KabarMakassar.com — Pihak kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap pembina dan sejumlah santri, setelah ditemukannya seorang santri berinisial RF (14) yang tewas tergantung di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Bantaeng.
Kasatreskrim Polres Bantaeng, AKP Marzuki mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan langkah-langkah permintaan autopsi terhadap jasad korban atas permintaan keluarganya, dan meminta keterangan terhadap pembina atau pengasuh dan sejumlah santri dari pondok tersebut.
“Kita sudah melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dan mengambil keterangan kepada rekan-rekan santri,” kata Marzuki kepada awak media, Kamis (28/11).
Dari pemeriksaan sementara ini, kata Marzuki, diduga ada perundungan yang didapatkan korban. Hal itu diungkap oleh salah satu santri berinisial SD, ia diberitahu oleh rekannya untuk mengecek korban yang sedang bermain-main dan menggantung diri.
“Awalnya saksi inisial SD melihat dan menyampaikan bahwa korban ini sedang bermain-main atau prank, kemudian datang rekannya menyampaikan coba sana lihat korban apakah dia bermain-main atau tidak,” bebernya.
Kemudian, rekannya mengira perkataan gantung diri itu hanya bercandaan, kemudian saksi SD memanggil kaka korban yang juga bersekolah di pondok yang sama. Saat tiba ditempat korban ditemukan tergantung, Kaka korban juga mengira adiknya hanya bercanda, namun setelah diturunkan, kepalanya rebah ke belakang.
“Karena ditempatnya menggantung itu ada bale-bale. Jadi kelihatan terkesan memang seperti orang main-main saja,” ujarnya.
“Setelah terjatuh baru lah diketahui adiknya tidak bernafas, kemudian diberikan nafas bantuan, karena tidak berhasil makanya dia minta bantuan ke santri dan pengasuh yang mulai berdatangan,” lanjut Marzuki.
Setelah itu pengasuh mulai berdatangan, dan korban dibawa ke Klinik Ponpes dan dinyatakan sudah meninggal. Untuk memastikan, korban dirujuk ke RSUD Prof Anwar Makkatutu Bantaeng, dan sampai di sana hasilnya sama dinyatakan sudah meninggal dunia.
Keluarga korban yang curiga atas meninggalnya anak dalam kondisi ganti diri pun meminta agar dilakukan autopsi terhadap jenazah korban.
Tim Forensik Biddokkes Polda Sulsel pun melakukan autopsi Minggu (24/11), disaksikan keluarga yang tidak bisa menahan kesedihan. Lantaran FR adalah anak bungsu dari dua bersaudara.
Sebelumnya diberitakan, Seorang santri salah satu pondok pesantren di Kabupaten Bantaeng, ditemukan tewas tergantung di kamar asramanya, pada Sabtu (23/11) sekitar pukul 19.00 WITA.
Dari informasi yang diterima santri tersebut berinisial RF (14), korban merupakan santri yang duduk dikelas 3 salah satu pondok pesantren yang berlokasi di Lingkungan Tanetea, Desa Mipa-mipa Pajukukang, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng.
Meski korban ditemukan dalam keadaan tergantung, namun pihak keluarga curiga adanya tindakan kekerasan kepada korban, sehingga melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian, dan meminta untuk dilakukan autopsi pada jenazah korban. Kemudian jenazah korban di autopsi oleh tim Forensik Biddokes Polda Sulsel, pada Minggu (24/11).
Paman korban, Amiruddin mengaku bahwa para pembina pondok pesantren tersebut diduga sembunyi, dan keluarga hanya diberitahukan bahwa korban meninggal gantung diri.
“Tidak ada, pembinanya sembunyi semua. Penyampaiannya bilang gantung diri,” kata Amiruddin, Minggu (24/11).
Amiruddin menerangkan bahwa dilakukan autopsi terhadap jenazah korban, karena keluarga korban curiga adanya tindak kekerasan, sehingga meminta untuk melakukan autopsi.
“Inilah yang menjadi anu (kecurigaan), makanya kita bawa ke sini. Kita sempat datang semua dari pihak korban terkait dengan masalah kejadiannya tapi tidak ada yang kita temui di situ,” ujarnya.
Dokter Forensik Biddokes Polda Sulsel, Denny Mathius mengaku saat melakukan serangkaian pemeriksaan pada jenazah korban, ia mengatakan telah ditemukan sejumlah tanda-tanda kekerasan, dan diduga adanya tindakan kekerasan seksual pada korban.
“Yang pasti ada beberapa temuan dan kami duga tanda-tanda kekerasan. (Dugaan pelecahan seksual) Itu kami tetap melakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur kami,” ungkapnya.
Selanjutnya, hasil autopsi tersebut diserahkan ke pihak Polres Bantaeng untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
“Fakta-fakta, beberapa temuan-temuan, kami sudah sampaikan ke penyidik. Dari temuan awal, penyidik nanti akan sinkronkan dengan apa yang kami temukan pada autopsi itu,” ujarnya.
Hingga saat ini belum ada keterangan resmi dari pihak pondok pesantren tersebut, terkait kematian korban yang ditemukan tewas tergantung. Begitupun aparat kepolisian yang belim memberikan keterangan resmi terkait hasil autopsi dan perkembangan penyelidikan terkait saksi yang telah diperiksa. Ponpes pun hingga kini masih dijaga ketat polisi mengantisipasi amukan keluarga korban.