kabarbursa.com
kabarbursa.com

Potensi Penurunan Suku Bunga, Pasar Obligasi Jadi Primadona Investasi

Potensi Penurunan Suku Bunga, Pasar Obligasi Jadi Primadona Investasi
Associate Director Research and Investment, Maximilianus Nico Demus, dalam Webinar Ekonomi Makro, Telisik Peluang Pasar Modal Jelang Pilkada 2024, Via Zoom (Dok : Ist)
banner 468x60

KabarMakassar.com — Associate Director Research and Investment, Maximilianus Nico Demus, mengungkapkan bahwa terdapat harapan penurunan suku bunga dalam waktu dekat, yang berpotensi membuat pasar obligasi menjadi target investasi yang menarik.

Menurutnya, penurunan suku bunga dapat berdampak positif pada harga obligasi, yang pada gilirannya memberikan keuntungan bagi para investor.

Pemprov Sulsel

“Saat ini, kita melihat adanya frekuensi yang luar biasa dari penurunan suku bunga. Jika benar terjadi penurunan pada bulan September mendatang, maka besar kemungkinan Bank Indonesia juga akan mengikuti langkah ini dan menurunkan suku bunga di tahun yang sama,” jelas Nico dalam Webinar Ekonomi Makro, Telisik Peluang Pasar Modal Jelang Pilkada 2024, Via Zoom, Kamis (22/08).

Nico menekankan pentingnya melihat potensi di pasar obligasi, terutama di tengah era penurunan suku bunga. Menurutnya, obligasi bisa menjadi pilihan investasi yang lebih aman dibandingkan saham, khususnya dengan adanya potensi kenaikan harga obligasi.

“Kenaikan harga obligasi berpotensi terjadi jika suku bunga turun. Dengan begitu, ini bisa menjadi momen yang tepat untuk mempertimbangkan investasi di obligasi, apalagi dengan adanya pajak obligasi yang hanya 10 persen, jauh lebih kecil dibandingkan pajak bunga deposito,” tambahnya.

Dia juga menjelaskan bahwa pasar obligasi terbagi menjadi dua kategori, yaitu obligasi konvensional dan obligasi ritel.

“Obligasi konvensional biasanya memerlukan investasi minimal 1 miliar rupiah, sementara obligasi ritel bisa dimulai dari 1 juta rupiah. Keduanya menawarkan bunga yang dibayarkan setiap bulan,” jelas Nico.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, dalam waktu dekat, akan ada peluncuran obligasi ritel baru dengan bunga di atas 6,25 persen dan jatuh tempo hampir tiga tahun. Nico menyarankan calon investor untuk melihat ulasan terkait sebelum memutuskan untuk membeli.

Selain itu, Nico juga mengingatkan bahwa dinamika politik, khususnya di kota-kota besar, sangat mempengaruhi kondisi pasar.

“Pilkada sering kali membawa ketidakpastian politik, yang dapat memengaruhi pergerakan saham dan obligasi. Stabilitas politik di kota-kota besar sangat penting, karena di sanalah pusat perputaran ekonomi,” ujar Nico.

Dia menyarankan para investor untuk tidak terlalu ambisius dan tetap memperhatikan momentum yang ada.

“Jangan muluk-muluk, tetapi manfaatkan momentum positif ini, terutama dalam tiga tahun terakhir di mana pemerintah cukup aktif menerbitkan obligasi ritel sebagai bagian dari strategi pengelolaan utang negara,” pungkasnya.