KabarMakassar.com — Wacana mengenai kotak kosong dalam Pilgub Sulawesi Selatan 2024 menjadi sorotan utama dan dianggap mencederai esensi demokrasi.
Wacana kotak kosong juga dianggap merusak persepsi politik Susel yang tengah berlangsung sehat dan dinamis jelang Pilkada setentak yang akan dihelat 27 November mendatang. Bahkan, kotak kosong dianggap dapat menimbulkan kegaduhan politik dikalangan elit dan berdampak kepada masyarakat Sulsel.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Dr Hasrullah menganggap bahwa kota kosong kemungkinan bisa terjadi seperti yang dialami pada Pilkada Makassar tahun 2018 silam. Dimana kemenangan diraih kotak kosong sehingga melahirkan sejarah perpolitikan di Sulsel.
Menurut dia, apa yang terjadi dengan pengalaman itu diharapkan tidak seperti yang kita harapkan. Sehingga harapan rakyat Sulsel, Pilgub kali ini tidak melahirkan kotak kosong. Justru diharapkan tentu berlangsung berkontestasi oleh para calon pemimpin terbaik.
Karenanya, Hasrullah menilai bahwa kotak kosong yang kesannya ‘dipaksakan’ atau by design seharusnya tidak terjadi dalam kontestasi politik.
“Harusnya kalau merasa sedang berkontestasi harusnya bertarung dong. Kotak kosong itu tidak bisa diraba-raba atau kelihatan tapi ada di sekitar kita,” ucap Hasrullah dalam wawancara eksklusif bersama Upi Asmaradana pada program “UpiShow” di kanal youtube, Selasa (23/07).
“Sangat disayangkan harusnya lebih dewasa untuk bertarung sehingga kondisi saat ini nantinya dianggap tidak antipati. Nah Sulsel ini punya ciri khas tersendiri bahwa melawan kotak kosong, Sulsel terjungkal,” sambung Dosen Fisip Unhas itu.
Melawan kotak kosong seperti yang pernah terjadi di Makassar, ia mengingatkan untuk bisa menang, pasangan calon harus meraih suara 50 persen plus 1 menurut undang-undang yang berlaku.
Hasrullah mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kotak kosong kali ini dapat membuat Sulsel “terjungkal”. Dia menegaskan bahwa pasangan calon harus memiliki kompetensi, kemampuan, dan kepemimpinan yang mumpuni untuk bertarung secara sehat.
Hasrullah mengkritik bahwa ada beberapa pihak yang memaksakan diri untuk menjadi Gubernur Sulsel tanpa mempertimbangkan kompetensi dan rekam jejak mereka. Dia juga menyoroti bahwa intervensi partai politik yang tajam dan jalur komunikasi politik yang tertutup berpotensi merusak proses demokrasi. Menurutnya, partai politik seharusnya memberikan kesempatan yang adil kepada semua calon yang memiliki kapasitas dan rekam jejak yang baik.
“Bicara kompetensi maaf ya saya harus katakan pas-pasan. Artinya dibandingkan dengan kandidat lainnya saya kira sangat mumpuni. Cuman memang melihat kondisi ini tak lain campur tangan parpol yang cukup tajam. Sehingga menggunakan jalur silent komunikasi politik dengan demikian parpol akhirnya memberikan rekomendasi itu,” tutur Komunikolog Unhas itu.
Hasrullah menganggap bahwa demokrasi yang dilakukan saat ini sangat pragmatis. Sehingga diharapkan tokoh lainnya bisa berkontestasi secara sehat. Untuk itu, pihaknya berharap tak ada kotak kosong untuk Pilgub Sulsel 2024.
Tapi melihat kondisi peta politik di Sulsel, ia menyebut parpol sudah diborong atau ‘membeli’ semua partai pemilik kursi. Apalagi didukung dengan finansial yang kuat sehingga kalau itu terjadi lalu bagaimana peluang figur lain yang hendak berkontestasi.
“Baiknya lebih fair untuk bertarung secara sehat. Saya selalu berharap petinggi parpol agar buka mata untuk menyaring calon pemimpin yang terbaik. Saya menganggap kotak kosong yang dipaksakan adalah pembajakan demokrasi,” tegasnya.
