kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Perkasa, Ditutup di Level Rp15.848 per Dolar AS

Rupiah Rp16.180 per Dolar AS di Tengah Penantian Keputusan The Fed
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah berbagai sentimen global dan domestik. Sepanjang pekan lalu, mata uang Garuda mencatatkan performa positif, didorong oleh faktor internal seperti inflasi Indonesia dan eksternal seperti data pasar tenaga kerja AS serta PMI global.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,13% di level Rp 15.845 per dolar AS pada Jumat pagi, melanjutkan kenaikan 0,38% sehari sebelumnya. Tren ini menunjukkan dukungan kuat dari pelemahan dolar AS, yang memberikan keuntungan relatif bagi mata uang regional.

Pemprov Sulsel

Mengutip Bloomberg, Jumat (29/11), rupiah ditutup di level Rp 15.848 per dolar AS, menguat 0,15% secara harian dan naik 0,17% dibandingkan posisi akhir pekan sebelumnya di Rp 15.875 per dolar AS.

Kurs referensi Jisdor Bank Indonesia mencatatkan rupiah di level Rp 15.856 per dolar AS, naik tipis 0,05% dari hari sebelumnya. Meski begitu, jika dilihat secara mingguan, rupiah melemah 0,34% dari posisi sebelumnya Rp 15.911 per dolar AS.

Beberapa faktor kunci menjadi pendorong utama pergerakan rupiah:

1. Data Ketenagakerjaan AS
Pasar memperkirakan adanya pelonggaran pada pasar tenaga kerja AS, terutama dari data ADP Employment Change dan JOLTS Job Openings. Jika proyeksi ini terwujud, maka tekanan terhadap dolar AS dapat berkurang, membuka peluang penguatan bagi rupiah.

2. Pelemahan Indeks Dolar AS
Indeks dolar AS (DXY) terpantau melemah 0,11% ke level 105,93 dari sebelumnya 106,05, memberikan ruang lebih bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, untuk menguat.

3. Stabilitas Domestik
Inflasi yang terkendali di Indonesia serta respons positif pasar terhadap data ekonomi lokal turut memberikan sentimen positif bagi pergerakan rupiah.

Jika pelemahan pasar tenaga kerja AS sesuai dengan ekspektasi, potensi penguatan rupiah diprediksi akan terus berlanjut pekan depan. Namun, investor tetap harus memperhatikan dinamika global yang dapat memengaruhi sentimen pasar, termasuk rilis data inflasi AS dan keputusan kebijakan moneter bank sentral.

Dari dalam negeri, pasar mengkhawatirkan dampak yang lebih terbatas dari program sosial seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah anggaran per porsi ditekan ke Rp10.000 per pack dari Rp15.000 per pack. Kabar ini bersamaan dengan kabar bahwa rencana kenaikan PPN menjadi 12 persen di 2025 akan ditunda.

Beberapa faktor mendorong penguatan ini, termasuk sentimen positif menjelang Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024 dan melemahnya dolar AS akibat data ekonomi yang lemah serta meredanya ketidakpastian geopolitik.

Pada Jumat lalu, perhatian pasar tertuju pada PTBI 2024 yang berlangsung di Jakarta pukul 19.00 WIB. Dengan tema “Sinergi Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional”, acara ini menegaskan komitmen Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas makroekonomi di tengah tantangan global.

Presiden Prabowo Subianto yang hadir dalam acara tersebut menyampaikan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat transformasi ekonomi nasional menuju visi Indonesia Emas 2045.

Gubernur BI Perry Warjiyo juga memaparkan kebijakan moneter untuk 2025. Fokus utama kebijakan ini mencakup penguatan nilai tukar rupiah, penyesuaian suku bunga, serta inovasi sistem pembayaran yang inklusif guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya diberitakan, Penurunan dolar AS terjadi seiring rilis data ekonomi Amerika Serikat yang kurang memuaskan serta meredanya ketidakpastian geopolitik global. Selain itu, optimisme pasar menjelang Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024 turut memperkuat posisi rupiah.

PTBI 2024, yang berlangsung pada Jumat malam di Jakarta, menjadi pusat perhatian pelaku pasar. Dengan tema “Sinergi Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional,” acara ini menegaskan komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi di tengah tantangan global maupun domestik. Stabilitas ini dianggap sebagai pijakan utama untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045.

Presiden Prabowo Subianto turut hadir dan memberikan pidato yang menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mempercepat transformasi ekonomi.

Dalam pidatonya, Presiden menekankan bahwa stabilitas makroekonomi yang kokoh harus menjadi dasar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, memperkuat daya saing, dan mewujudkan visi pembangunan jangka panjang.

Pasar menyambut baik optimisme ini, terutama karena Bank Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam mengelola kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa mengabaikan stabilitas.

Dalam konteks ini, penguatan rupiah menjadi cerminan kepercayaan pasar terhadap kondisi ekonomi Indonesia yang tetap tangguh meski dihadapkan pada tantangan global.

Dengan kombinasi penguatan mata uang dan kebijakan yang berfokus pada transformasi ekonomi, Indonesia terus menunjukkan ketahanan dalam menghadapi dinamika ekonomi global. Dukungan lintas sektor yang ditekankan dalam PTBI 2024 diharapkan menjadi katalis utama bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Capital Outflow Berlanjut

Pekan ini, aliran modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia masih berlanjut, meski nilainya lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya. Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa pada periode 25-28 November 2024, total capital outflow mencapai Rp1,78 triliun, jauh lebih kecil dibandingkan Rp7,50 triliun yang tercatat pada periode 18-21 November 2024.

Pasar saham menjadi sektor dengan tekanan paling besar, mencatatkan aliran modal asing keluar sebesar Rp2,01 triliun. Tekanan juga terjadi pada instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), yang mengalami outflow sebesar Rp1,66 triliun.

Meski demikian, pasar Surat Berharga Negara (SBN) menjadi penyelamat dengan mencatat aliran modal masuk sebesar Rp1,89 triliun, sehingga mampu mengurangi dampak negatif outflow secara keseluruhan.

“Berdasarkan data transaksi periode 25-28 November 2024, nonresiden mencatat jual neto sebesar Rp1,78 triliun,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangannya, Sabtu (30/11/2024).

Walaupun mengalami tekanan pekan ini, pasar keuangan Indonesia masih menunjukkan daya tarik jika dilihat dari awal tahun. Hingga 28 November 2024, pasar saham berhasil mencatatkan capital inflow sebesar Rp24,65 triliun.

Pasar SBN juga tak kalah menarik, dengan aliran modal masuk sebesar Rp29,17 triliun sepanjang tahun ini. Instrumen SRBI menjadi yang paling diminati, mencatat inflow fantastis sebesar Rp184,85 triliun sejak Januari.

Namun, sentimen pasar global turut memberikan dampak. Premi risiko investasi Indonesia, yang diukur dari credit default swaps (CDS) 5 tahun, naik ke level 74,53 bps pada 28 November 2024 dari 73,13 bps sepekan sebelumnya.

Di sisi lain, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun naik ke level 6,904 persen, sementara yield surat utang AS (US Treasury) tenor 10 tahun turun ke 4,263 persen.

Bank Indonesia terus berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi di tengah tekanan global.

“BI memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” kata Ramdan.

Meskipun tantangan global masih membayangi, aliran modal asing yang tetap positif sejak awal tahun menjadi indikasi bahwa pasar keuangan Indonesia masih dipercaya sebagai tempat investasi yang solid. Hal ini diharapkan dapat terus mendukung stabilitas ekonomi nasional di tengah dinamika global.