KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah dibuka melemah dalam perdagangan Jumat, (1/11) setelah sebelumnya sempat menguat tipis dibanding perdagangan sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 10.00 WIB, rupiah berada di level Rp15.714 per USD, turun 16 poin atau sekitar 0,10 persen dari posisi Rp15.698 per USD pada penutupan hari sebelumnya.
Data Yahoo Finance juga mencatat rupiah pada level yang sama, mengalami penurunan 25 poin atau setara 0,15 persen dari sebelumnya Rp15.689 per USD.
Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan pergerakan rupiah pada hari ini akan fluktuatif, meskipun pada akhirnya diprediksi akan ditutup dengan pelemahan. Menurut analisisnya, rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp15.680 hingga Rp15.740 per USD pada akhir perdagangan.
Ibrahim menambahkan, pasar tengah merespons wacana pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran yang ditargetkan mencapai delapan persen, meski International Monetary Fund (IMF) hanya memproyeksikan pertumbuhan 5,2 persen.
Ia juga menyebutkan bahwa situasi geopolitik yang terus memanas dan lambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok turut memengaruhi pergerakan rupiah saat ini.
Sementara itu, pemerintah tetap optimis dapat mencapai target delapan persen tersebut. Ibrahim menyatakan bahwa meskipun pertumbuhan ini menantang, Indonesia pernah mencatatkan pertumbuhan serupa pada 1995, mencapai angka 8,2 persen.
Dengan mengambil pelajaran dari masa lalu dan situasi ekonomi global saat ini, ia menilai bahwa angka tersebut bukanlah target yang mustahil.
Ia menggarisbawahi pentingnya eksplorasi sumber pertumbuhan ekonomi baru, termasuk melalui adopsi teknologi dan inovasi, agar Indonesia dapat terlepas dari jebakan pendapatan menengah (middle-income trap) dan mencapai tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
Menurutnya, dengan pertumbuhan ekonomi global yang masih bertahan di kisaran tiga persen pasca-pandemi, inovasi menjadi kunci bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing dan mempercepat pertumbuhan ekonominya.
Pelemahan Rupiah pada awal bulan ini imbas rilis data BPS yang keluar hari ini. adan Pusat Statistik merilis data IHK (CPI) Oktober 2024 hari ini, yang mencatatkan inflasi.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia mengalami inflasi 0,08% dari bulan ke bulan (mtm) pada Oktober 2024. Inflasi tahunan mencapai 1,71% secara tahun (YoY) dan inflasi tahun kalender 0,82% dari awal tahun (year-to-date/ YTD).
Pergerakan rupiah yang terbatas disebabkan oleh sinyal mixed dari rilis data ekonomi AS. Di satu sisi, produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal III-2024 melambat lebih dari yang diantisipasi. Sementara di sisi lain, data ketenagakerjaan AS yaitu ADP Employment Change telah melampaui estimasi pada Oktober 2024.
Selain itu, indikator harga pilihan untuk The Federal Reserve (The Fed), Indeks Harga PCE, turun tipis 2,1% secara YoY pada September 2024 dibandingkan 2,3% secara YoY. Tetapi Indeks Harga PCE Inti masih mencatat 2,7% secara YoY, lebih tinggi dari yang diharapkan sebesar 2,6% secara YoY.
Klaim pengangguran awal AS juga secara mengejutkan menurun menjadi 216 ribu pada pekan yang berakhir pada 25 Oktober 2024, mencerminkan pasar tenaga kerja AS yang relatif lebih ketat.
Pergerakan Sepanjang Perdagangan
Hingga perdagangan Kamis siang, rupiah terpantau lanjut menguat ke posisi Rp15.701 per dolar AS, atau terapresiasi sebesar 3 poin atau 0,02% dari penutupan sebelumnya.
Tim Analis Mirae Asset Sekuritas mencatat adanya potensi rebound rupiah ke level Rp15.700 per dolar AS dan menyebut kemungkinan adanya intervensi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas kurs.
Dalam risetnya, tim analis menjelaskan bahwa investor masih beralih ke aset safe haven, sehingga indeks dolar spot (DXY) tetap tinggi di atas level 104 selama hampir dua minggu.
Kenaikan imbal hasil Treasury AS (UST) tenor 2 tahun ke 4,18% dan tenor 10 tahun ke 4,30% turut menjadi faktor penting dalam menentukan kebijakan suku bunga Bank Indonesia.
Menurut Mirae Asset Sekuritas, kondisi pasar yang penuh tekanan saat ini cenderung membatasi peluang penurunan BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur yang dijadwalkan pada 19-20 November mendatang.
Rupiah akhirnya mengakhiri perdagangan pada Kamis (31/10) dengan menguat sebesar 0,04% atau naik 6,5 poin ke level Rp15.698 per dolar AS, sebagaimana dicatat dalam data Bloomberg. Pada saat yang sama, indeks dolar AS mengalami penurunan sebesar 0,03% ke posisi 103,96.
Pergerakan mata uang Asia menunjukkan tren serupa, dengan beberapa mata uang utama ikut menguat. Yen Jepang tercatat menguat 0,81%, won Korea Selatan naik 0,06%, sementara dolar Singapura dan dolar Taiwan masing-masing menguat 0,07% dan 0,25%. Namun, tidak semua mata uang Asia mengikuti tren ini. Yuan China dan rupee India masing-masing melemah 0,02% dan 0,01%.