KabarMakassar.com — Rupiah mencatat penguatan tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (14/01), di tengah antisipasi pasar terhadap keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang akan diumumkan esok hari.
Penguatan ini menjadi angin segar sementara setelah beberapa waktu terakhir rupiah tertekan oleh dinamika pasar global dan sentimen negatif dari dalam negeri.
Menurut data Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,12% ke level Rp16.250 per dolar AS pada pagi ini. Posisi ini cukup membaik dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya pada Senin (13/01) kemarin di mana rupiah sempat melemah 0,55%.
Dia sisi lain, indeks dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, juga melemah 0,31% ke level 109,61, turun dari posisi sebelumnya di 109,95. Penurunan indeks dolar memberikan peluang bagi rupiah untuk bangkit dari tekanan.
Kinerja rupiah ini terjadi di tengah koreksi indeks dolar AS yang dipengaruhi oleh data ekonomi AS terbaru serta penantian pasar terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.
RDG BI akan mengumumkan keputusan suku bunga acuan periode Januari 2025 pada Rabu (15/01) besok. Kebijakan ini diharapkan mampu memberikan arah baru bagi rupiah, yang dalam beberapa pekan terakhir terus menghadapi tekanan dari dinamika pasar global.
Namun, tekanan terhadap rupiah belum sepenuhnya mereda. Data ekonomi AS yang dirilis pekan lalu menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja yang solid, dengan penambahan lebih dari 250 ribu pekerjaan serta penurunan tingkat pengangguran ke level 4,1% pada Desember 2024.
Data ini memicu kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury), dengan tenor 30 tahun melonjak di atas 5%, tertinggi sejak akhir Oktober 2023, sementara tenor 10 tahun bertahan di level 4,69%.
Kenaikan imbal hasil ini berdampak langsung pada penguatan dolar AS dan melemahkan daya tarik aset-aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah.
Indeks dolar AS pekan lalu sempat menyentuh level 109,65, mempertegas dominasi dolar di pasar global. Kondisi ini juga memperburuk sentimen di pasar modal Indonesia, di mana investor asing terus mencatatkan arus keluar modal yang signifikan.
Tekanan jual di pasar surat utang Indonesia meningkat. Yield obligasi pemerintah RI tenor 10 tahun sempat menyentuh 7,21% sebelum akhirnya turun ke 7,17%, sementara tenor 15 tahun berada di level 7,23%.
Data transaksi BI menunjukkan bahwa dalam periode 6-9 Januari 2025, investor asing mencatat net sell sebesar Rp4,38 triliun, terdiri dari penjualan Rp1,92 triliun saham, Rp2,9 triliun Surat Berharga Negara (SBN), dan Rp440 miliar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Arus keluar modal asing ini memberikan tekanan tambahan pada rupiah, yang sempat hampir menyentuh level Rp16.250 per dolar AS. Namun, intervensi Bank Indonesia di pasar valuta asing berhasil menahan tekanan lebih lanjut.
Cadangan devisa Indonesia yang mencapai rekor tertinggi sebesar US$155,7 miliar pada akhir 2024 menjadi salah satu alat utama BI dalam menjaga stabilitas rupiah. Kenaikan cadangan devisa ini sebagian besar didorong oleh penjualan global bond senilai US$2,75 miliar serta transaksi FX swaps sebesar US$2,4 miliar.
Secara teknikal, rupiah diperkirakan masih berpotensi melemah menuju level support Rp16.220 per dolar AS dalam waktu dekat.
Jika level ini ditembus, pelemahan lanjutan dapat membawa rupiah menuju Rp16.250 hingga Rp16.300 per dolar AS. Namun, jika terjadi penguatan, resistance pertama berada di level Rp16.150 dan selanjutnya Rp16.100 per dolar AS.
Pekan ini, pasar akan dipenuhi oleh rilis data penting yang dapat memengaruhi pergerakan rupiah, termasuk data inflasi AS, keputusan suku bunga BI, serta data ekspor dan impor Indonesia untuk Desember 2024.
Kalender ekonomi yang padat ini diharapkan memberikan gambaran lebih jelas tentang prospek kebijakan moneter dan arah ekonomi Indonesia ke depan.
Dalam jangka menengah, rupiah masih berada dalam tekanan dengan potensi pelemahan menuju level support Rp16.350 hingga Rp16.400 per dolar AS.
Namun, jika pasar merespons positif keputusan BI serta dinamika global memberikan ruang untuk penguatan, rupiah memiliki peluang untuk bergerak menuju level resistance di Rp16.100. Arah pergerakan ini sangat bergantung pada bagaimana BI dan pemerintah merespons tantangan global yang semakin kompleks.