KabarMakassar.com — Rempah yang berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu produk yang diekspor, hal tersebut menunjukkan potensi juga kekayaan alam daerah. Rempah juga menjadi komoditas ekonomi yang berperan penting dalam perekonomian hingga berfungsi sebagai jembatan atau penghubung budaya.
Rempah-rempah Sulsel merupakan komoditas ekonomi yang signifikan karena memiliki nilai jual yang tinggi serta berkontribusi pada pendapatan masyarakat. Banyak petani serta pengusaha di Sulsel bergantung pada produksi rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan lada sebagai sumber utama pendapatan yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan mereka.
Rempah yang diekspor dari Sulsel ke berbagai negara, memberikan devisa dan meningkatkan posisi Sulsel di pasar global. Keberadaan rempah-rempah turut mendorong pertumbuhan industri pengolahan makanan dan minuman, menciptakan lapangan kerja serta memperkuat ekonomi lokal. Ini juga menjadi daya tarik bagi wisata kuliner, yang mampu meningkatkan sektor pariwisata dan mempromosikan budaya lokal.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulsel melaksanakan pelepasan Sulsel Go Export dengan 27 komoditas ke 23 negara tujuan ekspor beberapa waktu lalu. Volume ekspor tersebut sebesar 138.734 ton dan nilai ekspor USD 67,08 juta atau setara dengan Rp1,08 triliun.
Pelaksana harian (Plh) Kepala Disperindag Sulsel, Since Erna Lamba menyampaikan bahwa kegiatan pelepasan tersebut digelar untuk memotivasi para pelaku usaha ekspor Sulsel maupun pelaku usaha ekspor dari Kawasan Timur Indonesia (KTI).
“Supaya mereka terus semangat berkolaborasi dalam memacu peningkatan ekspor untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulsel,” ucapnya.
Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel, Prof Zudan Arif Fakrulloh menyatakan jika kegiatan pelepasan ekspor tersebut merupakan suatu kebanggaan bagi Sulsel.
“Suatu kebanggaan, Sulsel dapat mengirimkan produk-produknya seperti lada hitam, merica, cengkeh, pala dan lainnya,” tuturnya.
Prof Zudan menekankan jika produk tersebut merupakan hasil alam yang telah diolah. Produk-produk UMKM yang terus dikembangkan yang disebut usaha untuk industri kecil menengah.
Di tahun 2024 sendiri, beberapa ekspor rempah telah dilakukan, seperti 12 ton rempah-rempah dari Sulsel oleh PT Bumi Runut Bersama yang di ekspor ke Kolombia. Ekspor tersebut terdiri dari 5 ton cengkeh, 2 ton gagang cengkeh, 2 ton biji pala AB dan 3 ton biji pala BWP dengan nilai devisa berkisar USD80.000.
Adapula pelepasan ekspor perdana 10,2 ton kemiri (candlenut) ke Arab Saudi oleh CV Heskin Alfarizi di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Dimana pada tahun sebelumnya, ekspor kemiri dari Sulsel ke Arab Saudi sebanyak 5,68 ton dengan nilai ekspor US$ 14.340.
Selain berperan sebagai komoditas ekonomi, rempah-rempah Sulsel juga dianggap sebagai jembatan budaya karena tidak hanya memberikan cita rasa yang khas pada masakan daerah, tetapi juga mencerminkan interaksi serta pertukaran budaya antara berbagai kelompok etnis.
Sejak zaman dahulu, perdagangan rempah-rempah telah menghubungkan Sulsel dengan wilayah lain, termasuk diantaranya Asia dan Eropa, menciptakan jaringan budaya yang luas dan saling memengaruhi. Rempah-rempah turut berperan dalam membentuk identitas lokal, memperkuat rasa kebersamaan di antara masyarakat Sulsel juga menjaga warisan kuliner yang unik.
Rempah-rempah yang di ekspor seperti cengkeh dan pala sering digunakan dalam hidangan tradisional yang melibatkan resep dari berbagai budaya, menunjukkan bagaimana rempah-rempah menyatukan beragam kuliner. Banyak rempah juga memiliki makna dalam ritual dan tradisi masyarakat seperti digunakan dalam upacara tertentu, yang mengikat masyarakat melalui praktik budaya yang sama. Oleh sebab itu, rempah-rempah bukan hanya bumbu masakan, tetapi juga simbol penting dari keragaman serta konektivitas budaya di Sulsel.
Diketahui, terdapat komoditi rempah yang diekspor dari Sulsel, dilansir dari Jalur Rempah yang merupakan bagian dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia berikut uraian beberapa rempah-rempah yang di ekspor dari Sulsel.
1. Kayu manis
Kayu manis yang ada di Sulsel banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai. Daerah ini memiliki tanah vulkanik yang kaya akan mineral, yang sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman kayu manis. Kayu manis dari Sulsel, yang sering digunakan sebagai bumbu dan bahan pengobatan, juga memiliki pasar ekspor yang signifikan. Negara tujuan ekspor antara lain ada Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Belanda, hingga Jepang.
2. Merica atau lada
Lada yang dihasilkan di Sulsel terutama berasal dari wilayah Kabupaten Luwu Timur serta Kabupaten Luwu Utara. Kedua daerah ini memiliki kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk budidaya tanaman lada. Lada hitam juga lada putih yang dihasilkan memiliki aroma serta rasa yang khas, yang dihargai di pasar internasional. Negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Vietnam, serta India.
