kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Menurun di Awal Pekan Imbas Wall Street Melemah

IHSG Melemah 0,61 Persen, Berikut Saham yang Cetak Keuntungan Besar
Ilustrasi Saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada perdagangan sesi pertama Senin (05/08) kemarin. Berdasarkan data dari RTI, IHSG turun 1,99% atau 145,523 poin, mengakhiri sesi di level 7.162,60.

Sebanyak 473 saham terpantau melemah, sementara 116 saham menguat dan 188 saham lainnya stagnan. Volume perdagangan mencapai 13,04 miliar saham dengan total nilai transaksi sebesar Rp6,03 triliun.

Pemprov Sulsel

Semua 10 indeks sektoral mengalami penurunan di sesi perdagangan pagi ini. Tiga sektor dengan penurunan paling tajam adalah sektor bahan dasar yang turun 2,62%, sektor energi yang melemah 2,58%, dan sektor industri yang merosot 2,32%.

Beberapa saham yang mengalami penurunan terbesar di LQ45 meliputi:
– PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun 5,25% ke Rp1.445
– PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) turun 4,24% ke Rp565
– PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) turun 3,92% ke Rp2.450

Sedangkan saham yang mencatatkan kenaikan antara lain:
– PT Bank Jago Tbk (ARTO) naik 1,11% ke Rp2.740
– PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) naik 0,74% ke Rp2.730
– PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) stabil di Rp6.100

Penurunan IHSG ini juga sejalan dengan pelemahan di pasar Asia-Pasifik, yang masih terpengaruh oleh aksi jual pekan lalu. Saham-saham di Jepang mencatat kerugian besar, dengan Nikkei 225 dan Topix masing-masing turun lebih dari 8%. Perusahaan-perusahaan besar seperti Mitsubishi, Mitsui and Co, Sumitomo, dan Marubeni masing-masing mengalami penurunan sekitar 10%.

Sejak mencapai puncaknya pada 11 Juli kemarin,Nikkei dan Topix telah turun lebih dari 20%. Penurunan ini mengikuti kejatuhan hari Jumat, di mana Nikkei 225 dan Topix masing-masing anjlok lebih dari 5% dan 6%. Topix mencatat hari terburuknya dalam delapan tahun terakhir, sementara Nikkei mengalami hari terburuknya sejak Maret 2020.

Di pasar valuta asing, yen menguat ke level tertinggi terhadap dolar sejak Januari, diperdagangkan di 143,40.

Di China, sektor jasa berkembang lebih cepat pada bulan Juli, dengan indeks manajer pembelian naik ke 52,1 dari 51,2 di bulan Juni. Menurut survei Caixin, percepatan ini didorong oleh peningkatan bisnis baru dan perbaikan kondisi permintaan.

Pasar saham Taiwan juga mengalami penurunan, dengan Indeks Taiwan Weighted turun hampir 8%. Di Australia, S&P/ASX 200 merosot 3,05%. Bank Sentral Australia memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari pada hari Senin, dengan ekspektasi bahwa suku bunga akan tetap pada 4,35%.

Di Korea Selatan, Kospi turun 6,66% dan Kosdaq turun 6,78%. Indeks Hang Seng di Hong Kong mencatat penurunan terkecil di Asia, turun 0,22%, sementara CSI 300 di China daratan naik 0,24%, menjadi satu-satunya indeks utama yang berada di zona hijau.

Penurunan IHSG juga didorong oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan, dengan laporan nonfarm payrolls hanya meningkat 114 ribu, jauh di bawah perkiraan 175 ribu, dan tingkat pengangguran naik menjadi 4,3%, lebih tinggi dari ekspektasi 4,1%. Data ini meningkatkan kekhawatiran akan melemahnya pertumbuhan ekonomi AS, membuat investor berhati-hati terhadap prospek ekonomi global.

Berbagai sektor di IHSG mengalami penurunan, dengan sektor bahan baku turun paling dalam 2,62%, diikuti sektor energi yang melemah 2,58%, dan sektor industri yang turun 2,32%. Sektor keuangan melemah 1,66%, sektor properti turun 1,58%, dan sektor teknologi melemah 1,45%. Hanya sektor kesehatan yang mengalami penguatan tipis sebesar 0,07%, didukung oleh saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) yang naik 2,39%.

Bursa-bursa Asia lainnya juga kompak melemah, dengan Hang Seng Index Hong Kong turun 2,54%, Jakarta LQ45 Index melemah 1,70%, dan Shanghai Composite Index turun 1,05%. Di Singapura, Straits Times Index jatuh 4,74%, sementara Nikkei 225 Index Tokyo merosot 12,40%.

Ancaman resesi di AS dan ketidakpastian global terus memicu volatilitas pasar, dengan banyak bursa saham dunia mengalami penurunan tajam setelah rilis data ekonomi AS yang mengecewakan. Data pasar tenaga kerja yang lemah dan kekhawatiran resesi mendorong aksi jual besar-besaran di pasar saham global.

Bursa AS Wall Street juga mengalami penurunan pada perdagangan terakhir pekan lalu, dengan Dow Jones turun 1,51%, Nasdaq jatuh 2,43%, dan S&P 500 turun 1,51%. Bursa Eropa juga mengikuti tren penurunan, dengan indeks FTSE di London turun 2,15%, DAX Jerman turun 2,23%, dan CAC Prancis jatuh 1,92%.

Peningkatan ketidakpastian pasar tercermin dalam Volatility Index (VIX), yang sering disebut sebagai “indeks kepanikan”. Pada Jumat lalu, VIX index tercatat di angka 23,39, naik 39% dalam sepekan.

Ancaman resesi di AS semakin jelas, dengan survei CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa pelaku pasar mengharapkan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan FOMC September mendatang, meskipun sebagian pelaku pasar memperkirakan penurunan sebesar 25 basis poin.

Resesi ekonomi menjadi ancaman serius bagi negara-negara di dunia, terutama setelah pandemi Covid-19. Resesi dapat memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, dan kebangkrutan ekonomi. Perlambatan ekonomi AS pada kuartal II-2024 menambah kekhawatiran pasar, dengan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 2,8% secara quarter on quarter, lebih rendah dibandingkan dengan kuartal III dan IV-2023.

Ketidakpastian global dan ancaman resesi terus mempengaruhi pasar, dengan banyak bursa saham dunia mengalami penurunan tajam di tengah kekhawatiran ekonomi yang melambat.

PDAM Makassar