Hasrullah memberikan contoh, bahwa Sulsel punya pengalaman masa kepemimpinan yang sudah terbukti melakukan yang terbaik untuk daerah ini. Seperti Ahmad Amiruddin, Amin Syam, Basri Palaguna.
“Nah kalau ada orang atau tokoh yang dianggap menimbulkan masalah kenapa harus dipilih lagi. Saya ingin melihat Sulsel lebih baik. Saya pikir jika kotak kosong terjadi, itu persekongkolan politik,. Hal ini merusak demokrasi yang tentu menghilangkan esensi demokrasi itu sendiri,” terangnya.
Dalam wawancara durasi 34 menit itu, Hasrullah juga menilai ketua partai politik di Sulsel adalah orang-orang terbaik. Karenanya, jangan hanya memilih secara pragmatis saja.
“Saya harap kebijakan parpol pemilik kursi agar memberikan kesempatan yang sama bagi tokoh-tokoh lain yang mumpuni secara kapasitas. Salah satu fungsi parpol adalah rekrutmen calon pemimpin daerah seperti di Sulsel. Jangan menggadaikan untuk kepentingan sesaat. Jangan justru memilih orang yang masih kurang kapasitas. Kotak kosong atau pepesan kosong?,” katanya.
Sementara berbicara sejumlah figur atau tokoh di Sulsel, Hasrullah menyebut beberapa tokoh potensial yang layak ikut berkontestasi secara sehat dalam Pilgub Sulsel 2024, seperti Ilham Arief Sirajuddin, Danny Pomanto, Adnan Purichta Ichsan, Indah Putri Indriani, dan Andi Iwan Darmawan Aras. Ia berharap bahwa pemilihan gubernur kali ini tidak menjadi ajang coba-coba dan semua figur yang memiliki kapasitas dapat bersaing secara adil.
“Sulsel bukan ajang coba-coba. Apa yang saya sebutkan sejumlah figur yang punya talenta, mestinya ikut berkontestasi,” jelasnya.
“Jika pasangan itu punya kapasitas. Seperti di Pangkep, itu bukan melawan kotak kosang, tidak ada lawan tanding. Begitu pun kapasitas petahanan Bupati Maros Chaidir Syam, termasuk juga di Bulukumba,” tambahnya.
Disegmen terkahir, Hasrullah lagi-lagi berharap kotak kosong bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat Sulsel dalam pendidikan politik. Tentunya rakyat juga berharap adanya pasangan kontestasi dengan peluang yang sama untuk bertarung.
“Saya tidak bisa bayangkan ketika kotak kosong terjadi apa yang terjadi saat tahapan debat kandidat. Lalu dimana akal sehat kita secara politik,” imbuhnya.
“Potensi kotak kosong bisa menang seperti yang terjadi di Makassar. Saya sendiri merasa malu jika kotak kosong berlangsung untuk Pilgub Sulsel. Ia juga menyayangkan sikap parpol yang tidak menjalankan sistem rekrutmen calon pemimpin melalui proper test,” tandas Hasrullah.
Sementara itu, Host “UpiShow” Upi Asmaradana sekaligus CEO Kabar Grup Indonesia juga merasa prihatin dengan kondisi Sulsel, dimana terjadi kemunduran kepemimpinan.
Belum lagi terjerat kasus yang menjadi masalah hukum. Apalagi yang banyak diperbincangkan dipentas nasional termasuk kegaduhan wacana kotak kosong jelang Pilgub Sulsel 2024. Menurutnya, kotak kosong dapat merusak pendidikan politik bagi masyarakat Sulsel.
Menjelang Pilgub Sulawesi Selatan 2024, wacana kosong bergulir ditengah dinamisnya politik, menyusul kabar bahwa DPP Gerindra memberikan dukungan kepada pasangan Bacalon Gubernur-Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi. Dimana paket ini lebih awal direkomendasikan oleh NasDem, menyusul partai Demokrat.
Sedangkan, Parpol pemilih kursi, yaknk PDI Perjuangan, PKS, Hanura, PPP, PKB, dan Golkar secara resmi melalui DPP belum memberikan mandat kepada kandidat selain ASS-Fatma.