kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Diprediksi Kembali Hadapi Tekanan

Rupiah dan Mata Uang Asia Tertekan, Dolar AS Menguat di Pasar Global
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Rupiah diperkirakan akan menghadapi tekanan lebih lanjut dalam perdagangan hari ini setelah kemarin ditutup melemah tipis di level Rp15.485 per dolar AS.

Pelemahan ini dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sentimen reshuffle kabinet yang dilakukan pemerintah. Langkah reshuffle tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan transisi pemerintahan yang akan datang, namun tampaknya memberikan dampak negatif pada pergerakan mata uang di pasar spot.

Pemprov Sulsel

Indikasi pelemahan rupiah juga terlihat dari pasar offshore, di mana kontrak nondeliverable forward (NDF) rupiah di New York dini hari tadi menunjukkan tren melemah. Pada pagi ini, nilai NDF rupiah bergerak di kisaran Rp15.493 hingga Rp15.504 per dolar AS, sedikit lebih kuat dibandingkan penutupan pasar spot, namun masih berada di zona merah.

Krisis konstitusional yang tengah memanas di Indonesia juga turut mempengaruhi sentimen pasar. Ketegangan antara Mahkamah Konstitusi (MK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terkait Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) menjadi perhatian utama pelaku pasar.

Rapat Paripurna DPR yang dijadwalkan hari ini untuk membahas RUU tersebut diperkirakan akan meningkatkan kewaspadaan di kalangan investor, mengingat aksi massa yang direncanakan oleh berbagai elemen masyarakat sipil.

Meskipun demikian, rupiah masih mendapat dukungan dari sentimen global, terutama setelah rilis Risalah Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang bernada dovish.

Kemarin, indeks dolar AS melemah dan ditutup pada level 101,03, sementara pagi ini bergerak stabil di sekitar 101,15. Risalah tersebut memperkuat ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.

Secara teknikal, rupiah masih berada dalam tekanan dan diprediksi akan bergerak di kisaran Rp15.500 hingga Rp15.530 per dolar AS hari ini, dengan support kuat di level Rp15.550 per dolar AS.

Jika rupiah berhasil menembus level resistance di Rp15.450 per dolar AS, ada peluang untuk menguat lebih lanjut hingga Rp15.410 per dolar AS. Namun, jika nilai tukar rupiah bertahan di atas Rp15.510 per dolar AS, potensi pelemahan lebih lanjut masih terbuka lebar.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam pernyataannya kemarin menyatakan bahwa peluang untuk penurunan suku bunga acuan (BI rate) kemungkinan baru akan terbuka pada kuartal IV tahun ini.

“Kami masih fokus pada stabilitas nilai tukar rupiah di triwulan III ini,” ujar Perry. Saat ini, BI rate berada di level 6,25% setelah mengalami penguatan signifikan selama bulan Agustus.

Pernyataan Perry tersebut menunjukkan bahwa BI akan berhati-hati dan tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga sebelum The Fed mengambil langkah yang sama, yang diperkirakan akan terjadi pada September mendatang.

Sementara itu, pasar global terus mencermati pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang dijadwalkan berbicara di simposium ekonomi Jackson Hole pada akhir pekan ini. Simposium tersebut diharapkan dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed.

Jamie Cox dari Harris Financial Group menyatakan bahwa

“Notulen The Fed menghapus semua keraguan mengenai kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September.”

Pernyataan ini didukung oleh data revisi lapangan kerja AS yang menunjukkan penurunan jumlah pekerja sebesar 818.000 selama 12 bulan hingga Maret 2024, penurunan terbesar sejak 2009.

Dalam situasi seperti ini, pergerakan rupiah ke depan masih akan dipengaruhi oleh perkembangan di pasar global serta dinamika politik dalam negeri. Para pelaku pasar diharapkan terus memantau perkembangan terkini untuk mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.

PDAM Makassar