kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Tembus Rekor di Tengah Volatilitas Global

IHSG Dibuka Menguat ke Level 7.349,58, Saham-Saham Perbankan dan Big Caps Terkerek Naik
Ilustrasi KabarMakassar
banner 468x60

KabarMakassar.com — Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan performa yang solid sepanjang pekan ini, bahkan melampaui bursa saham utama global. IHSG ditutup menguat pada perdagangan Jumat (06/09) kemarin, mencatat kenaikan 0,53% ke level 7.721,85.

Angka ini memperlihatkan kemampuan IHSG untuk tetap bertahan di atas level psikologis 7.700, mengukuhkan penguatan sebesar 0,67% sepanjang pekan ini.

Pemprov Sulsel

Investor asing terus menunjukkan minatnya terhadap pasar Indonesia dengan mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp3,27 triliun selama periode 2 hingga 6 September 2024. Hal ini mencerminkan keyakinan para pelaku pasar terhadap stabilitas dan prospek ekonomi dalam negeri.

Volume transaksi IHSG mencapai 109 miliar lembar saham dengan nilai transaksi total sebesar Rp53,47 triliun, yang diperdagangkan sebanyak 5,6 juta kali sepanjang minggu ini. Dari sisi sektoral, sektor keuangan mencatat penguatan terbesar dengan kenaikan 4,26%, disusul oleh sektor properti yang menguat 2,11%.

Jika dibandingkan dengan bursa saham utama lainnya di Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, IHSG berhasil unggul, bahkan lebih baik dari indeks Wall Street seperti Dow Jones. Penguatan ini didorong oleh sentimen positif baik dari dalam maupun luar negeri, meskipun sempat dihantui oleh kekhawatiran terkait deflasi dan data PMI manufaktur Indonesia di awal pekan.

Kenaikan cadangan devisa Indonesia pada Agustus 2024 menjadi salah satu faktor penggerak IHSG. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar US$150,2 miliar, melampaui rekor sebelumnya pada Desember 2023 yang berada di level US$146,4 miliar. Hal ini didukung oleh inflow dana asing yang mengalir ke pasar keuangan Indonesia, terutama melalui SBN, saham, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menjelaskan bahwa inflasi Indonesia, khususnya inflasi pangan, tetap terkendali, sementara inflasi inti menunjukkan sedikit peningkatan yang mencerminkan adanya kelanjutan aktivitas ekonomi di dalam negeri.

Sementara itu, dari sisi eksternal, penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS atau US Treasury tenor 10 tahun ke level 3,73%, terendah sejak Juni 2023, menjadi angin segar bagi pasar Indonesia. Penurunan yield ini berpotensi mendorong aliran modal asing dari AS ke Indonesia, mengingat peluang investasi di AS mulai berkurang daya tariknya setelah suku bunga berpotensi diturunkan oleh The Fed.

Pasar global juga merespons data tenaga kerja AS yang menunjukkan pelemahan. Laporan JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Summary) mengungkapkan penurunan lowongan pekerjaan di AS pada Juli 2024, yang mencapai titik terendah sejak Januari 2021. Dengan pasar tenaga kerja yang semakin mendingin, The Fed diharapkan segera memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi AS lebih lanjut.

Berdasarkan alat ukur FedWatch, probabilitas pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebesar 25 basis poin mencapai 57%, sementara ada peluang 43% bahwa pemangkasan akan dilakukan sebesar 50 basis poin. Bank Sentral Eropa (ECB) juga diperkirakan akan mengikuti langkah ini dengan menurunkan suku bunga deposito sebesar 25 basis poin pada September dan Desember mendatang.

Selama pekan ini, IHSG berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,67%, mencapai level tertinggi sepanjang sejarah di 7.721,846. Kapitalisasi pasar juga meningkat 0,78% menjadi Rp13.217 triliun, tumbuh dari Rp13.114 triliun pada pekan sebelumnya.

Meskipun rata-rata nilai transaksi harian bursa mengalami penurunan sebesar 70,18% menjadi Rp10,69 triliun, volume transaksi justru meningkat 13,27% menjadi 21,98 miliar saham. Frekuensi transaksi harian bursa sedikit menurun sebesar 6,44% menjadi 1,12 juta kali transaksi.

Investor asing terus menambah portofolio mereka di Indonesia dengan mencatatkan beli bersih sebesar Rp1,03 triliun sepanjang pekan ini, menambah total beli bersih sepanjang tahun menjadi Rp30,99 triliun.

Dengan sentimen positif yang terus mengalir, IHSG diharapkan dapat melanjutkan tren penguatan dan menjadi magnet bagi investor global yang mencari peluang di pasar negara berkembang seperti Indonesia.

Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pada akhir Agustus 2024, pasar modal Indonesia menunjukkan performa yang mengesankan, ditandai dengan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan berbagai indikator pasar lainnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Jayadi, melaporkan bahwa IHSG menguat sebesar 5,72 persen secara month-to-date (mtd) per akhir Agustus kemarin, mencapai level tertinggi sepanjang masa di 7670,73. Nilai kapitalisasi pasar juga meningkat sebesar 6,29 persen mtd, atau 12,34 persen year-to-date (ytd), mencapai sekitar Rp13 ribu triliun

Tren penguatan ini tidak hanya terlihat pada IHSG, tetapi juga pada aktivitas investor non-residen yang mencatatkan net buy sebesar Rp28,77 triliun rupiah secara mounth to date (mtd), dan 27,73 triliun rupiah ytd.

“Penguatan ini terus berlanjut hingga awal September 2024, menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari investor terhadap pasar saham Indonesia,” katanya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulan (RDKB) Agustus 2024 OJK via Zoom Meeting, Jumat (06/09)

Selain itu, pasar obligasi juga mencatatkan penguatan dengan indeks obligasi meningkat sebesar 1,71 persen mtd atau 4,41 persen ytd, mencapai level 391,14. Sektor ini menunjukkan stabilitas dan menjadi pilihan investasi yang menarik di tengah tren positif pasar modal.

Industri pengelolaan investasi juga mengalami pertumbuhan, dengan nilai aset yang tercatat sebesar 841,37 triliun rupiah, naik 1,34 persen mtd dan 2,02 persen ytd. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan minat terhadap produk investasi di Indonesia.

“Di sisi lain, penghimpunan dana di pasar modal terus berada dalam tren positif dengan total nilai penawaran umum mencapai Rp135,25 triliun,” lanjutnya

Dari jumlah tersebut, kata Dian, Rp4,9 triliun rupiah berasal dari 28 emiten baru yang melantai di bursa, menandakan minat yang kuat terhadap pasar modal Indonesia.

Bursa karbon, yang diluncurkan tahun lalu, juga menunjukkan kinerja positif. Hingga akhir Agustus 2024, sebanyak 75 pengguna jasa telah berpartisipasi dengan total volume perdagangan mencapai 613 ton CO2 ekuivalen, yang bernilai 37,05 miliar rupiah. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mendukung ekonomi berkelanjutan melalui mekanisme perdagangan karbon.