kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Mengenal Kompleks Makam Sultan Hasanuddin, Saksi Sejarah Perjuangan Kerajaan Gowa

Mengenal Kompleks Makam Sultan Hasanuddin, Saksi Sejarah Perjuangan Kerajaan Gowa
Kompleks Makam Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin yang terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa (Dok : Gebi KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Kompleks Makam Sultan Hasanuddin, yang terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, menjadi saksi bisu sejarah kejayaan Kerajaan Gowa.

Di sini, terdapat 26 makam yang sebagian besar adalah milik para Raja Gowa, anggota keluarga, serta kerabat dekat Sultan Hasanuddin.

Pemprov Sulsel

Kompleks ini tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi Sultan Hasanuddin, tetapi juga para leluhurnya yang memainkan peran penting dalam mempertahankan kedaulatan Kerajaan Gowa dari ancaman penjajah VOC Belanda.

Selain makam Sultan Hasanuddin, yang merupakan Raja Gowa ke-16, terdapat pula makam ayahnya, Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15, serta kakeknya, Sultan Alauddin, Raja Gowa ke-14.

Makam kerabat lainnya, seperti Sultan Alauddin Mallingkari dan Sultan Tajobarani, turut mengisi kompleks ini. Sultan Hasanuddin sendiri dimakamkan di sini dengan pusara yang sederhana, karena pada saat wafat, beliau sudah tidak lagi menjabat sebagai Raja.

Kompleks makam ini menjadi tempat penting dalam sejarah perjuangan Kerajaan Gowa melawan monopoli perdagangan VOC Belanda. VOC berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara, yang menyebabkan perseteruan dengan Kerajaan Gowa.

Perlawanan terhadap monopoli ini dimulai oleh Sultan Malikussaid dan dilanjutkan oleh Sultan Hasanuddin beserta keturunannya, yang berjuang mempertahankan kedaulatan kerajaan hingga akhir hayat mereka.

Juru Pelihara Kompleks Makam Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin, Sahrul menjelaskan bahwa bentuk makam di kompleks tersebut memiliki ciri khas tersendiri, yaitu susunan batu pundak yang bertingkat.

“Perbedaan signifikan yang bisa dilihat terletak pada makam Sultan Hasanuddin kenapa lebih sederhana karena saat beliau meninggal sudah tidak berstatus sebagai raja. Contohnya makam anaknya Sultan Ali kita bisa melihat makamnya besar karena beliau masih menjadi raja lalu beliau wafat,” ujarnya, Rabu (23/10).

Sahrul juga mengungkapkan bahwa setiap tahun, pada 12 Juni, keluarga Kerajaan Gowa memperingati haul Sultan Hasanuddin dengan mengadakan tahlilan dan ziarah tabur bunga.

Selain itu, pada bulan November, bertepatan dengan Hari Jadi Gowa, digelar ziarah tabur bunga yang dihadiri oleh unsur pemerintah Kabupaten Gowa, termasuk Bupati dan perwakilan dari Kodim, Polres, serta Kejaksaan.

“Terus kegiatan lain seperti hari jadi Gowa pelaksanaannya bulan 11 dengan ziarah tabur bunga juga yang dilakukan oleh unsur pemerintah Kabupaten Gowa oleh Bupati Kabupaten Gowa dengan unsur-unsur, Kodim, Polres, dan Kejaksaan. Itu dilakukan tiap tahun di bulan November,” jelasnya.

Di luar peringatan resmi, kompleks makam ini juga sering menjadi tujuan kunjungan sekolah dalam rangka studi tour, serta peziarah baik dari dalam maupun luar negeri yang datang untuk menghormati jasa-jasa Sultan Hasanuddin dan para Raja Gowa lainnya.

“Ada kunjungan saja, seperti kunjungan anak sekolah study tour, kunjungan orang-orang yang datang untuk berziarah dalam konteks mendoakan beliau dan kunjungan domestik sampai ke mancanegara,” tutupnya.

Makam Sultan Hasanuddin dan kompleks sekitarnya bukan hanya menjadi situs sejarah, tetapi juga simbol perlawanan terhadap penjajahan dan bukti kedaulatan rakyat Kerajaan Gowa yang terus dikenang hingga kini.