KabarMakassar.com — Sebanyak 30 pelaku usaha dari Program Pemberdayaan, Pendampingan, dan Pembiayaan UMKM Unggulan Sulawesi Selatan yang Berorientasi Ekspor (UMKM Baji’na) berhasil membawa produk mereka ke pasar internasional.
Program yang digagas oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulselbar ini telah memberikan pendampingan intensif kepada 71 pelaku UMKM di Sulawesi Selatan melalui pendekatan inkubasi.
Hingga 2024, sebanyak 30 UMKM telah mampu menembus pasar ekspor, meningkat signifikan dibandingkan tahun 2022 yang hanya melibatkan lima UMKM.
Pasar ekspor yang berhasil digarap oleh pelaku UMKM dalam program ini mencakup berbagai negara, mulai dari Dubai, Singapura, Jepang, Cina, hingga sejumlah wilayah lainnya.
Kepala OJK Sulselbar, Darwisman, menyatakan bahwa dukungan pendampingan ini membuahkan hasil nyata dalam mendorong pelaku UMKM mengembangkan potensi produknya ke level global.
Di antara UMKM yang telah sukses melakukan ekspor, Banoaqu menjadi salah satu contoh dengan produk andalan berupa kunyit bubuk, merica bubuk, kemiri sangrai, pala, dan fuli yang dikirim ke Arab Saudi.
Sementara itu, CV Al Razak dengan merek Kopi Asik berhasil memasarkan kopi Kalosi Enrekang ke Asia dan Eropa. Keripik Bachiss yang memproduksi keripik buah juga mendapat sambutan positif di pasar Hong Kong.
“Tak hanya itu, produk udang vaname dari Kelompok Budidaya Udang Batu Tittie telah berhasil menjangkau Arab Saudi, Malaysia, dan Brunei Darussalam,” katanya.
Lainnya, Gula aren dari UMKM Insan Maiwa Mandiri turut berhasil dikirim ke Belanda, sedangkan sirup markisa produksi Melano Toraja kini tersedia di Korea Selatan.
“Produk-produk yang dihasilkan pelaku UMKM ini sangat beragam, mulai dari kerajinan tangan seperti anyaman, kain tenun, hingga berbagai hasil bumi seperti kopi, garam beryodium, kemiri, lada, ubi, dan pisang,” lanjutnya.
Produk makanan dan minuman olahan juga menjadi andalan, mencakup berbagai kebutuhan pasar global. Negara tujuan ekspor pun beragam, mulai dari Australia, Vietnam, Amerika Serikat, Prancis, Thailand, Timur Tengah, hingga Kuwait dan Dubai.
Menurut Darwisman, potensi ekspor produk UMKM di Sulawesi Selatan sangat besar, meski membutuhkan dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan berbagai pihak terkait. Pendampingan yang serius menjadi kunci dalam memperkuat daya saing produk lokal di pasar global.
Program UMKM Baji’na menjadi salah satu inisiatif utama OJK Sulselbar dalam mendukung pengembangan akses keuangan daerah.
Selain UMKM Baji’na, ada pula Program Hapus Ikatan Rentenir di Sulawesi (Phinisi) yang hingga triwulan ketiga 2024 telah memberikan manfaat kepada 823.606 debitur dengan total pembiayaan mencapai Rp26,47 triliun. Sebagian besar pembiayaan ini diarahkan ke sektor pertanian yang mendominasi sebesar 46,08 persen.
Program lain yang juga berjalan adalah Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI), yang telah memberikan pembiayaan kepada 40 debitur UMKM di Desa Kassi, Kabupaten Jeneponto, dengan total nilai Rp3,7 miliar.
Selain itu, terdapat Program Pondok Pesantren Inklusif Keuangan (EPIKS), Program High Impact, serta pemberdayaan ekosistem bisnis UMKM melalui klasterisasi. Program klasterisasi ini telah mencakup 1.300 klaster dengan 19.971 debitur, mencapai plafon kredit sebesar Rp681 miliar.
Melalui berbagai inisiatif ini, OJK Sulselbar menunjukkan komitmennya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah melalui pemberdayaan UMKM, memperluas inklusi keuangan, dan meningkatkan daya saing produk lokal di pasar global.