KabarMakassar.com — Kinerja investasi Kota Makassar mengalami penurunan tajam sepanjang tahun 2024. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total realisasi investasi hanya mencapai Rp3,82 triliun. Angka ini merosot 35,03 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat Rp5,89 triliun.
Penurunan ini terjadi pada dua jenis investasi utama. Penanaman Modal Asing (PMA) turun sebesar 17,04 persen, dari Rp652,83 miliar pada 2023 menjadi Rp541,56 miliar.
Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengalami penurunan lebih besar yakni 37,27 persen, dari Rp5,23 triliun menjadi Rp3,28 triliun.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Makassar, Helmy Budiman, menjelaskan bahwa sektor investasi terbesar sepanjang tahun lalu masih berasal dari perumahan, kawasan industri, dan perkotaan dengan nilai Rp864,15 miliar.
Disusul oleh sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi sebesar Rp749,61 miliar, serta perdagangan dan reparasi senilai Rp652,69 miliar.
Namun, dari semua sektor, hanya sektor pertambangan yang menunjukkan tren positif. Pada 2023, sektor ini hanya mencatat Rp74 miliar, sementara pada 2024 melonjak menjadi Rp282,81 miliar.
“Secara keseluruhan memang turun, tapi sektor pertambangan justru meningkat tajam,” ujar Helmy.
Meski investasi mengalami penurunan, Kota Makassar tetap menjadi penyumbang investasi terbesar di Sulawesi Selatan. Dari total investasi sebesar Rp14 triliun lebih di provinsi tersebut, Makassar menyumbang sekitar 27,27 persen atau Rp3,8 triliun. Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan gabungan kabupaten/kota lainnya yang mencapai Rp10,2 triliun.
Helmy menilai beberapa faktor turut memengaruhi turunnya realisasi investasi, termasuk ketidakpastian akibat pemilu serta dampak dari konflik global seperti perang Rusia-Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah. Selain itu, tidak adanya Proyek Strategis Nasional (PSN) baru pada 2024 juga dianggap menjadi penyebab utama.
“Berbeda dengan 2023 yang ada proyek besar seperti tol dan Makassar New Port, tahun ini belum ada yang terealisasi. PSEL (Pembangkit Sampah menjadi Energi Listrik) juga belum berjalan,” kata Helmy.
Ia berharap pada 2025 proyek PSEL dapat mulai berjalan sehingga mampu mendongkrak kembali nilai investasi di Makassar. Nilainya diperkirakan bisa mencapai Rp2 hingga Rp3 triliun.