3. Cengkeh
Cengkeh dari Sulsel banyak dihasilkan di Kabupaten Enrekang juga Kabupaten Tana Toraja. Kondisi geografis serta iklim di daerah pegunungan ini amat mendukung pertumbuhan tanaman cengkeh yang membutuhkan kondisi lingkungan yang spesifik dalam menghasilkan kualitas terbaik. Cengkeh digunakan dalam berbagai industri seperti rokok kretek, makanan, minuman, hingga farmasi. Negara tujuan ekspor dari cengkeh ada Amerika Serikat, Jerman, India, Jepang, juga Singapura.
4. Vanili
Vanili di Sulsel banyak dibudidayakan di Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone. Tanaman vanili membutuhkan kondisi teduh serta kelembapan yang stabil, yang disediakan oleh iklim mikro di daerah-daerah tersebut. Vanili sendiri merupakan rempah yang bernilai tinggi dan Sulsel menghasilkan vanili berkualitas yang diminati di pasar internasional. Negara tujuan ekspor vanili antara lain, Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Jepang, serta Australia.
5. Pala
Pala banyak dihasilkan di Kabupaten Kepulauan Selayar. Kepulauan ini memiliki sejarah panjang dalam budidaya pala, yang didukung oleh iklim m tropis yang lembap serta tanah yang subur. Selain Selayar, Kabupaten Bulukumba juga merupakan daerah penghasil pala yang penting di Sulsel. Pala merupakan salah satu rempah utama yang diekspor dari Sulsel. Bagian biji dari pala digunakan dalam berbagai industri makanan, minuman, dan farmasi. Negara tujuan ekspor dari pala adalah Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Jepang, serta India.
Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau yang indah dan beragam, telah lama diakui sebagai salah satu wilayah penghasil rempah-rempah yang sangat berharga. Di antara berbagai rempah yang ada, dapat ditemukan cengkeh, pala, lada, serta kayu manis, yang semuanya memiliki nilai tinggi, baik itu dalam perdagangan maupun penggunaannya dalam kuliner.
Awal mula jalur rempah di Nusantara sendiri dimulai pada abad ke 7 hingga ke 15, dimana Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa menguasai perdagangan maritim di Asia Tenggara, termasuk rempah-rempah. Jalur perdagangan ini kemudian menarik pedagang dari Cina, India, Arab, dan kemudian Eropa. Pedagang Arab serta India berperan sebagai perantara utama, membawa rempah-rempah dari Nusantara ke pasar Timur Tengah juga Eropa.
Dinamika perdangangan rempah di Nusantara pun mulai berubah ketika bangsa Eropa datang pada abad ke 16. VOC berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah, terutama cengkih dan pala dengan menggunakan taktik kolonial yang keras, termasuk penghapusan pohon rempah di luar wilayah kendali mereka agar menjaga harga tetap tinggi.
Sehingga, perdagangan rempah juga ikut andil dalam mempengaruhi perkembangan sosial serta budaya di Nusantara. Banyak kebudayaan lokal yang berasimilasi dengan budaya asing yang dibawa oleh para pedagang, menciptakan masyarakat yang beragam juga dinamis. Tradisi kuliner lokal diperkaya dengan pengaruh asing seperti yang tampak dalam masakan rendang, soto, dan sate yang menggunakan berbagai rempah.
Terdapat tiga unsur jalur niaga di jalur rempah Nusantara ini, yaitu jalur perniagaan, barang dagangan, dan pengangkutan. Jalur perniagaan tersebut meliputi tiga zona wilayah, salah satunya adalah perniagaan di perairan Nusantara. Perniagaan di perairan Nusantara tersebut bermula dari produksi rempah yang dibawa ke muara atau pelabuhan sepanjang pantai kemudian berlanjut ke perniagaan antarpulau juga pelabuhan.
Berdasarkan buku Makassar Abad XIX karya Edward L Poelinggomang, pelabuhan Makassar baru berkembang sekitar dasawarsa ketiga abad ke 16, saat itu posisi Makassar berada di tengah-tengah dunia perdagangan. Di bagian utara berkembang jaringan perdagangan Laut Sulu, di timur serta selatan jaringan perdagangan Laut Jawa, hingga di barat berkembang jaringan perdagangan Laut Cina Selatan, Selat Malaka, serta Teluk Bengal. Jalur pelayaran niaga Jawa-Makassar-Maluku merupakan jalur yang menjadi perdagangan rempah-rempah.
Pada akhir abad ke 16 serta permulaan abad ke 17 tersebut Makassar sudah menjadi pusat perniagaan pedagang Denmark, Inggris, Spanyol, Tiongkok, dan lainnya. Untuk lebih memikat, pemerintah mengizinkan para pedagang untuk mendirikan perwakilan dagang mereka. Keterbukaan dari Kerajaan Makassar terhadap seluruh pedagang memperlancar hubungan dagang dengan pusat perdagangan lainnya.
Hingga saat ini, Indonesia masih menjadi produsen utama rempah-rempah dunia, mempertahankan warisan sejarahnya sebagai pusat perdagangan rempah-rempah global.