KabarMakassar.com — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengonfirmasi jadwal kerja bursa untuk bulan Desember 2024. Sepanjang bulan ini, bursa akan beroperasi selama 19 hari kerja, sementara tiga hari lainnya dialokasikan untuk libur nasional dan cuti bersama, di luar akhir pekan.
Menurut kalender resmi BEI, aktivitas perdagangan dan penyelesaian transaksi efek akan dihentikan sementara pada tanggal 25 dan 26 Desember 2024 untuk memperingati Hari Raya Natal.
Selain itu, 31 Desember 2024 hingga 1 Januari 2025 juga ditetapkan sebagai hari libur bursa menyambut pergantian tahun.
“Tidak Ada Perdagangan Saat Libur Bursa”
Dalam pengumuman resminya, BEI menyatakan bahwa keputusan jadwal libur bursa ini merujuk pada berbagai regulasi terkait, termasuk koordinasi dengan kalender operasional Bank Indonesia.
Namun, BEI juga menegaskan bahwa perubahan pada jadwal libur bursa masih dimungkinkan jika terjadi penyesuaian dari pihak Bank Indonesia atau pengumuman resmi pemerintah terkait perubahan hari libur nasional dan cuti bersama.
IHSG Tertahan di Tengah Aksi Jual Investor Asing
Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bulan Desember masih tertekan. Pada perdagangan terakhir Jumat (20/12), IHSG ditutup menguat tipis 0,09% di level 6.983,87.
Namun, sepanjang bulan berjalan (month-to-date/MtD), indeks terkoreksi 1,83% dibandingkan posisi awal bulan di level 7.114,27.
Tekanan ini tidak terlepas dari aksi jual bersih (net sell) investor asing yang mencapai Rp 27,79 triliun di pasar reguler hingga 20 Desember 2024.
Secara keseluruhan tahun berjalan (year-to-date/YtD), IHSG juga mencatat kinerja negatif dengan koreksi 3,97%.
Namun demikian, investor asing secara total masih mencatat aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 15,84 triliun di seluruh pasar sepanjang 2024.
Aksi beli ini menunjukkan bahwa investor asing masih melihat potensi jangka panjang pada pasar saham Indonesia meski tren jangka pendek cenderung melemah.
Selain pergerakan IHSG yang lesu, aktivitas pasar IPO tahun ini juga mencatat penurunan signifikan dibandingkan 2023.
Hingga Desember 2024, hanya ada 41 perusahaan yang melantai di bursa melalui penawaran umum perdana (IPO) dengan total dana yang terkumpul sebesar Rp 14,32 triliun.
Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2023, yang mencatatkan 70 emiten baru dengan perolehan dana IPO mencapai Rp 54,17 triliun.
Penurunan ini menjadi indikasi bahwa pelaku pasar masih berhati-hati dalam menghadapi kondisi makroekonomi global dan domestik yang penuh tantangan.
Meskipun pasar saham Indonesia masih diwarnai sentimen negatif, pelaku pasar berharap kondisi ini akan membaik menjelang awal 2025.
Kebijakan fiskal dan moneter yang diambil pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan mampu mendorong pertumbuhan pasar saham sekaligus menarik lebih banyak perusahaan untuk mencatatkan sahamnya di BEI.
Sebelumnya diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan penguatan signifikan pada perdagangan awal pekan, Senin (23/12).
Indeks ditutup menguat 1,61% atau naik 112,58 poin ke level 7.096,44, kembali menembus level psikologis 7.000. Kinerja IHSG yang mengesankan ini menjadi angin segar bagi pasar modal Indonesia, yang sebelumnya sempat mengalami tekanan dalam beberapa waktu terakhir.
Meski IHSG mencatatkan lonjakan signifikan, investor asing justru mencatatkan aksi jual bersih (net sell) dengan nilai total mencapai Rp 395,28 miliar di seluruh pasar. Di pasar reguler, net sell asing tercatat sebesar Rp 62,18 miliar, sementara di pasar negosiasi nilai net sell mencapai Rp 333,10 miliar.
Meskipun IHSG berhasil mencatatkan penguatan signifikan pada perdagangan kemarin, secara mingguan indeks masih mencatatkan penurunan sebesar 2,23%. Penurunan sejak awal tahun juga masih tercatat di level 2,42%. Namun, kinerja cemerlang sektor perbankan, kesehatan, dan saham unggulan lainnya memberikan optimisme bagi investor menjelang akhir tahun.
Pasar kini menantikan apakah momentum positif ini dapat terus berlanjut, terutama di tengah aksi jual asing yang masih menjadi tantangan utama. Dengan sisa waktu menjelang pergantian tahun, para pelaku pasar berharap penguatan ini dapat menjadi awal dari tren positif di 2024.
Menjelang libur akhir tahun, investor disarankan untuk tetap mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, termasuk potensi pergerakan nilai tukar rupiah dan kebijakan suku bunga The Federal Reserve, yang dapat berdampak pada pasar keuangan di awal tahun mendatang.