KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan lalu dengan kenaikan signifikan, naik 0,54% ke level 7.520,60 pada Jumat (11/10).
Penguatan ini mencatatkan kenaikan kumulatif sebesar 0,33% sepanjang pekan 7-11 Oktober 2024, meskipun sempat mengalami tekanan selama dua hari berturut-turut pada Rabu dan Kamis. Performa IHSG pekan tersebut menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan pekan sebelumnya, di mana indeks mencatatkan penurunan 2,61%.
Proyeksi IHSG Pekan Ini: Kisaran Level 7.426-7.650
Di pekan ini, IHSG diperkirakan bergerak dalam kisaran terbatas dengan potensi penguatan, yaitu antara level support 7.426 dan resistance di 7.650.
Beberapa faktor diprediksi akan memengaruhi pergerakan IHSG, termasuk rilis data inflasi dari China yang dirilis akhir pekan lalu, yang dapat memberikan dampak pada sentimen investor global.
Selain itu, nilai tukar rupiah yang diperkirakan akan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga menjadi perhatian, di samping pergerakan harga komoditas global seperti minyak dan logam yang fluktuatif.
Situasi geopolitik yang berkembang, terutama di kawasan Timur Tengah, juga bisa menjadi faktor eksternal yang memengaruhi pergerakan pasar. Ketidakpastian global yang masih tinggi akibat konflik tersebut membuat investor lebih berhati-hati, meski pasar domestik menunjukkan sentimen positif.
Memasuki pekan keempat Oktober 2024, para pelaku pasar akan memperhatikan rilis laporan keuangan emiten untuk kuartal III. Kinerja yang membaik dari perusahaan-perusahaan terkemuka diharapkan dapat menjadi pendorong tambahan bagi IHSG untuk melanjutkan tren penguatan. Secara historis, laporan keuangan yang positif sering kali menjadi katalis bagi kenaikan harga saham, terutama bagi sektor-sektor yang diprediksi mencatatkan laba signifikan seperti sektor perbankan dan pertambangan.
Aksi Jual Asing yang Mendominasi: Net Sell Rp 4,5 Triliun
Meskipun IHSG mengalami penguatan, aksi jual bersih investor asing tetap mendominasi pasar saham. Dalam periode 7-11 Oktober 2024, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) secara beruntun dengan nilai kumulatif mencapai Rp 4,5 triliun. Aksi jual ini dimulai pada Senin (7/10) dengan net sell sebesar Rp 796,1 miliar, disusul Rp 165,6 miliar pada Selasa (8/10). Puncaknya terjadi pada Rabu (9/10) dengan nilai penjualan mencapai Rp 2,5 triliun.
Pada Kamis (10/10), aksi jual sedikit mereda dengan net sell sebesar Rp 977,1 miliar, dan pada Jumat (11/10) angkanya turun signifikan menjadi Rp 88,8 miliar. Meskipun tekanan jual dari asing cukup besar, secara keseluruhan sepanjang tahun ini, mereka masih mencatatkan aksi beli bersih (net buy) dengan nilai Rp 43,3 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing masih melihat potensi jangka panjang di pasar saham Indonesia.
Selama sepekan terakhir, beberapa saham menjadi target utama aksi jual asing. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang paling banyak dijual dengan nilai net sell mencapai Rp 1,6 triliun.
Saham lain yang juga mengalami tekanan jual signifikan termasuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net sell sebesar Rp 449,7 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 273,2 miliar, dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebesar Rp 214,7 miliar.
Saham PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) juga mencatatkan aksi jual dengan net sell masing-masing sebesar Rp 172,3 miliar, Rp 147,4 miliar, dan Rp 111 miliar.
Di sisi lain, meskipun banyak saham dilepas oleh investor asing, ada beberapa saham yang justru menarik minat beli, seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang mencatatkan net buy terbesar mencapai Rp 109 miliar.
Akumulasi pada saham MDKA mencerminkan minat yang masih tinggi terhadap sektor pertambangan, terutama logam yang terus menunjukkan potensi kenaikan harga di pasar global.
Secara teknikal, disarankan untuk melakukan spekulasi beli (speculative buy) pada saham-saham seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), yang diprediksi dapat memberikan peluang keuntungan jangka pendek. Saham-saham ini memiliki fundamental yang cukup baik serta diperkirakan mendapat manfaat dari tren positif harga komoditas dan stabilitas nilai tukar.
Alternatif lainnya yang patut dipertimbangkan adalah saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), yang menunjukkan potensi untuk pulih dari tekanan jual dan didukung oleh prospek laporan keuangan yang positif.
Dengan kondisi pasar yang masih penuh tantangan, investor disarankan untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Memantau perkembangan eksternal dan data ekonomi yang dirilis menjadi kunci untuk menangkap peluang di tengah volatilitas.
IHSG yang menunjukkan tren perbaikan diharapkan dapat tetap menguat, terutama dengan adanya katalis positif dari laporan keuangan kuartal III dan stabilitas makroekonomi domestik.