KabarMakassar.com — Ratusan siswa dan siswi SMK Yapta Takalar, yang terletak di Jalan Tikola Daeng Leo, Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Takalar, akhirnya kembali menjalani aktivitas belajar mengajar pada Senin (20/01), setelah sempat diliburkan selama sepekan.
Kegiatan sekolah yang sempat terhenti sejak 13 Januari 2025, kini kembali berjalan normal dengan kehadiran guru-guru ASN dan non-ASN yang siap memberikan pelajaran kepada siswa kelas 1 hingga kelas 3.
Namun, di balik kembalinya kegiatan belajar mengajar, terjadi perubahan besar di manajemen sekolah.
Kepala Sekolah SMK Yapta, Hamdani, terpaksa mundur dari jabatannya setelah terjadinya perselisihan dengan saudara kandungnya, Hamka, yang juga terlibat dalam pengelolaan yayasan pendidikan tersebut.
Hamzah, Kasi SMK Cabdis (Cabang Dinas) Wilayah VII Jeneponto-Takalar, mengonfirmasi bahwa SMK Yapta telah kembali beroperasi seperti biasa dan semua siswa serta guru telah melanjutkan aktivitas pendidikan.
“SMK Yapta hari ini sudah dibuka dan seluruh guru serta siswa sudah melaksanakan kegiatan belajar mengajar,” jelas Hamzah.
Sebagai pengganti Hamdani, posisi Kepala Sekolah SMK Yapta diisi sementara oleh Hapsiani, yang dilantik sebagai pelaksana tugas (Plt).
Beberapa guru ASN dan non-ASN juga mulai melanjutkan kegiatan pendidikan di sekolah yang telah beroperasi kembali.
Sebelumnya, penutupan SMK Yapta pada 13 Januari lalu disebabkan oleh ketidakjelasan laporan pertanggungjawaban keuangan, terutama terkait pengelolaan dana BOS (Biaya Operasional Sekolah).
Yayasan Pendidikan Takalar yang mengelola sekolah tersebut memutuskan untuk menghentikan kegiatan belajar-mengajar setelah permintaan laporan keuangan tidak dipenuhi oleh pihak sekolah.
Sejak saat itu, ratusan siswa terlantar dan merasa kebingungan serta kecewa atas keputusan tersebut.
Hamka, anak dari pendiri yayasan, menyatakan kekecewaannya terhadap Hamdani yang dianggap tidak transparan dalam pengelolaan anggaran.
“Kami tidak tahu ke mana perginya dana BOS yang rutin cair setiap tahun. Kami meminta laporan, tetapi tidak ada respons yang memadai,” ujar Hamka.
Para siswa, termasuk Dila, siswi kelas 10, mengungkapkan kesedihannya atas penutupan sekolah yang menghambat proses pembelajaran.
Mereka berharap agar masalah internal ini segera diselesaikan sehingga mereka dapat kembali fokus mengejar cita-cita tanpa ada hambatan.