. Sejak September 2024 hingga awal Februari 2025, sebanyak 130 ton pisang cavendish dari Sulsel telah diekspor ke beberapa negara di Timur Tengah.
Keberhasilan ekspor ini menjadi bukti bahwa pisang cavendish dari Sulsel memiliki kualitas yang mampu bersaing di pasar internasional.