KabarMakassar.com — Akademi Multimedia Indonesia (AMI) resmi diluncurkan Rabu (29/01). Peluncuran ini menandai langkah besar dalam pengembangan sumber daya manusia di bidang digital, khususnya di Sulawesi Selatan.
Diketahui, AMI sendiri telah mengalami beberapa kali perubahan nama sejak berdiri. Pada 2008, akademi ini dikenal sebagai Lembaga Pendidikan Televisi Indonesia (LPTV), kemudian pada 2011 berganti nama menjadi Akademi Jurnalis Indonesia, dan akhirnya pada 2025 menjadi Akademi Multimedia Indonesia.
Turut hadir dalam kegiatan launching Akademi Multimedia Indonesia (AMI), Pj Gubernur Sulsel yang diwakili oleh Plh Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Sulsel, Sultan Rakib, Plt Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar, Ismawati Nur mewakili Wali Kota Makassar, Bupati Maros, Chaidir Syam, Pembina Yayasan Pendidikan KGI, Upi Asmaradhana, Pengawas Yayasan Pendidikan KGI, Muh. Gemilang Pagessa, Ketua Yayasan Pendidikan KGI, Hajriana Ashadi, Ketua FIK Ornop Sulsel, Samsang Syamsir, dan Pengurus DPD Generasi Digital Indonesia Sulsel, Abdul Kadir hadir untuk memberikan dukungan dan harapan terhadap akademi yang diinisiasi oleh Yayasan Pendidikan KGI.
Dalam sambutannya, Plh Kadiskominfo SP Sulsel, Sultan Rakib menyampaikan bahwa kehadiran AMI diharapkan menjadi penopang transformasi digital, baik di sektor pemerintahan maupun swasta.
Menurutnya, ada dua tantangan utama dalam transformasi digital, yakni digital skill (keterampilan digital) dan digital ethics (moral digital).
“Kehadiran AMI ini menjadi salah satu gebrakan baru dalam peningkatan digital skill, khususnya dalam membimbing generasi muda agar lebih adaptif terhadap tantangan digital. Tentunya AMI akan menjadi solusi bagi dua tantangan utama transformasi digital, yaitu keterampilan dan etika digital, sehingga keduanya bisa berjalan seimbang,” ujarnya.
Ia juga berharap keberadaan AMI bisa menjadi berkah dan bernilai ibadah bagi semua pihak yang terlibat.
Senada dengan itu, Plt Kadiskominfo Kota Makassar, Ismawati Nur, menegaskan bahwa fokus AMI pada kecerdasan buatan (AI) dan keamanan siber sangat relevan dengan program Kota Makassar, khususnya inisiatif “Makaverse.”
Sejak 2022, kata dia, Makassar sudah mulai mengembangkan AI, termasuk dalam pemanfaatan virtual reality untuk berbagai proyek, seperti lorong wisata dan sistem deteksi kemacetan.
“Kami berharap dengan adanya AMI, pengembangan teknologi di Makassar bisa semakin kuat. Saat ini, kami juga tengah menyiapkan Makassar Virtual Economy Center yang berfokus pada AI. AMI bisa menjadi mitra strategis dalam mentransfer ilmu dan mendukung pengembangan AI di sektor pemerintahan,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Maros, Chaidir Syam, dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa peluncuran AMI adalah investasi bagi masa depan anak-anak dan bangsa.
Menurutnya, perkembangan teknologi dan AI harus diiringi dengan penanaman etika digital agar dapat dimanfaatkan dengan baik.
“Insyaallah salah satu kampus AMI akan berlokasi di Kabupaten Maros. Ini adalah tanda bahwa Maros siap menjadi pusat pengembangan ilmu dan teknologi. Kami ingin memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya memiliki keterampilan teknologi, tetapi juga memiliki etika yang baik dalam menggunakannya,” ujar Chaidir Syam.
Pengawas Yayasan Pendidikan KGI, Muh. Gemilang Pagessa yang turut membuka secara resmi, berharap AMI nantinya dapat menjadi garda terdepan dalam menghasilkan sumberdaya manusia yang peka akan digitalisasi.
Menurutnya, saat ini kemajuan teknologi mengambil banyak lapangan pekerjaan, sehingga harapannya kemajuan teknologi bisa selaras dengan kemajuan sumberdaya manusia.
