kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Menguat Tipis di Tengah Dinamika Pasar Global dan Spekulasi Kebijakan The Fed

Rupiah Menguat Tipis di Tengah Dinamika Pasar Global dan Spekulasi Kebijakan The Fed
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencatat penguatan tipis sepanjang pekan ini, seiring perhatian pasar yang tertuju pada data ketenagakerjaan Amerika Serikat (Non-Farm Payroll/NFP) dan arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup pada level Rp16.180 per dolar AS pada Jumat (10/1/2025), menguat 0,09% dibandingkan hari sebelumnya. Secara mingguan, rupiah juga mencatat kenaikan kecil sebesar 0,03%. Pergerakan stabil ini mulai terlihat sejak awal pekan, dengan nilai tukar sempat menyentuh level terkuat di Rp16.125 per dolar AS pada Selasa (7/1/2025).

Pemprov Sulsel

Namun, dinamika pasar global, terutama dari data ekonomi AS dan fluktuasi indeks dolar (DXY), masih memberikan tekanan pada rupiah.

Data NFP yang dirilis Jumat malam mengungkapkan penciptaan 256.000 lapangan kerja pada Desember, jauh melampaui ekspektasi pasar sebesar 160.000 pekerjaan.

Hasil ini menggarisbawahi kekuatan pasar tenaga kerja AS dan memunculkan spekulasi bahwa The Fed kemungkinan akan memperlambat langkah pelonggaran suku bunga.

Di sisi lain, volatilitas pasar yang dipicu oleh rilis data NFP tetap memberi ruang bagi rupiah untuk bergerak stabil. Investor masih bersikap hati-hati, menanti kejelasan arah kebijakan moneter AS di tengah potensi inflasi yang lebih tinggi akibat tekanan dari pasar tenaga kerja.

Selain itu, indeks dolar AS (DXY) menunjukkan pergerakan mendatar sepanjang pekan ini, ditutup pada level 109,28 pada Jumat, sedikit lebih tinggi dibandingkan 109,16 pada hari sebelumnya. Stabilitas dolar ini menjadi salah satu penopang performa rupiah di pasar.

Meskipun apresiasi yang dicatat rupiah pekan ini tergolong kecil, hal ini menunjukkan ketahanannya di tengah gejolak pasar global. Dengan data NFP yang lebih kuat dari perkiraan, fokus pasar kini beralih ke langkah-langkah berikutnya yang akan diambil The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga di masa depan.

Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2024 mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah, yaitu US$155,7 miliar. Angka ini meningkat dibandingkan posisi November 2024 yang berada di level US$150,2 miliar.

Kenaikan cadangan devisa ini terutama didorong oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri oleh pemerintah.

Menurut Ibrahim, cadangan devisa yang kuat ini tidak hanya mencerminkan stabilitas makroekonomi, tetapi juga menjadi modal penting bagi BI dalam menjaga ketahanan sektor eksternal.

“Cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan impor hingga 6,7 bulan atau kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri selama 6,5 bulan, jauh di atas standar internasional sebesar 3 bulan,” jelasnya.

BI juga menilai bahwa cadangan devisa yang memadai mampu mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, sekaligus menjadi landasan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Ibrahim menambahkan bahwa prospek ekspor yang tetap positif, serta surplus pada neraca transaksi modal dan finansial, memberikan optimisme terhadap ketahanan ekonomi Indonesia.

“Persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi nasional dan imbal hasil investasi yang menarik turut menjadi pendorong penting bagi ketahanan eksternal,” ujar Ibrahim.

Selain itu, sinergi yang kuat antara BI dan pemerintah diharapkan dapat terus memperkuat stabilitas perekonomian Indonesia, meskipun tantangan eksternal masih membayangi.

Dengan dinamika pasar global yang terus berkembang, pelemahan rupiah hari ini dianggap sebagai bagian dari respons normal terhadap fluktuasi eksternal.

Namun, dukungan fundamental yang kuat dari cadangan devisa memberikan keyakinan bahwa ekonomi Indonesia akan tetap kokoh menghadapi tekanan global.

Sebelumnya diberitakan, Tekanan pada rupiah terjadi meskipun Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa RI mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.

BI mengumumkan bahwa posisi cadangan devisa pada Desember 2024 mencapai US$155,7 miliar, meningkat sebesar US$5,5 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Rekor sebelumnya tercatat pada Oktober 2024 di angka US$151,2 miliar.

Dalam setahun, cadangan devisa RI bertambah signifikan sebesar US$9,3 miliar, dari US$146,4 miliar pada Desember 2023.

“Kenaikan cadangan devisa ini berasal dari penerimaan pajak dan jasa, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan devisa migas. Hal ini terjadi di tengah upaya stabilisasi nilai tukar rupiah menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global,” jelas BI dalam keterangan tertulisnya.

Posisi cadangan devisa saat ini mampu membiayai 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor sekaligus pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional yang hanya sekitar 3 bulan impor.