KabarMakassar.com — Shalat bukan hanya sebagai kewajiban yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu, tapi shalat juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dalam peningkatan kualitas ibadah kita selama di dunia. Jadwal shalat penting bagi umat muslim karena seorang muslim harus mengetahui jatuhnya awal waktu shalat, agar dalam pelaksanaan kewajiban shalat bagi setiap muslim tidak ada kekeliruan atau kekurangan dalam pemenuhan syarat sahnya yang dapat mempengaruhi keabsahan shalat.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam telah merilis jadwal shalat Makassar pada Sabtu (20/07).
Imsak: 04.43 WITA
Subuh: 04.53 WITA
Terbit: 06.10 WITA
Duha: 06.38 WITA
Dzuhur: 12.12 WITA
Asar: 15.34 WITA
Magrib: 18.08 WITA
Isya: 19.21 WITA
Syarat shalat
Syarat shalat terbagi menjadi dua yaitu syarat wajib dan syarat sah. Syarat wajib ini maknanya, seseorang tidak dibebani kewajiban shalat ketika salah satu dari syarat-syaratnya tak terpenuhi. Di sini ada enam bagian. Di antaranya, beragama Islam, balig, berakal sehat, tidak sedang haid atau nifas, mendengar informasi ihwal dakwah Islam, dan memiliki pengelihatan dan pendengaran yang normal (Dampaknya, tidak wajib shalat bagi yang tunanetra dan tunarungu sejak lahir. Sebab ia tak dapat menerima pelajaran shalat baik dengan isyarat atau kalimat).
Syarat sah itu sendiri, sebagaimana Syekh al-Islam Abu Zakariya al-Anshari (925 H) dalam Tuhfah at-Thullab bi Syarhi Tahriri Tanqih al-Lubab, adalah Ma tatawaqqafu ‘alaiha Shihhatusshalah wa laisat minha, “Sesuatu yang menjadi barometer sah dan tidaknya shalat”. Artinya, bila ini tidak terpenuhi, maka berdampak pada ketidakabsahan shalat. Terkait ini, habib Muhammad bin Ahmad bin Umar as-Syathiri dalam Syarh al-Yaqut an-Nafis fi Madzhab Ibni Idris (halaman 140-147) membahas 15 syarat shalat secara rinci. Berikut rinciannya:
1. Beragama Islam.
2. Mumayyiz (syarat ini untuk. mengecualikan orang gila dan anak kecil yang belum mengerti apa-apa)
3. Sudah masuk waktu shalat.
4. Mengetahui fardhu-fardhu shalat.
5. Tidak meyakini satu fardhu pun sebagai laku sunnah.
6. Suci dari hadats kecil dan besar.
7. Suci dari najis, baik pakaian, badan, maupun tempat shalat.
8. Menutup aurat bagi yang mampu (dengan batasan tertentu bagi perempuan dan laki-laki).
9. Menghadap kiblat (kecuali bagi musafir yang melaksanakan shalat sunnah, orang yang dalam kecamuk perang, dan orang yang buta arah ‘isytibahul qiblah’).
10. Tidak berbicara selain bacaan shalat. 11. Tidak banyak bergerak selain gerakan shalat (Imam Syafi’i membatasinya tiga gerakan).
12. Tidak sambil makan dan minum.
13. Tidak dalam keraguan apakah sudah bertakbiratulihram atau belum.
14. Tidak berniat memutus shalat atau tidak dalam keraguan apakah akan memutus shalatnya atau tidak.
15. Tidak menggantungkan kebatalan shalatnya dengan sesuatu apa pun.
Keistimewaan shalat
1. Shalat dapat mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Quran) dan dirikanlah shalat! Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadath-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Ankabut/29:45]
2. Shalat merupakan amalan terbaik setelah dua kalimat syahadat
Ini berdasarkan hadits dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu yang mengatakan:
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : أَىُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ : الصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا. قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَىٌّ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَىٌّ قَالَ : الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ.
Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Apakah amalan yang paling afdhal (terbaik)?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.”
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu mengatakan, “Lalu aku bertanya lagi, “Lalu apa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.”
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu mengatakan lagi, “Lalu aku bertanya lagi, “Lalu apa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.
3. Shalat bisa membersihkan dosa-dosa
Dari Jabir Radhiyallahu anhu , dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهَرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ
Shalat (fardhu) yang lima waktu itu seperti sebuah sungai yang airnya mengalir melimpah di depan pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali.
4. Shalat bisa menggugurkan dosa
Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Shalat yang lima waktu, Jumat yang satu ke Jumat lainnya, Ramadhan yang satu ke Ramadhan lainnya, itu bisa menjadi penghapus dosa di antara keduanya selama pelakunya menjauhi dosa-dosa besar.