“Peran media sosial sangat berpengaruh, kita berharap orang-orang yang lahir dari AMI adalah orang-orang yang berkualitas dan menjadi garda terdepan dalam menangkal hoax dan scam serta hal lain yang merusak kedepannya,” katanya.
Adapun Ketua Yayasan Pendidikan KGI, Hajriana Ashadi, menjelaskan bahwa AMI merupakan bagian dari pengembangan pendidikan di bidang multimedia.
Yayasan ini bertujuan untuk menjadi pusat pelatihan keterampilan dan profesionalisme di bidang multimedia, khususnya dalam menghadapi perkembangan AI dan tantangan keamanan siber.
“Perkembangan teknologi informasi semakin cepat, dan AMI diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri kreatif saat ini. Selain itu, ancaman kejahatan siber juga terus berkembang, sehingga kita harus memiliki tenaga ahli yang siap menghadapinya,” jelasnya.
Dikesempatan yang sama, Pembina Yayasan Pendidikan KGI, Upi Asmaradhana, menambahkan bahwa AMI merupakan bagian dari kontribusi Yayasan Pendidikan KGI dalam mencetak generasi emas 2045.
Menurutnya, tantangan masa depan akan semakin kompleks, terutama terkait keamanan dan kedaulatan digital.
“Setelah sekian lama, akhirnya AMI resmi diluncurkan. Ini adalah bagian dari peran KGI dalam membangun SDM unggul. Tantangan ke depan adalah keamanan digital dan AI. AMI diharapkan bisa menjadi solusi untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil, berakhlak, dan bertanggung jawab,” tegas Upi.
“Sebagian besar alumni AMI saat ini bekerja di berbagai kantor KGI di Makassar, Jakarta, dan kota-kota lainnya di Indonesia. Namun, ke depan, AMI diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan internal KGI, tetapi juga dapat berkontribusi bagi pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat luas,” lanjutnya.
Saat ini, AMI memiliki tiga kampus utama di Indonesia, yakni di Maros, Makassar, dan Jakarta. Dimana Bupati Maros, Chaidir Syam, telah menghibahkan tanahnya untuk pembangunan kampus AMI di Maros.
Upi Asmaradhana menjelaskan, pada tahap awal, AMI akan memfokuskan pembelajaran pada bidang kecerdasan buatan (AI) dan keamanan siber.
Angkatan pertama akan terdiri dari 15 peserta, yang sebagian besar merupakan tenaga IT dan siber dari Dinas Komunikasi dan Informatika Sulawesi Selatan dan Kota Makassar.
Mereka akan menjalani pelatihan intensif selama tiga bulan dengan bimbingan delapan instruktur yang berpengalaman di bidang AI dan keamanan siber.
“Kami akan memulai dengan angkatan pertama yang terbatas, tetapi ini menjadi langkah awal untuk memperkuat sumber daya manusia dalam menghadapi era AI. Kami juga membuka peluang bagi tenaga IT dari Maros, Makassar, dan Sulsel untuk ikut bergabung dan membantu pemerintah daerah dalam mempersiapkan diri menghadapi era digital,” jelas Upi.
Dengan semakin pesatnya perkembangan AI dan teknologi digital, Uppi menekankan pentingnya investasi di bidang pendidikan sebagai bentuk amal jariah.
Menurutnya, AMI bukan sekadar institusi pendidikan, tetapi juga wadah untuk membangun SDM yang siap menghadapi era teknologi yang semakin maju.
“Kita sudah memasuki generasi Beta, dan AI menjadi alat yang sangat populer di berbagai negara. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan SDM yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral. Investasi di bidang pendidikan bukan hanya soal bisnis, tetapi juga bentuk pengabdian bagi masyarakat,” pungkasnya.
Peluncuran Akademi Multimedia Indonesia ini diharapkan menjadi titik awal dalam membangun ekosistem digital yang lebih kuat di Sulawesi Selatan dan Indonesia.
Dengan sinergi antara akademisi, pemerintah, dan sektor swasta, AMI berpotensi menjadi pusat unggulan dalam pengembangan keterampilan digital, khususnya di bidang AI dan keamanan siber.