kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Anjlok 2,2 Persen, Dipicu Sentimen Global dan Outflow Asing

Akhiri Penguatan, IHSG Melemah Tipis ke level 7.787
Ilustrasi Saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Senin (30/09) kemarin. Angkavini mencatatkan koreksi selama tiga hari berturut-turut. IHSG ditutup turun 2,2% ke level 7.527,93, menembus batas psikologis 7.500.

Dalam sesi perdagangan kemarin, IHSG sempat mencapai titik tertinggi di level 7.696,91 sebelum akhirnya anjlok ke titik terendah pada penutupan pasar.

Pemprov Sulsel

Volume transaksi tercatat mencapai Rp 17,12 triliun dengan total 24,38 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,36 juta kali. Sebanyak 202 saham menguat, 383 saham melemah, dan 216 saham stagnan.

Sebagian besar sektor mengalami koreksi pada sesi I perdagangan, dengan sektor energi mencatat penurunan terbesar sebesar 2,11%. Penurunan tajam ini turut membebani pergerakan IHSG. Di sisi lain, hanya beberapa sektor yang berhasil mencatatkan penguatan, termasuk sektor transportasi yang naik 1,57%, bahan baku naik 0,25%, dan sektor kesehatan yang menguat tipis 0,02%.

Tiga emiten yang berkontribusi besar terhadap penurunan IHSG adalah PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Barito Renewables Energy (BREN), dan PT Bank Central Asia (BBCA). Ketiganya bersama-sama menekan IHSG hingga 21 poin pada sesi pertama.

Aliran Dana Asing Beralih ke China, IHSG Tertekan Outflow
Penurunan IHSG tidak terlepas dari aksi jual oleh investor asing yang masih berlangsung.

Hingga akhir perdagangan pekan lalu, tercatat investor asing melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 1,16 triliun di pasar reguler. Secara keseluruhan, sepanjang minggu lalu, asing telah menarik dana hingga Rp 4,31 triliun dari pasar saham Indonesia.

Sentimen negatif yang mempengaruhi pergerakan IHSG dipicu oleh kabar bahwa pemerintah China berencana menggelontorkan stimulus ekonomi untuk beberapa sektor industrinya. Hal ini membuat investor asing lebih memilih untuk mengalihkan investasinya ke China, yang dianggap lebih menarik karena kebijakan ekonomi yang longgar dan biaya operasional yang lebih rendah.

Selain tekanan dari aliran dana keluar (outflow), investor juga bersikap wait and see menjelang rilis data inflasi Indonesia untuk September 2024. Konsensus pasar memperkirakan inflasi tahunan (year-on-year) akan berada di kisaran 2%, sementara secara bulanan (month-to-month), inflasi diprediksi masih menunjukkan deflasi namun dengan perbaikan ke level 0%. Inflasi inti diperkirakan meningkat tipis menjadi 2,1%.

IHSG diprediksi masih akan tertekan dalam beberapa hari ke depan, dengan level support berada di 7.455 dan resistance di 7.550. Pergerakan indeks akan sangat dipengaruhi oleh rilis data inflasi, nilai tukar rupiah, serta perkembangan harga komoditas global.

Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Selasa (1/10)
Dalam menghadapi volatilitas pasar yang tinggi, beberapa saham layak dipertimbangkan untuk dipantau pada perdagangan Selasa (1/10). Saham-saham yang direkomendasikan antara lain:

  • AUTO Rekomendasi buy on weakness pada kisaran Rp 2.400-Rp 2.520.
  • MDKA : Buy on weakness di level Rp 2.790-Rp 2.880.
  • PTBA : Buy on weakness dengan target harga Rp 3.230-Rp 3.300.

Selain itu, saham MAPI dan INDY juga direkomendasikan untuk dipantau. MAPI disarankan untuk dibeli saat harga turun pada level Rp 2.100 per saham untuk jangka menengah, sementara INDY disarankan pada kisaran Rp 1.600-Rp 1.650 dengan target harga Rp 2.000 per saham dalam jangka menengah.

Dengan sentimen global yang masih bergejolak, investor disarankan untuk berhati-hati dan memantau perkembangan ekonomi serta data makro domestik sebelum melakukan aksi investasi.