KabarMakassar.com — Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menghadirkan Anging Mammiri Business Fair (AMBF) × South Sulawesi Investment Forum (SSIF) 2024, sebuah ajang untuk mempercepat perdagangan dan investasi di wilayah. Kegiatan ini berlangsung di Sandeq Room, Hotel Claro Makassar, selama dua hari, 20-21 November 2024.
Acara ini dirancang untuk mempertemukan pelaku usaha lokal, pemerintah daerah, dan investor internasional dari berbagai negara seperti Jepang, Inggris, India, Cina, Uni Emirat Arab, hingga Mesir.
Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, menegaskan pentingnya acara ini dalam menciptakan peluang nyata bagi UMKM dan kabupaten/kota di Sulawesi Selatan untuk menjangkau pasar global.
“Melalui forum ini, kami mempertemukan UMKM dengan buyer dan investor internasional. Total 13 Memorandum of Understanding (MoU) telah ditandatangani, dengan nilai mencapai USD 5,87 juta atau sekitar Rp91,1 miliar. Selain itu, potensi investasi yang ditawarkan mencapai Rp9,5 triliun,” kata Rizki usai pembukaan acara pada Rabu (20/11) kemarin
Produk unggulan seperti rumput laut, kerajinan tangan, kuliner, hingga kelapa menjadi daya tarik utama dalam forum ini. Investor asal Jepang bahkan secara khusus mengunjungi pabrik rumput laut di Kabupaten Bone untuk menilai potensi pengembangan lebih lanjut.
Rizki menekankan pentingnya kualitas produk sebagai kunci keberhasilan dalam menjalin kerja sama internasional.
“UMKM harus memastikan produknya memenuhi standar global, termasuk sertifikasi halal, izin BPOM, serta kemampuan produksi berkelanjutan,” tambahnya.
Acara ini juga memberikan ruang bagi pemerintah kabupaten/kota untuk mempresentasikan proyek-proyek unggulan mereka di depan calon investor. Kehadiran 30 exhibitor dan calon investor dari berbagai negara menunjukkan antusiasme tinggi terhadap peluang bisnis di Sulawesi Selatan.
Dengan sinergi antara BI Sulsel dan Pemprov Sulsel, AMBF × SSIF 2024 menjadi langkah strategis untuk mengukuhkan Sulawesi Selatan sebagai destinasi investasi unggulan di Indonesia.
“Kami optimis bahwa kolaborasi ini akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” tutup Rizki.
Senada, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Sulsel Asrul Sani mengatatan, pemerintah memberikan kemudahan dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif.
“Menciptakan inklim investasi karena berbicara terkait dengan potensi, semua provinsi dan negara punya potensi. Jadi kuncinya bagaimana menciptakan inklim investasi yang kondusif sehingga para investor itu tertarik masuk di Sulsel,” ujarnya.
Asrul Sani menjelaskan, hingga saat ini investasi terbesar masih di sektor pertambangan yang ada di Luwu Timur. Namum, sektor lain akan didorong seperti rumput laut, dan Sulsel menjadi produksi terbesar di Indonesia.