kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Menguat Tipis Capai Level Rp16.281

Dana Pihak Ketiga Sulsel Tumbuh 8,71%, Capai Rp133,76 Triliun
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Pada perdagangan awal pekan kemarin, Senin (29/07) nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 20 poin atau 0,12 persen, mencapai level Rp16.281.

Sebelumnya, rupiah sempat dibuka pada level Rp16.287 per dolar AS. Penguatan ini dipicu oleh spekulasi mengenai pemotongan suku bunga AS menyusul data indeks harga PCE yang menggembirakan minggu lalu, sebuah pengukur inflasi pilihan Federal Reserve.

Pemprov Sulsel

Hal ini membuat pertemuan Fed minggu ini menjadi fokus utama. Meskipun bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, sinyal mengenai rencana pemotongan suku bunga akan diawasi dengan ketat. Menurut CME FedWatch, para pedagang hampir sepenuhnya memperkirakan pemangkasan 25 basis poin pada bulan September.

Sementara itu, harapan gencatan senjata di Gaza terus berkembang, meskipun Israel menginginkan perubahan dalam rencana tersebut dan pembebasan sandera oleh Hamas, yang mempersulit tercapainya kesepakatan untuk menghentikan pertempuran selama sembilan bulan terakhir.

Selain itu, kekhawatiran mengenai melambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok setelah serangkaian data lemah sepanjang Juli, memicu aksi jual di pasar Tiongkok. Ketidakpastian politik AS juga membebani pasar Tiongkok, dengan investor yang tidak yakin bagaimana pemerintahan AS berikutnya akan memperlakukan Beijing. Fokus minggu ini adalah pada data indeks manajer pembelian utama dari Tiongkok untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk mengenai aktivitas bisnis.

Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun 2024 diperkirakan hanya akan stabil di level 5,1 persen. Pada kuartal I 2024, ekonomi RI tumbuh 5,11 persen. Ekspansi fiskal yang kuat, pembelanjaan terkait pemilu, dan investasi diperkirakan akan menjaga pertumbuhan PDB di atas 5,0 persen tahun ini.

Namun, momentum ini diperkirakan akan sedikit berkurang di semester II 2024 karena rebound pada daya beli konsumen dan memudarnya dampak belanja pemilu. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,9 persen yoy pada kuartal pertama, masih di bawah rata-rata periode sebelum COVID-19, yakni 5 persen.

Industri yang memberikan nilai tambah dan lapangan kerja di sektor formal serta penurunan inflasi pangan diperlukan untuk meningkatkan daya beli konsumen, terutama bagi rumah tangga berpendapatan rendah hingga menengah. Sektor pengolahan mineral dengan intensitas permodalan tinggi masih menjadi target utama penanaman modal asing.

Permintaan eksternal dapat dipertahankan di tengah membaiknya ekspor logam dan kuatnya permintaan komoditas utama Indonesia, termasuk batu bara, minyak sawit, serta minyak dan gas.

Bank Dunia memprediksi inflasi rata-rata tahun 2024 sebesar 2,9 persen yoy, meskipun rupiah melemah. Inflasi rata-rata semester I 2024 adalah 2,8 persen yoy. Meredanya inflasi pangan karena membaiknya kondisi cuaca dan stabilnya harga energi bersubsidi akan mengimbangi kenaikan inflasi inti.

Pada perdagangan berikutnya, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif namun akan kembali ditutup melemah di rentang Rp16.270 – Rp16.340 per dolar AS. Penguatan rupiah didorong oleh respon positif investor terhadap data investasi asing. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi kuartal II 2024 sebesar Rp428,4 triliun, tumbuh 22,5 persen year on year (YoY) dan naik 6,7 persen dibanding kuartal sebelumnya.

Namun, kenaikan rupiah masih terbatas karena investor cenderung menunggu hasil FOMC dan data-data ekonomi penting AS minggu ini.

Data ekonomi yang akan dirilis pekan ini, seperti manufaktur ISM AS, ketenagakerjaan AS, dan data inflasi Indonesia, diharapkan dapat memastikan arah suku bunga. Rupiah diperkirakan akan datar dan berkonsolidasi di kisaran Rp16.250 – Rp16.350 per dolar AS pada perdagangan hari ini (30/7).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah menguat tipis 0,06 persen ke angka Rp16.275/US$ pada perdagangan kemarin, Senin (30/7/2024). Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 22-25 Juli 2024 di mana investor asing tercatat beli neto Rp1,93 triliun, terdiri dari beli neto Rp3,37 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp1,39 triliun di SRBI, dan jual neto Rp0,05 triliun di saham. Selama tahun 2024, investor asing tercatat jual neto Rp32,08 triliun di pasar SBN, jual neto Rp1,89 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp169,41 triliun di SRBI.

Dari dalam negeri, Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi sepanjang semester I-2024 telah mencapai Rp829,9 triliun, naik 22,3 persen (yoy) dari tahun lalu. Realisasi ini telah mencapai 67 persen dari total target Renstra sebesar Rp1.239,3 triliun dan 50,3 persen dari target Presiden Jokowi, yakni Rp1.650 triliun.

Secara teknikal, meskipun terjadi penguatan kemarin, tren rupiah terhadap dolar AS masih melemah. Jika pelemahan berlanjut, rupiah berpotensi mengarah ke resistance Rp16.295/US$, yang merupakan high candle intraday 26 Juli 2024, sekaligus mendekati level psikologis Rp16.300/US$. Jika penguatan berlanjut, rupiah berpotensi menguji Rp16.260/US$ yang didapatkan dari garis rata-rata selama 50 jam atau Moving Average/MA 50.