KabarMakassar.com — Polisi kembali melayangkan surat panggilan pemeriksaan kedua terhadap ASS yang diduga berperan sebagai pemodal dalam kasus sindikat uang palsu.
Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak mengatakan bahwa sebelumnya penyidik telah melayangkan surat panggilan pemeriksaan pertama. Namun, pada Senin (23/12) kemarin, ASS tidak memenuhi panggilan dari penyidik.
“Kemarin sudah kita layangkan surat panggilan pemeriksaan tapi untuk hari Senin tapi tidak hadir. Sehingga kami kirimkan lagi surat panggilan kedua ke (ASS),” kata Reonald kepada awak media, Selasa (24/12).
Reonald menerangkan bahwa surat panggilan pemeriksaan dilayangkan oleh ASS sebab, dia diduga kuat terlibat dalam kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar.
Tak hanya itu, kata Reonald, uang palsu ini awalnya diproduksi di salah satu rumah milik ASS di Jalan Sunu, Makassar. Kemudian juga di produksi di gedung perpustakaan kampus II UIN Alauddin Makassar, Jl HM Yasin Limpo, Kelurahan Romangpolong, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Reonald menyebut selain ASS, masih ada tiga nama yang masuk daftar pencarian orang (DPO) dan masih dalam pengejaran.
Sebelumnya diberitakan, Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) masih memburu tiga orang yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO), diduga berperan sebagai pemodal dalam kasus produksi uang palsu di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Aladuddin Makassar.
Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, memastikan pihak kepolisian memburu ketiga DPO tersebut, yang diduga berperan sebagai pemodal dalam kasus pabrik uang palsu yang beroperasi di gedung perpustakaan UIN Alaudddin Makassar.
Yudhiawan mengungkapkan bahwa satu dari tiga DPO sudah diketahui identitasnya, yaitu seorang politisi berinisial ASS. Ia juga mengatakan bahwa ASS diektahui sempat mencalonkan diri sebagai wali kota Makassar pada tahun 2013 dan memiliki niat untuk maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan 2024.
“Untuk tiga DPO ini masih terus kami kejar. Keberadaan mereka sudah kami ketahui. Yang jelas, mereka akan kami tangkap secepatnya,” tegas Yudhiawan dalam keterangan tertulis, Minggu (22/12).
Kasus pabrik uang palsu ini mencuat setelah penggerebekan dilakukan di gedung perpustakaan kampus UIN Alauddin Makassar. Dari hasil pengembangan penyidikan, Polres Gowa menetapkan 17 orang sebagai tersangka.
“Polda akan terus mengejar para dalang utama di balik sindikat ini hingga tuntas demi mencegah peredaran uang palsu yang meresahkan masyarakat,” tandasnya.
Kemduian, polisi meminta pihak imigrasi untuk mencegah tiga daftar pencarian orang (DPO) yang terlibat dalam sindikat uang palsu di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makssar, agar tidak kabur ke luar negeri.
“Iya kami sudah layangkan surat ke kantor imigrasi untuk mencegah DPO ini kabur ke luar negeri,” kata Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak kepada wartawan, Senin (23/12).
Reonald mengungkapkan bahwa salah satu DPO merupakan seorang politisi dan pengusaha di Makassar, inisial ASS, ia juga diduga kuat sebagai otak dan penyandang dana dari pembuatan uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar.
“DPO inisial ASS ini juga merupakan saksi kunci dalam kasus ini,” ujarnya.
Namun, kata Reonald salah satu saksi kunci dalam pembuatan uang palsu tersebut berinisial M yang telah meninggal dunia akibat diduga serangan jantung.
“Keterangan ketiga DPO ini sangat penting untuk mengungkap keterlibatan para tersangka dan mengungkap tersangka lainnya yang masuk dalam jaringan uang palsu tersebut,” pungkasnya.