KabarMakassar.com — Pengamat Pemerintahan dan Tata Kelola Keuangan, Bastian Lubis, memberikan tanggapan kritis terhadap rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar yang akan menganggarkan Rp12 miliar untuk pemasangan jaringan internet Starlink di lorong-lorong kota.
Menurutnya, anggaran tersebut harus dipertimbangkan dengan cermat terkait efektifitas dan efisiensinya.
“Teknologi memang banyak, namun kita harus menghitung seberapa efektif dan efisien Starlink dibandingkan dengan yang ada sekarang. Jika anggaran sebesar Rp12 miliar bisa menekan biaya secara signifikan, tidak masalah. Tapi, jika hanya untuk meningkatkan kecepatan internet, itu percuma,” ujar Bastian, Senin (24/06).
Ia menegaskan bahwa setiap pengeluaran dari APBD, yang merupakan pajak masyarakat, harus dipertanggungjawabkan dan memberikan manfaat optimal.
Ia menyebut, dibandingkan mengeluarkan Rp12 miliar untuk Starlink, lebih baik memaksimalkan penyelesaian masalah di Makassar yang belum tertangani dengan baik.
Bastian juga mempertanyakan prioritas dari penggunaan Starlink ini. Menurutnya, teknologi tersebut lebih cocok untuk penggunaan bisnis, bukan pemerintahan.
“Lebih baik memaksimalkan yang sudah ada daripada melompat ke teknologi yang belum teruji. Starlink saat ini standarnya belum ada referensinya,” katanya.
Ia juga mengingatkan Pemkot Makassar untuk belajar dari pengalaman sebelumnya, seperti pengambilan kebijakan penggunaan Genos saat pandemi yang akhirnya tidak terpakai.
“Kita harus melihat dulu efektivitasnya di tempat lain sebelum menggelontorkan dana besar. Jangan gunakan uang pemerintah untuk uji coba tanpa kajian akademis yang komprehensif,” tegas Bastian.
Lebih lanjut, Bastian menyarankan agar anggaran tersebut dialokasikan untuk hal-hal yang lebih mendesak seperti penanganan pengemis dan gelandangan, kebersihan got, dan penertiban pasar-pasar.
“Itu lebih bermanfaat daripada mengejar sesuatu yang dampaknya belum jelas. Belajar dari pengalaman, jangan coba-coba uang pemerintah,” pungkasnya.
Wacana penggunaan starlink dalam lingkup pemkot makassar dinilai masih membutuhkan pertimbangan yang matang.
Semenatar itu, Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Murtiadi Awaluddin menyebut Starlink bisa menjadi pengganti yang lebih baik dari jaringan WiFi yang saat ini sering dikeluhkan oleh warga karena sering bermasalah.
Meski begitu, efektivitas Starlink mungkin lebih cocok untuk daerah-daerah yang tidak padat penduduk dan tidak dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi.
“Untuk lokasi seperti Makassar, sepertinya hanya daerah-daerah tertentu yang bisa cocok, yaitu daerah yang tidak padat pemukiman dan tidak dikelilingi bangunan tinggi,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa meskipun Starlink belum diuji coba di Makassar, jika percobaan ini berhasil, dampaknya bisa sangat signifikan bagi pelaku ekonomi lokal.
Murtiadi juga menegaskan pentingnya melakukan uji coba terlebih dahulu untuk memastikan bahwa Starlink tidak menghadapi kendala signifikan di lingkungan perkotaan seperti Makassar.
“Ini masih analisis saja berdasarkan performa Starlink yang sudah ada. Masih perlu uji coba dulu untuk memastikan apakah memang terkendala atau tidak,” pungkasnya.
Diketahui, Pemerintah Kota Makassar berencana memanfaatkan layanan internet satelit Starlink untuk meningkatkan jaringan internet di lingkup pemerintahan, khususnya dalam pengoperasian CCTV.
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Danny Pomanto, baru-baru ini mengumumkan rencana anggaran Rp12 miliar untuk mengganti layanan internet WiFi di Lorong Wisata dengan jaringan Starlink.
“Kami siapkan sekitar Rp12 miliar untuk pergantian ini,” kata Danny, dengan tujuan untuk meningkatkan pengawasan melalui CCTV di lorong-lorong kota Makassar.
Pemkot Makassar berharap jaringan Starlink bisa memberikan layanan internet yang lebih luas, baru, dan murah.
“Saya usahakan tahun ini pengadaan kan lebih luas, lebih baru, dan lebih murah. Saya pikir pakai itu saja,” tandas Danny.
Ia menyebut layanan berbasis satelit orbit rendah ini akan mulai diadakan dan diuji coba di Makassar pada tahun ini. Implementasi pertama akan difokuskan pada CCTV kota, terutama yang berada di lorong-lorong kota.
Danny Pomanto, sapaannya, menjelaskan bahwa selama ini beberapa CCTV di Kota Makassar menggunakan jaringan internet berbasis WiFi. Namun, seringnya terjadi gangguan pada jaringan tersebut menyebabkan kamera pengawas terkadang berhenti beroperasi sementara waktu.
“Dengan menggunakan Starlink, diharapkan operasional CCTV bisa lebih maksimal, terutama dalam mengawasi berbagai kegiatan masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa penggunaan Starlink diharapkan dapat menekan tindak kejahatan dan meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak.
Selain meningkatkan stabilitas pengoperasian CCTV, penggunaan Starlink juga dianggap lebih ekonomis. Pemkot Makassar berencana untuk menggunakan jaringan ini secara bertahap di seluruh layanan kota.